Nailah pov
Aku menutup Al Qur'anku, membuka mukenah yang aku pakai, aku melihat jam dinding menunjukkan pukul 5 pagi, mas Syauqi belum kembali dari mesjid, aku mendengarkan hp ku berdering.
"Assalamualaikum" ucapku, tidak biasanya Nazwa menelfon pagi sekali seperti ini.
"Waalaikumsalam, Nailah"
"Ada apa Nazwa? Tumben nelfon pagi sekali"
"Nai, beneran kamu udah nikah?" aku baru mengingatnya sekarang, aku memang tidak memberitahunya.
"Maaf aku tidak memberitahumu"
"Nai, kau jahat sekali, kenapa tidak memberitahuku, kau kan tau aku ingin sekali melihatmu menikah" aku mendengar suaranya begitu sedih, rasa bersalah pun langsung menyelimuti hatiku.
"Maaf Nazwa, aku hanya tak ingin kau terburu buru untuk datang kesini, umi bilang kau sudah bekerja, aku tak enak menganggumu dengan berita yang begitu mendadak"
"Nailah, aku tak pernah merasa terganggu jika itu berhubungan denganmu, aku bisa mengambil cuti beberapa hari"
"Maafkan aku Nazwa, datanglah hari minggu jika kau tidak sibuk, kami akan mengadakan pengajian"
"Hmm, tetap saja sudah berbeda, mengapa mendadak sekali menikahnya? Kau tidak melakukan hal yang aneh kan?"
"Astaghfirullah Nazwa, naudzubillah jika aku melakukan itu" aku mendengarkan suaranya yg tertawa.
"Haha, maafkan aku adikku, aku hanya bercanda, umi memberitahuku barusan, bahwa kau menikah semalam, aku benar benar sangat marah padamu, apakah aku masih tak berguna menjadi seorang kakak untukmu" aku tertawa pelan.
"Kau tetaplah kakakku, maafkan aku, aku hanya berfikir bahwa kau adalah seorang guru, bagaimana muridmu nanti jika kau pergi, mereka sudah berusaha datang tapi kau tak hadir untuk memberikan ilmu pada mereka, mereka pasti akan kecewa"
"Hmm, yah kau benar, kau selalu saja memberikan alasan yang aku tak sanggup lagi untuk terus marah padamu, aku memaafkanmu" aku tertawa.
"Yah baiklah, aku akan mengenalkan suamiku saat kau datang nanti"
"Baiklah, aku harap suamimu tidak membuatku jatuh cinta"
"Nazwa!!"
"Hahaha, aku bercanda adikku, lihatlah wajahmu dicermin, aku yakin wajahmu sudah merah seperti tomat" aku langsung berdiri dan melihat kearah cermin.
"Astaghfirullahhalazim!!" ucapku memegang dadaku.
"Nai kau tak apa? Apakah wajahmu jelek sekali sampai kau terkejut?"
"Hey, tidak, aku hanya terkejut melihat suami ku didalam cermin"
"Apa? Suamimu masuk cermin"
"Hah?!! Eh maksudku bukan didalam cermin, tapi dibelakangku" aku baru saja menyadari kebodohan ku, aku langsung berbalik kebelakang, dan benar saja aku melihat mas Syauqi disana sedang menahan tawanya, aku menggaruk kepalaku yang tiba tiba saja terasa gatal.
"Ah dasar kau masih saja tidak berubah, aku fikir wajahmu memang jelek"
"Nazwa berhentilah mengangguku, kau sama saja tidak pernah berubah"
"Haha, yah baiklah, kita memang sama sama tidak pernah berubah, sudah ya, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" aku meletakkan hpku di meja, lalu berjalan kearah mas Syauqi, aku pun mencium tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.