Part 21

9.3K 621 5
                                    

Habibah pov
Aku berjalan ke arah halte bis, setelah mengambil paket dari kantor pos, kiriman dari kak Nailah, ini adalah hari minggu, jadi para santri diperbolehkan untuk sekedar keluar atau mencari kebutuhan yg diperlukan.

Aku membuka paket itu, berisi 2 buah buku tulisan kak Nailah, aku memasukkannya ke dalam tas ku, 3 minggu sudah berlalu dan semua berjalan kembali seperti biasanya.

Brukkkk!!!!

"Awwwww" aku terjatuh saat seseorang kurasakan menarik tanganku.

"Copettttt, toloooooongggg ada copeeetttttttt!!!!!!!!!!!!" aku berdiri dan berlari mengejar seseorang yg mengambil tas ku, beberapa lama berlari aku tak merasakan lutut dan tanganku begitu sakit, aku duduk di halte, air mataku menetes karna tak berhasil mengambil tas ku kembali, aku melihat telapak tanganku berdarah.

"Buku kak Nai" ucapku pelan dengan terisak, ku perhatikan suasana begitu sepi, hanya mobil dan kendaraan lain saja yg melintas, tiba tiba sebuah mobil berhenti didepan ku, aku menghapus air mataku dan melihat seorang pria turun dari mobil itu berjalan ke arah ku.

Syauqi pov
Aku melihat seorang wanita terjatuh dan teriak minta tolong, pantas saja saat aku menatap kedepan, kulihat seorang pria berlari membawa sebuah tas, aku mengejarnya dengan mobil ku, saat aku merasa sudah dekat dengannya aku menghalangi jalannya dengan mobilku.

Bruuukkkk!!!!

Aku memukul wajahnya karna kulihat dia akan lari, pria itu terjatuh dan hidungnya pun berdarah.

"Kembalikan tas itu atau saya akan panggil polisi!!!!" ucapku tegas, dia langsung melemparkan tas itu dan pergi meninggalkanku dengan berlari.

Aku melihat tas itu, hanya tas kecil namun terasa sedikit berat, aku kembali masuk ke dalam mobil dan mencari wanita itu ditempat yg tadi, dari kejauhan aku melihatnya duduk di halte sambil menangis, wanita itu begitu cantik menurutku, namun entah kenapa hatiku sudah jatuh pada satu wanita, meski aku tak tau dimana wanita itu.

"Huhhh, kenapa jadi mikirin wanita itu" aku menghembuskan nafas, dan turun dari mobil menghampiri wanita itu.

"Apakah ini tas milikmu?" dia menatapku lalu melihat kearah tanganku, kulihat wajahnya langsung berbinar dan langsung mengambil tas itu.

"Iya ini milikku" aku melihatnya membuka tas itu lalu mengeluarkan 2 buah buku dari dalamnya, jadi buku itu yg membuat tas itu sedikit berat.

"Alhamdulillah ga rusak, makasih ya mas udah mau nolong saya, terima kasih" ucapnya begitu bahagia, aku pun tersenyum padanya.

"Sama sama" tiba tiba saja aku melihat tangannya berdarah.

"Ehm, sepertinya tangan kamu terluka, sebaiknya biar saya obatin" dia langsung melihat kearah tangannya dan kulihat dia seperti kebingungan, sepertinya aku mengerti maksudnya, aku melihat sekeliling dan aku melihat sebuah cafe kecil yg berjarak 10 meter dari tempat kami.

"Ehm, tenang aja saya ga akan sentuh kamu, kita ke depan sana, tinggal nyeberang aja, di mobil saya ada kotak obat, kamu obati luka kamu sendiri disana bersama saya, kalau disini hanya kita berdua saja takut timbul fitnah, kalau disana terlihat sedikit ramai, kalau tangan kamu ga segera diobatin takutnya infeksi" kulihat dia sedikit berfikir.

"Baiklah, sekali lagi trima kasih mas" ucapnya padaku.

"Sama sama" aku pun membuka pintu mobilku mengambil kotak obat, lalu menutupnya kembali dan tak lupa menguncinya, kami pun menyebrangi jalan dengan hati hati dan pelan karna kulihat dia sedikit susah jalan, mungkin lututnya juga terluka karna terjatuh tadi.

"Pelan pelan saja" ucapku padanya, dia hanya tersenyum padaku dan mengangguk.

Beberapa saat kami berjalan, kami pun masuk ke dalam cafe, aku memilih tempat duduk didekat jendela dan dekat juga dengan pintu masuk agar aku juga bisa melihat mobilku.

"Ini obatnya, kamu obati saja dulu lutut kamu, saya akan memesan minum dulu" aku sengaja memilih duduk ditempat itu karna itu sedikit jauh dari penglihatan orang orang, agar tak ada yg melihatnya mengobati lututnya, aku pun berjalan kemeja pesanan.

"Mas capuccino nya 2 sama pancake yg ini satu, dan yg ini juga satu" ucapku pada pelayan yg menjaga dimeja kue setelah memesan kopi, karna aku tidak tau seleranya seperti apa, jadi aku pesankan saja seperti yg disukai Hanifa.

Sambil menunggu pesananku, aku sedikit melihat kearah wanita itu yg sepertinya sudah selesai mengobati lututnya.

"Ini pesanannya mas"

"Berapa semuanya mas?"

"120 ribu mas" aku mengeluarkan 3 uang lembaran 50 ribu dari dompetku.

Aku membawa nampan yg berisi kue dan kopi kearah wanita itu.

"Sudah selesai?"

"Ehm, sudah" ucapnya tersenyum padaku lalu membereskan kotak obat itu kembali.

"Ini, diminum dulu, berhubung saya tidak tau selera kamu jadi saya pesenin yg biasa adik perempuan saya pesen" kulihat dia tertawa sedikit.

"Tidak apa, saya suka semua, dan trima kasih, maaf juga kalo saya ngerepotin mas" ucapnya sembari tersenyum kepadaku.

"Tidak apa apa" dia tersenyum dan memakan pancake yg sudah aku pesankan.

"Ehm, kalo boleh tau, kamu sedang apa tadi, berjalan sendirian? Disini sangat rawan pencopetan, jadi sebaiknya kamu harus hati hati" ucapku padanya.

"Tadi saya dari kantor pos, ngambil paket dari kakak saya, ini, kedua buku ini kiriman dari kakak saya yg ada di solo, kalau tadi bukunya tidak didalam tas tidak masalah jika dia mengambil tas saya, isinya juga hanya selembar uang, tapi kalau bukunya sampe hilang, sampai akhir hidup mungkin saya akan menangisinya" ucapnya sedikit tertawa.

"Itu sebabnya kamu nangis?" tanyaku

"Mungkin sedikit baper, tadi saya dengan kakak saya, awalnya dia juga mau nemenin saya tapi saya menolak karena dia juga ingin ke toko buku, akhirnya ya kita pisah di halte itu, dan janjian lagi ketemu di halte itu lagi, mungkin salah saya juga, kakak saya benar"

"Tidak perlu disesali terus, anggap saja itu pelajaran dari Allah"

"Iya inshaa Allah sudah ikhlas"

"Alhamdulillah, oh ya saya Syauqi"

"Saya Habibah"

"Habibah?"

"Habibah Fadiyah"

"Nama yg sangat bagus, kekasih yg dilindungi"

"Yah begitulah, umi saya yg berikan nama itu, sama seperti kamu?"

"Terbalik, kalau saya, papah saya yg beri nama"

"Are you muslim?"

"Yes, i am muslim"

"Ah maaf, saya fikir"

"Tidak apa, saya memaklumi, ibu saya mualaff, ibu saya Chiness"

"Alhamdulillah, ternyata sama seperti saya"

"Oh ya?"

"Abi saya mualaff, cintanya pada umi saya mengantarkannya ke jalan Allah, subhanallah"

"Rencana Allah memang sungguh luar biasa, seperti saat ini kita dipertemukan, mempunyai kehidupan yg hampir sama, semoga saja Allah menjaga silahturahmi kita"

"Amin inshaa Allah"

♥♥♥♥♥♥♥

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang