Habibah pov
"Ehm, Maisa" aku memanggil Maisa, teman satu kamar ku yg sedang menggunakan hijab."Iya Bibah"
"Apakah kau mau menemaniku?"
"Kemana?"
"Ke ruangan umi Salma" dia menoleh kearahku.
"Memangnya ada apa?"
"Aku ingin meminjam telfon, aku.. perasaanku sangat tidak enak karna mimpi itu"
Flashback on
Aku melihat kak Nailah sedang menangis sendiri, namun aku tak bisa menggapainya, bahkan saat aku berjalan mendekatinya, dia terasa jauh bagiku.Namun saat aku memanggilnya, kulihat dia menoleh kearahku, setelah itu dia berlari sangat cepat hingga aku tak bisa melihatnya lagi.
"Kak Nailahhhh!!" aku terbangun dari tidurku.
"Hhhh, astaghfirullah"
"Bibah kamu kenapa?" aku menoleh kearah Maisa yg juga ikut terbangun, aku merasakan keringat dingin keluar dari tubuhku.
"Aku mimpi kak Nailah pergi ninggalin aku, dia.. dia nangis"
"Istighfar Bibah, itu hanya mimpi, pergilah ambil wudhu dan sholat lah agar hatimu tenang, serahin sama Allah" aku mengangguk padanya dan turun dari tempat tidurku menuju kamar mandi.
Flashback off"Baiklah, aku akan menemanimu" kami berdua keluar dari kamar dan berjalan menuju keruangan umi Salma yg cukup jauh dari kamar kami.
"Kau akan menelfon siapa?"
"Menelfon kak Nai, hanya ingin memastikan dia baik baik saja, hatiku benar benar tidak enak"
"Perbanyaklah istighfar, inshaa Allah hatimu akan tenang"
"Terima kasih Maisa, kau sama seperti kakakku, slalu bisa menenangkanku"
"Sama sama Bibah"
Tok..tok..tok..
Aku mengetuk pintu ruangan umi Salma, dia adalah staf yg mengatur setiap ruangan yg ada dipesantren ini, dan dia juga yg menerima telfon dari setiap orang tua santri.
"Masuk" aku membuka pintu pelan saat kudengar suara dari dalam.
"Assalamualaikum umi"
"Waalaikumsalam, Habibah, masuklah" aku tersenyum padanya dan masuk kedalam ruangannya bersama Maisa, aku duduk didepan mejanya.
"Ehm, umi, boleh Bibah pinjam telfon" aku sedikit gugup, karna para santri juga dibatasi apabila ingin meminjam telfon.
"Memangnya kamu mau nelfon siapa?"
"Bibah, mau nelfon kakak Bibah umi, hanya ingin memastikan bahwa dia baik baik saja"
"Dia sakit?"
"Tidak umi, hanya saja perasaan Bibah tidak enak"
"Hmm, pakailah" dia tersenyum padaku.
"Terima kasih umi" aku mengambil gagang telfon itu dan mengetik nomor rumah abi Rafi, lama menunggu akhirnya kudengar seseorang mengangkat telfon, suara seseorang yg aku kenali, itu adalah suara gus Dzaky.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam gus Dzaky"
"Dengan siapa?"
"Ini Habibah, boleh bicara dengan kak Nai?" ucapku pelan.
"Habibah, Nailah"
"Kak Nailah ada?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.