Nailah pov
Sudah 2 minggu aku disini, semuanya begitu biasa saja, termasuk sikapku pada gus Dzaky, namun aku slalu melihat sikapnya yg sepertinya semakin mendekatiku meskipun hanya sekedar menyapaku, namun semua santri disini sudah mengetahui semuanya bahwa gus Dzaky menyukaiku, aku sendiri tak tau benarkah atau tidak semua itu."Nai, ini nomor kamar kamu" aku melihat nomor kamar santri yg diberikan padaku, aku sudah memutuskan untuk pindah ke kamar santri, karna aku tak ingin dibedakan dengan yg lain, meski awalnya umi Aisyah melarangku namun aku tetap meyakinkannya, dan umi ku sendiri belum mengetahuinya, aku akan memberitahunya jika aku sudah pindah.
"Apa hari ini saya sudah bisa pindah kak?"
"Sudah Nai, memangnya kenapa kamu pindah? Apakah tidak enak tinggal dirumah uztad Rafi?"
"Ehm, bukan begitu kak, saya cuma ingin tinggal bersama santri yg lain saja" ucapku tersenyum.
"Ohh begitu, yasudah tak apa"
"Terima kasih kak Rahma, saya permisi dulu, assalammualaikum"
"Waalaikumsalam" aku meninggalkan ruangan kak Rahma, dia adalah pengurus kamar kamar santri wanita.
Aku berjalan menuju kamar para santri yg berada di lantai 3, aku menaiki tangga pelan, rasanya begitu berat namun aku harus menjalani ini semua, aku merasa tidak pernah mempunyai teman jika terus tinggal disana, Nazwa sendiri tak pernah membalas sapa ku setiap kali aku menyapanya.
"Loh, Nailah ngapain disini?" aku menoleh kedepan, kulihat Aliyah berjalan melawan arah padaku, aku berhenti dan tersenyum padanya.
"Aku mau cari kamar ini, kamu tau dimana?" aku memberikan kertas yg bertuliskan nomor kamar padanya.
"Ini nomor kamar ku Nai, ada apa?"
"Bisa antarkan aku kesana?" kulihat dia mengangguk, kami berjalan menuju kamarnya.
"Memangnya ada apa Nai?"
"Kamu tinggal dengan siapa?"
"Aku tinggal sendiri Nai, tunggu, jangan bilang kalo kamu mau tinggal dikamar itu juga" aku mengangguk dan tersenyum padanya.
"Alhamdulillah, benarkah?" aku melihat wajahnya begitu bahagia.
"Benar Aliyah"
"Terus kenapa kamu pindah?'
"Aku cuma pengen ngerasain jadi santri beneran"
"Bukan karna Nazwa?"
"Hmm, sudahlah, sebaiknya kita tidak usah membicarakan orang lain, kamu pasti mengerti aku"
"Yah baiklah Nai, lalu kemana barang barangmu?"
"Nanti aku akan mengambilnya"
"Aku akan membantumu"
"Terima kasih Aliyah" dia tersenyum padaku.
"Nah ini kamarnya" Aliyah membuka pintu kamarnya.
"Subhanallah, ternyata kamarnya bagus"
"Yah seperti ini lah, tidak lebih bagus dari kamar yg dirumah pak Uztad"
"Tapi sepertinya aku akan lebih nyaman disini"
"Yah baiklah, sebaiknya kita ambil barang barangmu Nai, karna setelah Zuhur akan ada pengajian"
"Hmm baiklah" aku dan Aliyah keluar dari kamar, Aliyah mengunci pintu itu dan kami pergi menuju rumah abi Rafi.
"Nai, boleh aku tanya sesuatu?"
"Boleh" kami terus berjalan.
"Apakah ada alasan lain yg membuatmu pindah? Apa karna gus Dzaky? Ehm, maaf jika pertanyaanku menyinggungmu Nai, aku hanya ingin menjadi tempatmu berbagi meski aku tau kau lebih suka menyerahkan semuanya pada Allah" aku tersenyum kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.