𝟐𝟎. 𝐌𝐃 𝟐 : 𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐃𝐚𝐲

1.9K 133 12
                                    

It was my words at that time that made you guilty.

Pada akhirnya, angin yang berhembus lembut menjadi saksi bisu di tengah hamparan yang tak terjelaskan, menciptakan pusaran yang aneh di sekeliling pualam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhirnya, angin yang berhembus lembut menjadi saksi bisu di tengah hamparan yang tak terjelaskan, menciptakan pusaran yang aneh di sekeliling pualam. Angin itu seolah-olah berbisik, menuturkan sebuah kisah yang menyiratkan bahwa cinta, bahkan dari seorang iblis, bukanlah perasaan yang bisa dianggap main-main atau mudah memudar. Pualam yang terpahat halus menggemakan suara denting yang memekakkan, seakan merangkai nada-nada yang menggantung di udara. Setiap detik terasa melambat, waktu seakan berhenti untuk menyaksikan sesuatu yang tak kasat mata, namun begitu nyata: perasaan mendalam yang tak bisa dipungkiri, meski tersembunyi di balik tabir gelap dan misterius.

Angin itu seperti sentuhan yang lembut, melingkupi tempat itu dengan keheningan yang menakutkan sekaligus memukau. Di dalam pusaran itu, setiap partikel debu berputar seirama, mengikuti irama bisikan yang penuh rahasia. Di tengah kesunyian, sepasang mata merah menyala menatap tajam dari balik kegelapan, menyiratkan ketertarikan yang mendalam dan cinta yang menggerakkan segalanya. Cinta itu bukanlah sekadar permainan, tetapi keabadian yang terbungkus dalam niat tulus, meskipun datang dari sosok yang dianggap terlarang dan penuh dosa.

Denial menatap wanita di hadapannya dengan sorot mata yang penuh penyesalan. Ia bisa melihat kesalahan yang menghantui Arisa, meskipun ia tahu bahwa tak sepenuhnya itu adalah salahnya. Bagaimana pun juga, membunuh bukanlah tindakan yang bisa dibenarkan dalam dunia manusia. Setiap detik terasa menekan, dan semua yang terjadi tampak lebih mengerikan ketika dialami secara langsung.

“Aku tak menyalahkanmu, Arisa. Aku hanya tahu bahwa inilah yang kulakukan, setidaknya untuk kebaikanmu,” kata Denial, suaranya bergetar. “Aku tahu aku adalah iblis, tetapi saat kau menunjukkan ketakutanmu akan keselamatanmu karena aku, entah kenapa, saat itu aku merasa sangat bersalah. Arisa, aku sedikit bingung dengan perasaan itu; mengapa tiba-tiba aku merasakan penyesalan yang begitu mendalam.”

Denial terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kerumitan yang ada dalam jiwanya. Ia merasakan beban yang berat, seolah kata-katanya bisa menghancurkan semua yang telah dibangun.

“Ketika aku mengajakmu ke Skyhaven, tujuanku adalah untuk menjauhkanmu dari masalah yang menghimpitmu pada hari itu. Aku ingin memberikanmu kesempatan untuk memulai hidup baru, meskipun aku tahu itu mungkin tidak bisa terwujud. Malam itu, ketika aku memberimu semua hal indah di Skyhaven, aku tidak bisa mengabaikan niatku untuk membiarkanmu pergi. Aku ingin kau bebas, meskipun itu berarti kau harus hancur dalam prosesnya. Aku hanya tidak ingin kau terancam berada di sisiku.”

Setiap kata yang diucapkan Denial dipenuhi dengan kejujuran dan rasa sakit. Dia berjuang melawan sisi gelap dalam dirinya, berusaha menjelaskan perasaan yang sulit dipahami, sementara Arisa hanya bisa terdiam, merasakan beratnya emosi yang terhampar di antara mereka. Denial tahu bahwa ia tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi harapannya untuk melihat Arisa hidup tanpa ketakutan.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang