Nailah pov
Aku sedang mengemasi barang barangku, hari ini aku akan pulang ke Indonesia, studyku sudah selesai, ditemani Farah yg membantuku mengemasi barang barangku."Sudah semuanya Nai?"
"Sudah Farah"
"Yaudah ayo, entar kamu ketinggalan pesawat" aku mengangguk dan tersenyum padanya.
Aku terdiam sejenak menatap apartemenku untuk yg terakhir kalinya, aku harus menguatkan hatiku, aku juga sudah sangat merindukan umi Zahra dan yg lainnya.
Aku tersenyum dan menutup pintu apartemen itu pelan lalu menguncinya, aku melihat Farah yg sudah menungguku, kami berjalan menuju lift.
***
Beberapa menit diperjalanan, kami pun sampai di bandara, Farah masih menemaniku sampai disini, Farah masih beberapa 5 bulan lagi disini, sebelumnya aku memang merencanakan pulang bersamanya, namun keadaan mengharuskanku untuk kembali lebih dulu.
"Farah, aku pamit ya"
"Hati hati ya Nai, hmm, kita ga jadi pulang bareng deh" aku tersenyum padanya.
"Tidak apa apa, kita masih bisa ketemu di Indonesia nantinya"
"Aminn"
"Aku berangkat ya, kamu jaga diri selama ga ada aku"
"Sipp, tenang aja, aku pasti bisa jaga diri kok" kami berpelukan salam perpisahan.
"Assalamualaikum Farah"
"Waalaikumsalam Nailah" aku berjalan meninggalkannya dan melambaikan tangan kearahnya.
***
Aku duduk didekat jendela didalm pesawat ini, aku membuka tas ku dan mengeluarkan Al Qur'an pemberian pria yg dulu ku temui di bis, mas Syauqi, ternyata kata katanya benar, suatu pemberian itu lebih sering digunakan meski kita sudah memilikinya.
"Assalamualaikum" aku menoleh kesamping kananku, kulihat seorang pria yg aku sedikit mengenalnya.
"Waalaikumsalam" aku sedikit tersenyum padanya, dan langsung mengalihkan pandanganku.
"Nailah Fadiyah?" ucapnya lagi, aku langsung menoleh kearahnya.
"Maaf, kamu siapa?"
"Benar kamu Nailah?"
"Iya saya Nailah"
"Aku Akbar, ga nyangka kita ketemu lagi" aku semakin mengingat pria disampingku, aku benar benar tidak mengenalnya.
"Saya tidak mengenal kamu"
"Ehm, kamu inget satu bulan yg lalu kita pernah ketemu di halte, waktu itu lagi hujan, kita masuk bis yg sama, lalu waktu aku turun aku kelupaan buku yg aku bawa terus kamu manggil aku ngembaliin buku milikku yg tertinggal di bis, udah inget?" aku berfikir sejenak, pantas saja wajahnya seperti pernah aku lihat.
"Ohh itu, iya saya inget, maaf saya sedikit lupa, karna saya juga tidak terlalu memperhatikan wajah kamu"
"Iya ga apa apa" aku mengangguk padanya dan kembali membaca al Qur'an yg ku pegang.
"Kamu mau kemana?"
"Pulang ke Indonesia"
"Oh ya? Sama kalau gitu, ehm maaf ya aku ganggu kamu baca Qur'an"
"Tidak apa apa" ucapku tersenyum padanya.
***
Beberapa jam sudah aku berada dipesawat, sepertinya sebentar lagi akan sampai, aku melihat jam tanganku menunjukkan pukul 3 sore, mungkin satu jam lagi aku akan sampai.
"Nailah" aku menoleh kearah pria disampingku.
"Kamu tinggal dimana?"
"Ehm aku tinggal di Bandung"
"Kamu juga dari Al Azhar?" tanyanya padaku dan aku mengangguk padanya, tak sekalipun aku gantian bertanya padanya, karena aku memang membatasi mengobrol pada pria bukan mahram ku, dan sepertinya itu sudah menjadi kebiasaanku sejak dulu.
"Ohh begitu, saya tinggal di Jakarta, tapi saya juga dari Al Azhar" aku hanya tersenyum kecil padanya.
"Saya mau lanjut baca Qur'an, maaf" ucapku padanya.
"Oh iya maaf" ucapnya padaku yang ku balas senyuman tipis tanpa melihat wajahnya.
Habibah pov
"Sudah siap Bibah?" aku melihat mas Dzaky di pintu kamarku."Sudah mas" ucapku tersenyum padanya, aku memasukkan hp ku kedalam tas, lalu berjalan kearahnya.
Saat ini aku dan mas Dzaky sudah menetap di Bandung, kami sudah di Bandung selama 2 minggu, kami sudah memikirkan ini sejak lama karena mas Dzaky terus memikirkan tentang pendidikan ku yg sayang jika diberhentikan, akhirnya aku mengalah dan kami pun kembali ke Bandung, tinggal dirumah umi dan abi ku, kami juga meneruskan toko kue umi dan juga membuka cabang baru di kota Bandung, dan pesantren yg ada di Solo sudah kembali di urus oleh mas Reza.
Aku dan mas Dzaky pergi menuju bandara untuk menjemput kak Nailah yg hari ini akan pulang, aku sangat bahagia, begitupun umi dan abi yg begitu antusias saat mendengar kak Nailah akan pulang, namun aku memutuskan untuk menjemput kak Nailah berdua saja dengan mas Dzaky, umi pun menyetujuinya.
"Umi, Habibah dan mas Dzaky pergi dulu ya" ucapku pada umi dan mencium tangannya.
"Iya, hati hati ya, langsung pulang ya, umi kangen sama Nailah"
"Pasti umi, abi, Habibah pergi ya" aku mencium tangan abi.
"Hati hati" mas Dzaky pun mencium tangan umi dan abi.
"Habibi ikut ya" aku melihat Habibi keluar dari rumah dan berjalan kearah kami yg berada dihalaman rumah.
"Yaudah ayo" ucap mas Dzaky, aku tersenyum padanya, tidak mungkin jika hanya aku dan mas Dzaky saja yg menjemput, bagaimana dengan perasaan kak Nailah nanti.
Aku duduk di belakang, mas Dzaky dan Habibi di depan dan mas Dzaky yg nyetir mobil itu.
"Memangnya berapa lama lagi kak Nai sampai?" tanya kak Habibi.
"Mungkin 30 menit lagi kak, udah aku hitung kok waktunya sejak kak Nai kabarin akan berangkat tadi, mungkin saat kita sampai di bandara kak Nailah sudah sampai" ucapku.
Nailah pov
"Alhamdulillah" ucapku saat pesawat mendarat di Indonesia, aku menghirup udara Bandung untuk pertama kalinya setelah 3 tahun lebih aku meninggalkan kota ini.Aku berjalan menuju area bandara, mengambil koperku lalu berjalan mencari Habibah yg katanya akan menjemputku.
"Kak Nailahhhh" aku mencari suara yg memanggilku.
"Kak Naiii" aku melihat seseorang melambaikan tangannya kearahku.
"Habibahh" aku melambaikan tangan kearahnya, dengan senyum lebar aku berjalan cepat kearahnya.
"Kak Nailah" aku dan Habibah berpelukan melepaskan kerinduan yg begitu mendalam.
"Habibah, kakak kangen banget sama kamu"
"Habibah juga"
"Kamu sama siapa?" tanyaku.
"Itu" aku menatap kedepan, kulihat mas Dzaky dan Habibi berjalan kearah kami.
"Habibi" aku tersenyum padanya, kami berpelukan sebentar melepaskan kerinduan, aku melihatnya begitu berubah, tubuhnya menjadi lebih tinggi, wajahnya yg tampan menampakkan kedewasaannya.
"Kak Nailah, apa kabar?"
"Seperti yang pak dokter lihat" kami pun tertawa bersama, aku melihat kearah mas Dzaky, aku menangkupkan kedua tanganku didepan dada dan tersenyum padanya.
"Habibi" aku menoleh saat aku mengenali suara itu.
"Heyy, Akbar, kau juga kembali?" aku melihat Habibi yg menyapa pria bernama akbar itu, aku melihat mereka berpelukan.
"Habibi kamu kenal dengan dia?" aku melihat mereka melepaskan pelukannya.
"Nailah kamu kenal Habibi?" tanya akbar, kami pun saling berpandangan dan begitu banyak pertanyaan yg muncuk di kepalaku.
♥♥♥♥♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.