Nailah pov
Aku kembali turun dari pesawat beserta penumpang lainnya setelah ada pengumuman bahwa pasawat akan ditunda keberangkatannya karna ada sedikit masalah.Aku beristighfar dalam hati, semoga saja semuanya baik baik saja, semoga Allah melancarkan perjalanan ini.
"Maaf mbak, kira kira berapa lama lagi pesawatnya akan berangkat?" tanya ku pada seorang pramugari.
"mungkin 1 jam lagi mbak, nanti ada pengumumannya kok kalo akan berangkat lagi"
"Ohh gitu, trima kasih mbak"
"Sama sama, saya permisi dulu" aku tersenyum dan mengangguk padanya, aku melihat sekeliling, tak ada yg aku kenal, mereka pun kembali menuju area bandara, sepertinya aku harus kesana, perutku terasa lapar.
Satu jam lagi, apakah umi dan yg lainnya sudah pulang, aku memegang hpku, menghidupkannya kembali, tapi tidak mungkin aku menyuruh mereka kembali lagi kesini, pasti mereka akan khawatir, aku memasukkan kembali hp ku ke dalam tas.
Sampai di area bandara aku melihat kearah tempatku tadi saat berpisah dengan umi dan lainnya, mereka sudah pulang sepertinya, namun saat aku ingin berjalan ke arah cafe yg ada di dekat pintu masuk bandara, aku melihat seseorang duduk di kursi tunggu yg sepertinya aku kenal, namun aku tak melihat wajahnya karna dia menunduk, tiba tiba saja jantungku berdetak begitu cepat, kaki ku melangkah kearah pria itu.
Aku berhenti saat jarakku didepan pria itu sudah agak dekat, aku terdiam dan tak berani memanggilnya hingga aku melihat wajahnya terangkat dan menatapku, aku sangat terkejut dengan apa yg aku lihat.
"Mas Dzaky" ucapku pelan.
"Nailah" dia berdiri, aku menunduk sedikit.
"Ka..kamu kembali Nai"
"Ehm, keberangkatan ditunda satu jam lagi" ucapku gugup.
"Oh, aku fikir, ehmmm"
"Nai mau kesana, kalau mas mau ikut kita ngobrol disana" ucapku menunjuk cafe itu.
"Baiklah"
"Mas duluan" dia mengangguk dan berjalan didepanku, aku mengikutinya dari belakang.
Kami memilih duduk didekat pintu masuk, agar aku juga bisa mendengar pengumuman yg sewaktu waktu mungkin saja berubah.
"Kamu mau pesan apa? Biar aku pesankan"
"Capuccino sama rainbowcake aja satu" ucapku sedikit tersenyum.
"Yaudah aku kesana dulu" aku mengangguk padanya, kulihat dia tersenyum padaku, aku langsung menunduk, aku takut terjadi zina mata, aku cepat cepat istighfar dalam hati.
Aku menoleh keluar jendela, banyak pertanyaan yg muncul dikepalaku, kenapa mas Dzaky bisa sampai disini, apakah dia bertemu dengan Habibah, perasaanku begitu kalut.
"Ini pesanannya nona" aku menoleh dan tertawa sedikit melihat mas Dzaky yg meletakkan pesananku tadi seperti seorang pelayan.
"Terima kasih pesanannya mas" kami pun tertawa bersama, mungkin ini terakhir kalinya aku bisa melihatnya tertawa bersamaku, tiba tiba saja aku teringat pada Habibah, tawa mas Dzaky sama seperti saat dia bersama Habibah, ya Allah kuatkan aku, tenangkanlah hatu dan fikiranku.
"Nai"
"Eh, ehm iya mas"
"Kamu ngelamunin apa?"
"Eng..engga ada mas" aku tersenyum gugup padanya yg duduk didepanku.
"Nai, boleh aku tanya sesuatu?"
"Silahkan mas"
"Aku tau dari umi kalau kamu akan pergi hari ini, makanya aku kesini, tapi umi tak memberitahuku kemana kamu akan pergi, boleh aku tau kamu akan pergi kemana?" aku menarik nafas pelan, semoga saja dengan ini dia bisa menghilangkan perasaannya padaku.
"Nai" aku melihatnya kemudian mengalihkan pandanganku keluar jendela.
"Aku..aku akan ke Kairo mas" ucapku pelan, dia terdiam beberapa saat, wajahnya berubah menjadi sendu saat aku melihatnya dengan ekor mataku.
"Sejauh itu Nai?" aku menguatkan hatiku, maafkan aku mas, mungkin ini yg terbaik, dan inilah takdir Allah, mungkin Dia punya sejuta rencana dibalik ini semua, aku menunduk dan tak berani menatapnya, aku kembali teringat kejadian waktu itu, 1 hari sebelum aku pulang ke bandung.
Flashback on
Aku berdiri kearah danau, ini hari terakhir aku berada disini setelah 3 tahun tempat ini menjadi tempat favoritku."Nailah" aku menoleh kebelakang, kulihat gus Dzaky dan gus Daffa.
"Gus Dzaky" aku menunduk.
"Kamu kan sudah selesai disini, panggil saja mas" aku tersenyum dan mengangguk.
"Baik mas Dzaky"
"Umi dan abi mu sudah datang"
"Trima kasih mas"
"Nai tunggu" aku berhenti berjalan.
"Setelah ini kamu akan kemana?"
"Nai.." aku tak bisa memberitahunya bahwa aku akan ke Kairo.
"Nai, aku menyukaimu, maaf kalau aku mengatakan ini, tapi aku sudah menyembunyikan ini 3 tahun sejak kamu disini, aku menyukaimu Nai, bahkan aku sudah mencoba menghilangkan perasaan ini, tapi perasaan ini semakin kuat, maafkan aku Nai, aku tau ini salah, aku hanya tidak ingin perasaan ini semakin membuatku menjadi egois, aku ingin mengkhitbahmu Nai" aku terdiam, dan terasa air mataku menetes, apa yg harus aku lakukan.
"Maaf mas, aku tidak bisa" aku berlari meninggalkan mereka berdua, maafkan aku mas, maafkan aku Bibah, aku janji tak akan pernah mengambil kebahagiaanmu.
Flashback off"Maafkan aku mas, ini sudah rencana Allah"
"Apakah rencana Allah juga saat kamu menyembunyikan perasaanmu selama 3 tahun?" aku terdiam, aku sama sekali tak pernah mengatakan perasaanku.
"Aku sudah membaca semua bukumu Nai, aku tau, banyak perasaanmu yg kamu tumpahkan ke dalam buku mu, aku juga tau semua perasaanmu dari Nazwa, dia cerita padaku semuanya" aku menatapnya tidak percaya, benarkah Nazwa mengatakan semuanya, pantas saja dia sering mengirim pesan permintaan maaf padaku.
"Kamu tak perlu marah padanya, aku yg memaksanya cerita, maafkan aku Nai, aku hanya ingin tau perasaanmu padaku, lalu apa yg membuatmu pergi sejauh itu?"
"Aku memang menyukaimu mas, tapi aku tak bisa bersamamu"
"Tapi kenapa Nai?"
"Pesawat dengan tujuan Kairo akan berangkat 10 menit lagi" aku mendengar suara pengumuman itu.
"Maaf mas, aku harus pergi"
"Nailah" aku berhenti, dan berbalik kearahnya.
"Karna aku tak ingin mengambil kebahagiaan adikku, karna aku ingin menebus kesalahan almarhum ibuku dulu, karna aku tak ingin membuat adikku tersakiti seperti dulu ibuku yg menyakiti umi Zahra, maafkan aku mas, aku tak bisa melakukan itu, maaf"
"Dan kamu membiarkan hatimu yg tersakiti Nai?" air mataku mengalir deras, aku menghapusnya dan mencoba tersenyum.
"Allah sudah menguatkan hatiku mas" dia berjalan menghampiriku, kulihat dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
"Ambillah, ini milikmu" aku melihat gelang milikku ditangannya.
"Aku menemukannya, ambillah" aku mengambilnya.
"Trima kasih mas, aku harus pergi, assalamualaikum"
"Hati hati Nai, waalaikumsalam" aku berbalik meninggalkannya, aku benar benar meninggalkannya meski aku sadar, separuh hatiku tertinggal disana, bersamanya. Air mataku mengalir begitu deras, kuatkan aku ya Allah, ucapku lirih, aku mencoba menghapus air mataku.
Tak terasa aku menabrak seseorang, bahu kami bertabrakan meski tak ada yg jatuh, aku menoleh kearah orang itu begitupun dengannya, aku menabrak seorang pria.
"Maaf sa.."
"Maaf mbak sa.." kami sama sama terdiam beberapa saat, pria itu, aku menyadari kami terlalu lama menatap.
"Maaf mas" aku menunduk dan mencoba tak mengenalinya, aku berbalik dan pergi meninggalkannya.
♥♥♥♥♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.