Part 9

11.3K 702 4
                                    

Nailah pov
Aku berjalan menyusuri rak buku diperpustakaan bersama seseorang yg aku juga baru mengenalnya saat dimesjid kemarin.

"Nai, kamu mau cari buku apa?" tanya Aliyah padaku.

"Aku cari buku hadist, tapi dari tadi ga nemu, kamu udah nemuin buku yg kamu cari?"

"Sudah, nih" Aliyah menunjukkan sebuah buku padaku.

"Mau aku bantuin cari?"

"Boleh" aku mengangguk tersenyum padanya, kami kembali mencari buku itu, tak lama kemudian kulihat sebuah buku yg aku cari berada didepanku, namun bukan berada di rak buku melainkan tangan seseorang yg menyodorkan buku itu padaku, aku melihat arah tangan itu dan melihat wajahnya, seketika aku langsung menunduk mengetahui siapa yg memberi buku itu.

"Ambillah, tadi saya dengar kamu mencari buku ini" aku mengambil buku itu dari tangannya.

"Terima kasih gus Dzaky"

"Sama sama, bawa saja buku itu, kalau sudah selesai kamu boleh mengembalikannya, jika tidak dikembalikan pun tidak apa, mungkin kamu sangat butuh buku itu"

"Saya akan mengembalikannya kalau sudah selesai"

"Hmm baiklah"

"Saya permisi, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku berjalan keluar dan menarik tangan Aliyah yg saat diperpustakaan berada dibelakangku, aku langsung menatap kedepan saat sudah keluar dari perpustakaan, aku menoleh kesamping dan melihat Aliyah yg melihatku dengan tatapan yg aku tidak mengerti.

"Ada apa?" tanyaku padanya.

"Nai, sepertinya gus Dzaky menyukaimu" aku terdiam beberapa saat.

"Jangan suudzon Aliyah, kamu tau bahwa ucapan kamu bisa menimbulkan fitnah"

"Aku yakin Nai, kamu tau, selama ini gus Dzaky sangat jarang berbicara dengan santri perempuan jika tidak didalam kelas untuk mengajar" aku mendengarkan perkataan Aliyah, benarkah semua yg dikatakannya, tapi tidak mungkin juga dia berbohong, karna Aliyah sudah satu tahun berada disini.

"Sudahlah, mungkin karna tadi buku itu memang ada padanya, jadi tak ada salahnya dia memberikan padaku"

"Iya memang, tapi dari caranya melihatmu, semua orang juga pasti akan tau bahwa dia menyukaimu, apakah kamu tidak menyukainya Nai?"

"Aku lebih menyukai Allah dan Rasul, semua hanya aku serahkan padanya dan aku percaya pada Nya, aku takut jika berharap pada manusia"

"Subhanallah, kamu benar Nai, maaf jika aku berlebihan menilainya" aku tersenyum padanya.

"Ga apa apa Aliyah, aku mengerti bahwa semua orang mempunyai pendapatnya masing masing, tapi jangan jadikan pendapat kita untuk menilai seseorang yg kita sendiri belum mengtahui kebenarannya dengan pasti"

"Terima kasih sudah mengingatkanku Nai, aku salut sama kamu, ternyata pengetahuan kamu bahkan lebih baik daripada aku"

"Aku hanya mengingatkan, bukankah sesama muslim diharuskan untuk saling mengingatkan?" aku melihatnya mengangguk dan tersenyum padaku.

Dzaky pov
Aku melihat kepergian Nailah dengan temannya, aku tersenyum melihatnya pagi ini.

"Senyum senyum sendiri, istighfar Zak" seseorang menepuk pundakku pelan membuatku terkejut.

"Astaghfirullah, Daf kamu ngagetin aku"

"Ente yg ngelamun terus, kalau suka khitbah terus, jangan biarkan syetan lebih dulu menguasai hatimu"

"Hmm aku tau Daf"

"Kau sudah bicara dengan abi mu?" aku menggeleng pelan.

"Lalu?"

"Tadi malam abi mengatakan aku akan dijodohkan"

"Kau menyetujuinya? Dan tidak menyampaikan keinginanmu?"

"Tidak Daf, aku tak bisa menolak keinginan abi, kau tau itu, aku tak terlalu mengejar apa yg ada didunia karna aku tau ridho orangtua adalah ridho Allah"

"Aku mengerti, lalu siapa yg akan dijodohkan denganmu?"

"Salah satu anak perempuan dari om Daniel"

"Bukankah om Daniel adalah orang tua Nailah" aku mengangguk.

"Alhamdulillah, berarti kau tak perlu bicara pada abi mu lagi"

"Tapi masalahnya anak om Daniel yg perempuan itu ada 2, aku sendiri bahkan tidak tau yg mana yg akan dinikahkan padaku, bahkan abi sendiri berkata kami akan dinikahkan pada usianya yg ke 20, abi menyuruhku untuk menjaga hatiku"

"Serahin pada Allah, minta petunjuknya, apakah akan jadi masalah jika kau menikahi anaknya yg lain?"

"Bahkan Habibah lebih cantik dari Nailah, namun hatiku sudah jatuh padanya Daf"

"Bukankah menikahi wanita dengan 4 perkara? Dan yg paling penting adalah karna agamanya jika kamu tidak ingin tersesat"

"Aku mengerti Daf, tak ada yg perlu aku ragukan dari mereka berdua karna om Daniel begitu mendidik mereka dengan agama yg baik, apalagi istrinya, abi bahkan pernah menceritakan tentang perjalanan hidup istrinya yg begitu luar biasa, aku bahkan mengagumi sosok wanita sepertinya, kisahnya begitu menginspirasi"

"Hmm, kalau tak ada yg perlu kau ragukan lagi, maka serahkan lah pada Allah, berharaplah padanya, aku yakin Allah akan memilihkan yg terbaik untukmu"

"Yah baiklah pak uztad, lalu bagaimana denganmu? Bahkan aku melihat dia begitu dekat dengan Nailah"

"Apa maksudmu?" aku tertawa melihat wajahnya yg sedikit memerah.

"Kau pasti mengerti maksudku Daf, bukankah dia juga wanita muslimah yg baik lagi cantik? Aku juga slalu melihat 2 insan yg selalu memperhatikan dalam diam"

"Dasar, seperti kau tidak melakukan itu saja Zak, kau tak perlu lagi menggodaku seperti itu karna akibat ucapanmu kau juga merasakan apa yg aku rasakan, bukankah begitu Muhammad Dzaky Luqman?" kami berdua tertawa bersama, benar yg dikatakan Daffa, dulu aku suka sekali menggodanya jika dia dan Aliyah saling memperhatikan bahkan tak jarang slalu tersenyum sendiri, dan sekarang aku juga merasakan itu semua, kehadiran Nailah memang membuka semangat baru dalam diriku, namun semua itu slalu aku serahkan pada Allah ta'ala, karna hanya pada Nya aku harus berharap.

Nazwa pov
Jadi benar apa yg aku fikirkan selama ini, ternyata memang Nailah orang yg disukai mas Dzaky, aku terdiam dibalik dinding diluar perpustakaan, hatiku begitu tersayat, tak terasa air mataku menetes.

Aku berjalan meninggalkan perpustakaan, mengapa harus Nailah, mengapa selama ini hidupku selalu dibayang bayangi oleh dirinya.

Aku pindah kesini juga setelah kejadian yg dulu aku mengejek kehidupannya, sejak dia berkata bahwa orang yg menceritakan aib orang lain sebenarnya dia sedang menceritakan aibnya sendiri, sejak itu aku slalu merasa bersalah, bahkan aku pun tidak berani meminta maaf padanya.

Bruukkk!!

"Astaghfirullah" aku melihat seseorang yg aku tabrak.

"Ehm maaf ukhti saya tidak lihat"

"Saya juga minta maaf, saya permisi, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam Nazwa" aku berhenti dan menoleh kebelkanag, melihat seorang pria yg aku tabrak tadi menyebutkan namaku.

"Kamu tau namaku?" tanyaku, kulihat dia tersenyum.

"Yah, ana Farid, Muhammad Farid Al-Adib, ehm sebaiknya saya permisi, tidak baik laki laki berduaan dengan wanita yg bukan mahramnya, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" ucapku pelan melihat kepergiannya.

Bagaimana dia tau namaku, aku sendiri tak pernah mengenalnya, bahkan melihatnya pun aku tidak pernah.

♥♥♥♥♥♥♥

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang