Part 42

9.5K 734 48
                                    


Syauqi pov
"Mas belum tidur?" aku menoleh kearah adik laki laki ku.

"Belum" ucapku padanya, dia berjalan kearahku dan duduk disampingku.

"Gimana kerjaan mas?"

"Lancar, kamu sendiri? Udah ada rencana mau kerja?"

"Belum, tapi ada temen aku yang nawarin jadi relawan dirumah sakit"

"Relawan?"

"Iya, ngasih semangat buat para anak anak penderita kanker"

"Pekerjaan yang mulia"

"Yah untuk sementara aja aku disana, sekalian nunggu pekerjaan yg lain" aku terdiam sejenak, aku menatap buku yg tadi aku baca.

"Aku denger dari umi, mas juga jadi sponsor pencetakan buku"

"Ohh itu, iya, cuma bantuin seseorang aja, tulisannya bagus, penuh inspirasi, makanya mas bantu terbitin, ini salah satu bukunya" ucapku menunjukkan buku yg aku pegang, diapun mengambil buku itu.

"Nailah Fadiyah, ini penulisnya?" aku mengangguk padanya, kulihat dia sedikit kaget.

"Iya, kenapa?"

"Engga, maksud aku, Nailah kakaknya Habibi?" aku mengerutkan keningku, yah aku sedikit lupa bahwa adikku ini pernah di pesantren yg sama dengan Habibi.

"Kamu kenal Habibi?" kulihat dia tersenyum lebar.

"Ya kenal lah mas, dia itu sahabat aku waktu di pesantren" aku tak menyangka ternyata selama ini Habibi dan Akbar begitu dekat, kenapa aku selalu lupa untuk menanyakan pada mereka tentang Akbar adikku.

"Mas kenal juga sama Habibi?"

"Iya mas kenal, tapi mas lebih kenal Habibah, mas pernah menolongnya saat dia kecopetan, dulu sewaktu masih dipesantren, waktu itu mas juga mau tanya apakah mereka kenal kamu atau tidak, tapi mas selalu lupa menanyakan itu"

"Ah, iya aku ingat, dulu Habibah pernah kecelakaan, Habibi pernah cerita padaku" aku melihat wajah Akbar begitu bahagia.

"Lalu? Kamu mengenal Nailah?"

"Kenal mas, aku bertemu dengannya di Kairo, tadi kita juga pulangnya bareng" aku merasakan jantungku berdetak begitu cepat, aku terdiam seakan mulutku tak mampu berbicara.

"Mas tau, aku tadi juga sempat kaget mengetahui bahwa Nailah itu adalah kakak dari sikembar Habibi dan Habibah, kami sempat bertemu dibandara dan mengobrol, ternyata Habibah sudah menikah"

"Iya mas tau itu"

"Mas, aku jatuh cinta pada Nailah" aku menatap kearah Akbar, seakan tak percaya pada apa yg dia katakan, benarkah semua yg dikatakannya, lalu bagaimana dengan ku yg sudah menunggunya selama 6 tahun.

"Kami bertemu disebuah halte di Kairo 1 bulan yg lalu, saat melihatnya aku langsung jatuh cinta padanya, dan saat aku akan pulang, ternyata aku bertemu dengannya didalam pesawat yg sama, aku mengajaknya mengobrol, meski dia terlihat begitu dingin pada ku, tapi aku tak akan menyerah untuk mendapatkannya" aku terdiam sejenak, aku benar benar tidak tau apa yg harus aku katakan, mulut ini benar benar tak bisa berkata apapun lagi, haruskah aku mengalah pada adikku.

"Mas, bukunya aku pinjem dulu ya, aku pengen baca" aku mencoba tersenyum pada Akbar.

"Ambillah, itu untukmu"

"Benarkah?" aku mengangguk padanya.

"Alhamdulillah, terima kasih mas, aku masuk dulu ya" aku mengangguk padanya, dan kulihat dia pergi meninggalkanku.

Aku mengusap wajahku pelan, lalu menyenderkan tubuhku di sofa, aku menatap ke langit, malam ini begitu cerah, namun tidak dengan hatiku, aku dan adikku menyukai wanita yg sama, ya Allah, apa yg harus aku lakukan, aku memejamkan mataku, berharap ketenangan dalam hati dan fikiranku.

Akbar pov
Aku berjalan menuju kamarku, senyum tak pernah hilang dari bibirku, sebelumnya Habibi pernah berkata bahwa kakaknya seorang penulis, namun aku tak pernah tau bahwa itu adalah Nailah.

Aku berhenti didepan kamar mamah, kulihat pintunya sedikit terbuka, aku mengetuk pintunya pelan, dan sedikit memasukkan kepalaku dari celah pintu yg terbuka.

"Maahhh" ucapku sambil mengetuk pintu.

"Akbarr, masuklah" aku melihat mamah duduk didekat jendela.

"Mamah belum tidur?" ucapku berjalan mendekati mamah dan duduk disampingnya.

"Belum ngantuk" aku melihat mamah menutup Al Qur'an dan meletakkannya di meja.

"Kamu dari mana?"

"Duduk di balkon bareng mas Syauqi, nih, dikasih buku mas Syauqi" ucapku menunjukkan buku yg diberikan mas Syauqi.

"Ohh itu, kamu tau, mas mu  menunggu Nailah sudah 6 tahun lamanya" aku terdiam saat umi mengatakan itu.

"Maksud mamah menunggu?"

"Mas mu mencintai gadis itu, Nailah Fadiyah, bahkan saat mamah menjodohkannya dengan Latifa, dia menolak dan lebih memilih menunggu Nailah, yang mamah sendiri belum pernah melihatnya, namun mas mu begitu meyakinkan umi bahwa gadis itu adalah yg terbaik untuknya" aku semakin terdiam, pantas saja saat aku bercerita tadi, wajah mas Syauqi begitu berubah, ya Allah apa yg sudah ku lakukan, tapi aku sudah bersikeras bahwa aku akan mendapatkan Nailah, tapi sekarang.

"Akbar, kamu tidak apa apa?"

"Eh, ga apa apa mah"

"Ehm, mah"

"Hmm?"

"Apa mas Syauqi pernah bertemu dengan Nailah?"

"Pernah satu kali, di dalam bis saat mas mu kembali dari Solo, 6 tahun yg lalu, kau tau Al Qur'an kesayangan mas mu?" aku berfikir sejenak.

"Al Qur'an pemberian papah dulu?"

"Iya, mas mu memberikannya pada gadis itu" ingatanku kembali pada pertemuan pertamaku dengan Nailah yg saat itu dia membuka sebuah Al Qur'an yg sepertinya aku mengenali Al Qur'an itu, dan kedua kalinya aku bertemu dengannya didalam pesawat dengan memegang Al Qur'an yg sama, jadi itu adalah Al Qur'an milik mas Syauqi.

"Mah, Akbar balik dulu ke kamar, Akbar mau istirahat"

"Yasudah" aku mencium tangan mamah lembut.

"Assalamualaikum mah"

"Waalaikumsalam"

Aku berjalan meninggalkan mamah, aku menutup pintu kamarnya, aku menoleh kearah balkon tempatku dan mas Syauqi tadi bertemu, aku berjalan pelan kesana, aku berhenti dipintu, kulihat mas Syauqi menutup wajahnya dengan kedua tangannya, apakah mas Syauqi memikirkan perkataanku tadi.

Ya Allah, apa yang sudah aku lakukan, egoiskah aku jika aku menyakiti mas Syauqi hanya untuk mendapatkan Nailah, mas Syauqi sudah begitu baik padaku selama ini, dan dia juga yang membujuk mamah untuk mengijinkanku pergi ke Kairo yang pada saat itu mamah sudah benar benar tidak mengijinkanku.

Mas Syauqi juga yang membujuk mamah agar mengijinkan kak Hanifa menikah dengan mas Qory, padahal waktu itu mamah sangat tidak setuju jika kak Hanifa menikah muda, dan sekarang, apakah mas Syauqi akan membujuk mamah lagi untukku menikahi Nailah, padahal mamah tau mas Syauqi begitu menyukai Nailah, ya Allah, betapa beratnya beban mas Syauqi selama ini, dia yang menggantikan peran sebagai seorang ayah semenjak papah meninggal.

Aku meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju kamarku, hati ini begitu berat, apakah aku egois, maafkan aku mas Syauqi, maafkan Akbar.

♥♥♥♥♥♥♥

Terjawab sudah 😮 ternyata Akbar adiknya Syauqi 😱😁😊

Kritik dan saran diterima, jangan lupa kasih comentarnya.
😉😆😂

Salam #Author ✌







Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang