Typo🙏
Happy Reading...!!!Gita dengan sabar menemani Chika berendam, sesekali dia juga ikut main gelembung sabun yang memenuhi bath up. Gadis kecil itu sampai tidak terlihat, tubuhnya tertutup oleh busa.
"Onty busanya banyak banget!"ucap Chika antusias sambil memainkan gelembung sabun.
"Iya dong, kan onty bilang tadi. Pagi ini adek boleh berendam sepuasnya."Gita tersenyum manis menatap keponakannya. Rasa bahagia tercipta dalam hatinya, melihat Chika yang begitu ceria. Gita tidak bisa membayangkan bagaimana jika Chika mengetahui kondisi Shani yang sebenarnya. Dan sampai kapan dia harus menyembunyikan apa yang sebenarnya terjadi. Raut wajahnya berubah menjadi khawatir. Rasanya sulit untuk menelan ludahnya sendiri. Kenyataan yang harus keluarganya hadapi, bahkan ini untuk yang kedua kalinya.
"Mama gak pernah ijinin adek buat lama-lama berendam kaya gini. Makasih ya onty,"Gita hanya diam tanpa ekspresi. Dia masih hanyut dalam lamunannya. "Onty?"panggil Chika lagi, kali ini gadis kecil itu menyentuh tangan Gita, yang seketika membuatnya terkejut.
"Iya, kenapa dek?"
"Onty kenapa? Ko diem aja? Onty sakit?"
"Nggak sayang, onty gak apa-apa ko. Gimana seneng gak?"
"Adek seneng onty, makasih ya."ucap Chika dengan tersenyum. Matanya sungguh berbinar. Mana mungkin Gita tega membiarkan mata indah Chika itu kembali redup. Sebisa mungkin Gita akan terus membahagiakan Chika. Sekalipun dia harus berbohong.
"Udah yu mandinya, nanti keburu siang lagi. Kita kan mau pergi. Belum sarapan juga."
"Bentar onty, masih mau main."
"Sayang, udah ya. Nanti playground nya keburu penuh. Adek gak puas deh mainnya."bujuk Gita.
"Ya udah,"terpaksa Chika menyudahi aktivitas berendamnya. Dengan wajah yang cemberut, Chika keluar dari bath up. Gita pun dengan telaten kembali membilas tubuh Chika yang masih dipenuhi oleh sabun.
"Udah deh!"ucap Gita setelah memakaikan handuk.
"Brrrr..."cicit Chika dengan suara gigi yang gemertak saling beradu.
"Tuh kan dingin, yu kita pake baju."
"Gendong onty."rengek Chika.
"Dendong? Oote!"balas Gita gemas.
***
Di dalam mobil
Cio sama sekali tidak membuka pembicaraan dengan Veranda. Sepertinya jiwanya masih berada di rumah sakit bersama Shani.
"Cio?"
"Iya mi."
"Pinggirin dulu mobilnya!"
"Kenapa?"