Part 45

9.6K 625 13
                                    

Nailah pov

"Oh ya kak, tadi aku udah undang kak Nazwa, katanya besok dia bakalan datang"

"Benarkah?"

"Iya, karena kalo datengnya lusa pas acaranya, takutnya kesorean sampe sini, kakak kan tau kalo dia sekarang di Jogja"

"Hmm, iya sih, yaudah ga apa apa, yg penting dia dateng" aku melihat lihat ruangan Habibah yg terpisah dari toko kue, ruangan ini ada dilantai 2.

"Kak"

"Hmm?"

"Menurut kakak kalau seseorang pria melamar seorang wanita salah ngga?" aku mengerutkan keningku, aku pun tertawa.

"Kak kenapa tertawa?"

"Lagian kamu, emangnya seorang pria itu harusnya melamar siapa? Seorang pria juga begitu?"

"Hehe, maksud Bibah bukan begitu"

"Lalu?" aku duduk di sofa, Habibah tetap duduk di meja kerjanya.

"Begini kak, pria itu belum pernah bertemu secara langsung dengan wanita itu, dia hanya mengetahui wanita itu hanya sekedar namanya saja dan informasi dari beberapa temannya, pria itu pernah bertemu dengan wanita itu tapi cuma sekali selama 6 tahun dia menunggu wanita itu" aku terdiam, aku memikirkan pembicaraanku tadi dengan Akbar, itu seperti yg diceritakan Akbar padaku.

"Kak Nai"

"Eh iya Bibah, maaf" atau mungkin kebetulan saja sama, tapi aku tidak percaya dengan kata kebetulan, karena semua ini sudah takdir Allah.

"Menurut kak Nai apa pria itu bisa melamar wanita itu?"

"Memangnya siapa pria itu?" tanyaku, kulihat Habibah hanya diam dan seperti salah tingkah.

"Assalamualaikum" aku menoleh kearah pintu, kulihat mas Dzaky disana.

"Waalaikumsalam" ucapku dan Habibah.

"Nailah, sudah lama?"

"Barusan aja mas, Bibah aku mau ke bawah dulu ya, sebentar" aku berdiri dan pamit pada Habibah.

"Iya kak" ucapnya tersenyum.

"Mari mas Dzaky, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" aku keluar dan menutup kembali pintu itu, aku benar benar tidak enak jika berada disana, suasana akan terasa sangat canggung bila aku disana terus, perutku juga terasa sangat lapar.

Aku turun ke bawah, kulihat tidak terlalu ramai, aku berjalan menuju tempat pemesanan, kulihat begitu banyak jenis cake disana.

"Mbak, pesan ini satu sama yg ini ya" ucapku sambil menunjuk cake cokelat dan juga donat kesukaanku.

"Ada lagi mbak?"

"Capuccino satu"

"Sebentar ya mbak" aku tersenyum dan mengangguk pada pelayan itu.

"Ini mbak"

"Berapa mbak?" tanyaku.

"Tidak usah bayar mbak"

"Loh kenapa?"

"Kata ibu Habibah tidak usah bayar kalau keluarganya yang pesan" aku menghembuskan nafas pelan, dasar Habibah.

"Hmm, yasudah deh kalau begitu, terima kasih banyak" ucapku tersenyum.

"Sama sama mbak" ucap pelayan wanita itu.

Aku berjalan menuju meja kosong yg dekat dengan jendela.

"Kak Nailah" aku menoleh ke asal suara, kulihat Habibi berjalan kearahku.

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang