Habibi pov
Aku mengelus kepala adikku dengan lembut, aku tersenyum pada kakakku, kak Nailah, dia akan pergi dan tinggal di pesantren.Dulu kami slalu ingin bersama sama sampai kuliah nanti, namun kejadian waktu itu yg membuat abi memutuskan kami harus berpisah sekolah, aku juga pernah bertanya pada abi mengapa jarak usiaku dengan kak Nailah hanya berkisar 5 bulan saja, aku juga bertanya pada abi mengapa aku dan Habibah harus memanggilnya kakak, abi slalu bilang bahwa suatu saat kami semua akan mengetahui dan mengerti, begitupun kata umi, kami semua sudah akan menuju ke dewasa, dan kami semua juga sudah baligh apapun yg terjadi disekitar, kami sudah mulai memahaminya dengan baik.
"Umi, nanti kak Nai tinggal dimana?" tanyaku pada umi, kulihat umi menoleh kebelakang.
"Kak Nai tinggal dirumah abi Rafi" ucap umi ku.
"Kenapa Nai tidak tinggal di kamar santri aja mi? Umi kan tau abi Rafi punya anak laki laki yg umurnya juga beberapa tahun saja diatas kita" tanya kak Nai, kulihat umi melihat kearah abi.
"Anak laki laki abi Rafi yg ketiga itu tinggal dikamar santri, dirumah abi Rafi hanya ada istrinya, abi juga udah bicara pada mereka, dirumah abi Rafi juga ada santri wanita, jadi Nai ga perlu khawatir kalo ga punya temen"
"Baik abi" kulihat kak Nai tersenyum.
"Berarti kak Nai bisa sering sering telfon Bibah kan abi?"
"Ga bisa Bibah, itu rumah orang, masa kak Nai mau seenaknya dirumah orang" ucapku menyela perkataan Bibah, kulihat wajahnya cemberut.
"Kak Bibih kebiasaan kalo Bibah nanya sama abi pasti kak Bibih yg jawab"
"Kamu kan liat kalo abi lagi nyetir"
"Sudah Bibah, kakakmu benar, kak Nai kan juga sekolah sama seperti kalian" ucap umi.
"Maaf umi" Bibah kembali menyandarkan kepalanya dibahu kak Nai, aku menarik kepala Bibah dan meletakkannya dibahuku.
"Kak Bibih apaan sih"
"Kamu ga liat kak Nai capek daritadi kamu terus yg nyender dibahunya" ucapku menarik kembali kepalanya ke bahuku.
"Nah, sekarang kak Nai gantian nyender dibahu Bibah" ucap Bibah semangat, kulihat kak Nai tertawa dan menyenderkan kepalanya dibahu Bibah, umi ku hanya tertawa melihat tingkah kami.
Aku begitu mengagumi sosok kak Nailah, dia begitu dewasa bahkan sejak umurnya 5 tahun, itu yg membuat abi dan umi begitu menyayanginya, aku tau itu, bahkan itu juga yg membuat Habibah menjadi sangat manja terutama pada kak Nai, apapun yg dia alami slalu dia ceritakan pada kak Nai, sampai saat ini pun Bibah masih saja tak mau tidur sendiri padahal umi dan abi sudah menyiapkan kamar untuk kami masing masing, namun abi dan umi akhirnya memaklumi sikap Habibah yg begitu manja.
***
Nama lengkapku Habibi Fadiyah Arvando, aku dan Habibah kembar, wajah kami bahkan begitu mirip, namun sifat dan jenis kelamin yg membedakan kami, umi juga memberikan nama pada kami bertiga yg hampir sama, Fadiyah yg artinya yang dilindungi, seperti umi dan abi yg slalu melindungi kami, dan Arvando adalah nama belakang dari abi ku Muhammad Daniel Arvando, abi pernah bercerita bahwa dulunya abi adalah seorang non muslim, jatuh cinta pada umi membuatnya menemukan kehidupannya yg sesungguhnya, abi juga bilang "terkadang jatuh cinta bisa membuat kita lupa segalanya, namun jika kita bisa lebih memahami makna jatuh cinta yg sebenarnya, kita akan menemukan kehidupan kita yg sesungguhnya, yaitu karna Allah" itulah kata kata abi yg sampai sekarang masih slalu aku ingat.
♥♥♥♥♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.