Syauqi pov
"Assalamualaikumm" aku menoleh kearah pintu.
"Mas aku aja yg bukain" ucap Nailah yg berada disampingku.
"Ga usah Nai, biar mas aja, kamu disini aja" aku berdiri dan berjalan kearah pintu, aku tak ingin melihat Nailah terlalu lelah, 7 bulan sudah berlalu dan kandungan Nailah sudah menginjak usia 9 bulan beberapa hari lagi, dan yg pasti dalam minggu ini memungkinkan bahwa Nailah akan melahirkan, aku bahkan sangat cemas menantikan hari itu, aku sangat tidak tega melihat Nailah merasakan sakit.
"Waalaikumsalam" ucapku saat membuka pintu, aku melihat Habibi, Dinda, umi, Habibah dan juga Dzaky.
"Umi" ucapku dan mencium tangannya.
"Ayo masuk" kami pun masuk, dan menuju ruang keluarga dirumahku dan Nailah.
"Nailah, gimana keadaan kamu? Udah ada tanda tanda?" tanya umi.
"Umi, ga bilang mau datang?" ucap Nailah mencium tangan umi, kami pun duduk di sofa.
"Umi udah bilang Syauqi tadi" ucap umi, aku memang sengaja tidak memberitahu karna permintaan Dinda.
"Dinda yg nyuruh mas Syauqi ga bilang sama kak Nai, kita mau ngasih kejutan aja, hehe, kita juga mau nginap disini" ucap Dinda.
"Benarkah?"
"Iya kak Nai" ucap Dinda.
"Umi, abi kemana?" tanyaku.
"Abi sedang menghadiri pengajian di pesantren milik temannya, setelah selesai, abi akan kesini" akupun hanya manggut manggut saja.
"Kak Nai, gimana? Apa kata dokter kemarin?" tanya Habibi.
"Kemungkinan lahirnya minggu ini, tapi belum tau pasti tanggal lahirnya" ucap Nailah.
"Udah jadi beli tempat tidurnya kak?" tanya Dinda.
"Belum, tau nih mas Syauqi katanya entar aja"
"Bukam entar aja Nai, tapi lagi nunggu Dinda kasih brosur tempat tidur bayi itu, kan udah mas bilang kemarin" ucapku pelan, setelah sikap panik Nailah yg tiba tiba saja sudah hilang beberapa bulan yg lalu, sekarang sikap yg baru muncul lagi, yaitu cerewet dan tidak pernah mau mengalah, dan akhirnya aku yg harus mengalah, entahlah, sampai mamah bilang bahwa kemungkinan besar anak kami adalah perempuan, dan itu membuat Nailah sangatlah senang.
"Sama aja tau mas" aku hanya menghela nafas, kulihat mereka hanya tertawa melihat tingkah kami berdua, umi pun memaklumi sikap Nailah yg sekarang dan juga menyuruhku untuk lebih bersabar, yah bukan Syauqi namanya kalau aku tidak bisa bersabar.
"Oh iya ini kak, Dinda bawa kok brosurnya" Dinda menyerahkan 2 brosur untukku dan Nailah.
"Itu yg punya temen sekolah Dinda" aku melihat lihat tempat tidur yg sangat lucu dan juga menggemaskan.
"Mas lihat deh, Nai mau yg ini ya, warna pink"
"Kok warna pink?" tanyaku.
"Kan kata mamah kemungkinan besar anak kita perempuan, jadi Nai maunya warna pink kan cocok buat anak perempuan" sepertinya aku kurang setuju.
"Nai, kan belum tentu, bisa aja anak kita laki laki, mas lebih suka warna hijau, lebih bagus tuh"
"Ngga mas, pokoknya Nai mau yg warna pink"
"Nai, kalo anak kita laki laki gimana? Mas mau dikasih warna pink, itu kan identik dengan perempuan, nah kalau hijau kan netral bisa siapa aja" kami pun memulai perdebatan sengit dan ini adalah perdebatan yg kesekian kalinya, sepertinya mereka hanya menonton perdebatan terbuka ini, haduhhh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.