Dear, me.
Nama mu, Jasmine Azheera Pramoedya. Nama yang cantik, bahkan begitu cantik sampai orang - orang di sekitar tak percaya bahwa itu adalah nama mu.
Panti Asuhan Ar - Rahmah, di mana kamu hidup dan besar, berjuang sendiri dengan topangan kepercayaan bahwa; nama cantik yang tersemat pada dirimu akan membawa mu pada kehidupan yang lebih baik, lebih bahagia lagi esok.
Kamu tau, saat ini kamu hanya di kenal sebagai Jasmine, anak buangan yang tinggal di Panti Asuhan, siswi beasiswa yang sepertinya di mata orang - orang; tak apa untuk di rundung.
"Sayangnya abang??"
Jasmine terkejut, segera menutup buku yang sedang ia baca dan memeluknya erat. Berbalik dan berdiri dengan kaku, ternyata kakaknya menerobos masuk kamarnya. Kedua mata Jasmine membesar bersamaan dengan binar polos dari iris biru yang di milikinya, ciri khas dari seorang Jasmine.
Melihat itu Zayden terkekeh, menutup kembali pintu kemudian mendekati sang adik. Dengan sentuhan lembut, Zayden memeluknya.
"Maaf abang ngagetin adek ya?" Tanya Zayden sambil menggoyangkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri, agar Jasmine lebih santai. Lepas dari keterkejutannya.
"Gak papa abang, aku cuma lagi baca aja," jawab Jasmine, ia melepas pelukan untuk menyimpan buku tersebut ke atas meja lalu kembali menerjang Zayden dengan pelukan erat.
Sambil menikmati sentuhan sayang Zayden, Jasmine jadi memikirkan apa yang ia baca tadi. Jadi, Jasmine anak Panti Asuhan?
"Aku anak angkat di keluarga ini?" Gumam Jasmine dalam hatinya. Jujur saja, ada rasa sedih yang mendera mengetahui kabar ini. Padahal ia merasakan ikatan yang kuat antara dirinya dan seluruh anggota keluarga Pramoedya, tapi ternyata dirinya hanya anak angkat saja?
Kalau begitu, sungguh baiknya mereka semua. Menyambut 'anak angkat' pulang dari rumah sakit, dengan sambutan yang meriah kemarin. Bahkan ruangan rumah sakit yang di tempati Jasmine kemarin itu VVIP kelas 1, sangat mewah.
Penjagaan ketat, pelayanan yang bak seorang princess. Membuat Jasmine takjub dengan kebaikan keluarga Pramoedya. Anak angkat mana, yang mempunyai pengawal dan pelayan pribadi seperti dirinya?
Menyadari keterdiaman adiknya, Zayden sedikit merenggangkan pelukannya; ia mengintip raut sedih dan murung sang adik.
"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" Tanya Zayden pelan, ia menggiring Jasmine untuk duduk di pinggiran ranjangnya.
Zayden menangkup kedua sisi wajah cantik Jasmine, menatap matanya intens dan menemukan rasa tidak nyaman di sana.
"Cerita sama abang," pintanya.
Jasmine hanya diam menunduk, ia tidak tahu harus berkata apa. Justru ia jadi bingung sekarang.
Jadi, dia ini siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE LANGUAGE
Teen Fiction[ SEASON II ] Setelah semua sakit, bukankah seharusnya terbit senyuman; seperti pelangi yang hadir sehabis hujan turun? Namun, hidup mu dalam kehidupan ini tidak berjalan dan tidak berhenti hanya karena kamu menginginkannya. Tuhan adalah pengendali...