Part 16

10.9K 702 16
                                    

Dzaky pov
Aku masih memandangi hp ku dengan senyum yg mengembang, rasanya sangat lega bisa mengatakan itu padanya, namun aku teringat dengan kata kata abi, bahwa aku akan dijodohkan dengan anak kandungnya, itu berarti aku akan dijodohkan dengan Habibah, namun aku tak akan menyerah, apapun yg terjadi aku berjanji akan menjaganya.

"Dzak, udah ada kabar?" aku melihat abi datang menghampiriku.

"Sudah abi, dia baik baik saja, dia di Bandung"

"Hmm, apa kamu menyukainya?" aku melihat kearah abi, aku pun tersenyum.

"Dzaky sudah berjanji untuk menjaga hati Dzaky, meski Dzaky sudah tau dengan siapa Dzaky dijodohkan, tapi inshaa Allah semuanya Dzaky serahkan pada Allah karna Dia yg mengatur segalanya"

"Kamu masih bisa memilih, abi tak akan menghalangimu untuk bersama orang yg kamu suka, toh Nailah juga anak Daniel meski bukan anak kandungnya"

"Dzaky sudah berjanji bi, abi tau bahwa Dzaky tak bisa mengingkari janji yg sudah Dzaky buat, biarkan Allah yg mengaturnya"

"Hmm, kamu benar benar menjadi anak abi yg sangat abi banggakan, berbeda dengan kakak kakak mu yg lebih milih orang yg dia sukai daripada orang yg abi jodohkan untuk mereka, ya meski abi pun tidak menolak dengan pilihan mereka"

"Dzaky bukanlah mereka bi, Dzaky cuma berfikir bahwa pilihan orang tua itu terkadang jauh lebih baik daripada pilihan kita sendiri, karna ridho orang tua adalah ridho Allah" aku tersenyum pada abi, meski suatu hari nanti aku tak bisa bersama Nailah, tapi doa ku akan slalu aku panjatkan untuknya, untuk memberinya kekuatan, karna menurutku doa itu adalah kekuatan yg sangat luar biasa daripada hanya sekedar kata  kata.

Syauqi pov
"Belum tidur qi?" aku menoleh ke belakang, melihat mamah berjalan ke arahku yg sedang berdiri di balkon.

"Belum mah" aku menghampiri mamah ku yg duduk di sofa yg berada di balkon.

"Ada yg kamu fikirin?" aku tersenyum.

"Ga ada kok mah, Syauqi baik baik saja"

"Bohong tuh mah, mas Syauqi pasti lagi mikirin perempuan yg di terminal tadi" ucap Hanifa yg datang dan langsung duduk diamping mamah.

"Benarkah, kamu sudah punya calon qi ?" ucap mamahku dengan wajahnya yg kulihat begitu ceria.

"Ngga mah, Hanifa bohong"

"Yee enak aja, Hanifa tau kok kalo mas itu suka sama cewek yg tadi kan, dan mamah tau, kak Syauqi sampe ngasih al Qur'an kesayangannya itu buat perempuan itu" kulihat Hanifa pergi dengan tertawa.

"Benarkah yg dikatakan adikmu qi?"

"Hmm, iya mah"

"Lalu siapa perempuan itu, kapan kamu membawanya kesini"

"Mah, Syauqi bahkan tidak kenal perempuan itu"

"Tapi kenapa kamu memberikan al Qur'an mu padanya? Pantas saja mamah tak melihatmu memegang al Qur'an itu lagi"

"Sewaktu Syauqi naik bis dari solo tadi, bis nya sangat penuh, Syauqi liat seorang wanita duduk sendiri, lalu Syauqi minta ijin untuk duduk disebelahnya, saat dia menoleh melihat Syauqi, hati Syauqi bergetar, entah karena apa, lalu Syauqi duduk disampingnya dan dia sedikit menggeser duduknya lebih rapat ke jendela, hati Syauqi begitu nyaman melihat sikapnya mah, saat bis berjalan entah kenapa hati Syauqi begerak untuk melihatnya dan Syauqi pun melihatnya namun hati Syauqi sedih, Syauqi melihatnya menangis meski dia langsung menghapus air matanya, sepertinya dia mempunya masalah yg sangat berat mah, dan kemudian Syauqi memberikan al Qur'an pemberian almarhum papah yg sedang Syauqi pegang, Stauqi teringat kata kata papah saat memberikan al Qur'an itu, papah berkata ambillah Al Qur'an ini, bacalah saat kamu sedang mempunyai masalah yg begitu sulit, saat kamu tak sanggup mencari solusinya, karna dengan membaca al Qur'an, solusi itu akan muncul dengan sendirinya saat itu Syauqi katakan pada papah bahwa Syauqi sudah mempunyai al Qur'an yg sama pemberian mamah, tapi papah bilang Bukankah sesuatu yg diberikan itu lebih sering digunakan meski kita sudah mempunyainya? Sejak saat itu Syauqi lebih sering membaca al Qur'an pemberian papah sejak umur Syauqi 6 tahun sampai sekarang umur Syauqi 20 tahun" aku menarik nafas perlahan dan melanjutkan cerita ku.

"Dan dia mengambil al Qur'an itu, dia membacanya sepanjang perjalanan di bis, setelah kami sampai dia menghampiri Syauqi yg sudah keluar terlebih dahulu, dia ingin mengembalikan al Qur'an itu namun Syauqi menolaknya, dan Syauqi mengatakan bahwa al Qur'an ity untuknya, dia juga berkata yg sama saat papah memberikan al Qur'an itu pada Syauqi, dan dia hanya diam lalu Hanifa datang dan Syauqi pergi meninggalkannya"

"Jadi kamu tidak mengetahui namanya" aku menggeleng dan tersenyum.

"Lalu orangnya seperti apa?"

"Sangat cantik umi, hijabnya panjang, dan sepertinya dia seorang santri di pesantren yg ada di solo"

"Kamu tidak berniat mencarinya?"

"Syauqi tidak tau mah, tapi Syauqi hanya bisa berdoa semoga Allah mempertemukan kami lagi"

"Semoga kamu melakukan hal yg benar jika suatu hari nanti kalian akan bertemnu kembali" aku menoleh kearah mamahku yg tersenyum.

"Maksud mamah?"

"Khitbah dia saat kamu bertemu dengannya untuk yg kedua kali"

"Inshaa Allah jika Allah mengijinkan"

"Alhamdulillah ternyata anak mamah bisa juga jatuh cinta"

"Mah, bukankah setiap orang memang diberikan cinta dan kasih sayang oleh Allah"

"Iya mamah tau"

"Hmm, bagaimana keadaan adik Syauqi yg satu itu?"

"Dia baik baik saja, sesuai keinginannya yg ingin masuk ke pesantren"

"Alhamdulillah" kami hening beberapa saat.

"Mah, Syauqi rindu pada papah" aku merasakan mamah menyentuh bahuku pelan.

"Mamah juga sangat merindukannya"

"Apa yg membuat mamah tidak ingin menikah lagi? Padahal papah meninggal saat usia Syauqi masih 10 tahun"

"Karna dia adalah jodoh mamah yg pertama dan yg terakhir, kamu tau apa yg membuat mamah berpindah agama?" aku menggeleng.

"Karna papah mu juga mengatakan hal yg sama sepertimu, saat orangtua mamah bercerai, kehidupan mamah begitu hancur, hingga dia menyelamatkan mamah saat mamah kecelakaan karna ingin mengakhiri hidup mamah, saat mamah sadar mamah begitu marah padanya karna dia menolong mamah, saat itu juga dia memberikan al Qur'an pada mamah, saat itu mamah sadar bahwa Allah tidak akan memberikan suatu masalah yg melebihi batas kemampuan umatnya, mamah pun mualaff dan papahmu menikahi mamah, setelah menikah hidup mamah berubah begitu drastis, mamah merasakan kebahagiaan yg sesungguhnya yg seumur hidup mamah belum pernah rasakan, hingga mamah mendapat kabar orangtua mamah kembali bersatu, betapa bahagianya hidup mamah, Allah benar benar ada disaat kita merasa bahwa dunia tidak adil, dan al Qur'an pemberian almarhum itu mamah berikan ke salah satu anak mamah, yaitu kamu" aku terdiam beberapa saat.

"Jadi, al Qur'an yg mamah kasih sebagai kado ulang tahun Syauqi itu adalah pemberian papah?" kulihat mamahku mengangguk dan tersenyum, aku memeluk mamahku, tak terasa air mataku menetes.

"Terima kasih mah, Syauqi beruntung mendapatkan orangtua hebat seperti kalian"

"Sama sama, karna kamu juga menjadi anak yg mamah harapkan, kalian bertiga menjadi semangat baru dihidup mamah setelah papah pergi"

"Maahh" aku melepaskan pelukan mamahku karna mendengar suara Hanifa, kulihat dia menangis, lalu berlari kearahku dan mamah, memeluk kami berdua.

"Terima kasih mah" kudengar isakan Hanifa yg memeluk mamah.

"Sudahlah, kenapa jadi tangis tangisan gini sih" ucap mamah.

"Gara gara mas Syauqi nih"

"Loh kok jadi mas"

"Iya kan karna mas..."

"Sudahlah, ayo istirahat, sudah malam, ayo Hanifa, biarkan mas mu sendiri" aku melihat mamah dan Hanifa pergi meninggalkanku, aku kembali menatap ke langit dan menyenderkan tubuhku ke sofa.

"Ya Allah, aku berharap padamu, semoga dia jodohku, sebagaimana aku meyakini bahwa tak akan ada yg membuatku kecewa ketika aku hanya berharap pada Mu ya Allah"

♥♥♥♥♥♥♥

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang