Nailah pov
"Nai bangun, kita sudah sampai" aku merasakan seseorang menepuk pipiku lembut, sedikit aku membuka mataku, kulihat umi ku tersenyum kearahku."Udah sampai umi?" tanyaku menegakkan tubuhku, kulihat Habibah dan Habibi juga tertidur.
"Sudah, abi juga sudah didalam, ayo masuk"
"Umi duluan saja, Nai mau bangunin Bibah dulu" umi ku mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah, umi masuk duluan ya, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Habibah, bangun" aku menggoyangkan tubuhnya pelan.
"Habibi ayo bangun kita udah sampai" kulihat mereka berdua bergerak, memang tak terlalu sulit membangunkan mereka, ikatan batin mereka juga begitu kuat.
"Kita udah sampai ya kak?"
"Iya ayo turun, abi sama umi udah didalem" kulihat wajah sedih Habibah.
"Kak Nai, Bibah bakalan kangen" ucap Bibah dengan nada yg merengek.
"Udah Bibah, nanti kita pulangnya kemaleman, ini juga udah sore" ucap Habibi yg turun dari mobil, Habibah pun ikut turun, aku pun juga ikut turun lalu Habibi menutup pintu mobil.
Kami berjalan menuju rumah abi Rafi, aku mengetuk pintu pelan.
Tok..tok..tok..
"Assalamualaikum" ucap kami bertiga.
"Waalaikumsalam, ayo masuk" ucap seseorang yg aku fikir itu adalah abi Rafi, dia sudah terlihat sedikit tua, aku terdiam sejenak melihat seseorang yg duduk disampingnya, apakah itu Dzaky anaknya yg dulu pernah aku lihat 10 tahun yg lalu, sejak itu juga aku tak pernah melupakannya, dan tiba tiba saja jantungku berdetak begitu kencang.
"Kok semuanya bengong, ayo masuk"
"Ehm iya abi, maaf, ayo Bibah" kami berjalan masuk, aku mencium tangan istri abi Rafi, dan menangkupkan kedua tanganku didepan dada tersenyum pada abi Rafi dan juga pria disebelahnya" kulihat Habibah dan Habibi melakukan hal yg sama denganku.
Kami duduk disofa yg sama, yg muat untuk kami bertiga, umi dan abi ku duduk disamping kami bersebelahan dan pria itu duduk tepat didepanku, aku hanya menundukkan kepalaku.
"Nai sudah besar ya" ucap seorang wanita, kulihat ternyata itu adalah istrinya abi Rafi, meski sudah tua namun itu hanya umurnya, berbeda dengan fisiknya yg masih terlihat cantik.
"Terima kasih umi" ucapku tersenyum.
"Nai, Habibah, Habibi kenalin ini Dzaky anaknya abi Rafi, dulu juga pernah ketemu sewaktu kalian kecil" ucap abi ku, aku tersenyum dan mengangguk.
Dzaky pov
Aku berulang mengucap istighfar dalam hatiku, entah apa yg aku rasakan saat ini, begitu melihat wajahnya hatiku berdesir, kekagumanku semakin bertambah, senyumnya begitu indah."Astaghfirullah" ucapku.
"Ada apa Zak?" tanya abi ku, aku kaget mendengarnya, aku pun merutuki kebodohanku, tak sadar ternyata ucapanku tadi didengar semua orang.
"Ehm itu abi, Zaky lupa kalo Zaky harus mengajar ngaji" ucapku bohong.
"Ohh begitu, yasudah tidak apa apa" ucap abiku, aku pun tersenyum pada om Daniel dan istrinya, aku berdiri dan pamit pada mereka.
"Zaky pergi dulu abi, mari om, tante, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" aku berjalan merasa lega, meski aku sedikit sedih karna kebodohanku sendiri aku harus pergi dari sana, tapi aku juga bersyukur jantungku sedikit merasa tenang.
Habibah pov
Aku merasa sedih melihatnya pergi, sejak pertama melihatnya aku begitu mengaguminya, jantungku berdetak begitu kencang, ini pertama kali aku merasakannya pada seorang pria, entah apa yg aku rasakan tapi perasaan ini begitu membuatku merasa senang.Aku mendengarkan mereka sedang mengobrol mengenai kak Nai, namun fikiranku entah pergi kemana, aku masih terus mengingat wajahnya, begitu teduh, dan ku lihat tanda dikeningnya yg menunjukkan dia rajin beribadah, subhanallah, ucapku dalam hati.
"Bibah, kamu mau sampe kapan diem disitu terus?" aku kaget mendengarkan suara umi ku yg memanggil namaku.
"Eh, ehm maaf umi, kita mau kemana?" tanyaku.
"Lah, kamu sih daritadi bengong terus, kan tadi kita udah permisi mau pulang"
"Secepat itu?" kulihat mereka semua tertawa.
"Bukan cepat, kamu aja yg kelamaan bengong" ucap kak Habibi.
"Hehe, maaf umi"
"Yasudah salam sama abi Rafi dan umi Aisyah" aku mengangguk pada abi ku dan mencium tangan umi aisyah dan menangkupkan kedua tanganku pada abi Rafi.
"Kak Nai, Bibah pulang ya, kak Nai hati hati disini" ucapku begitu sedih, aku akan sangat merindukannya.
"Iya Bibah, kamu juga hati hati ya" aku mengangguk dan memeluknya erat.
"Bibah, kamu mau ngalahin lamanya lamunan kamu tadi?" aku memasang wajah cemberut pada abi ku.
"Maaf abi" kudengar mereka tertawa pelan, aku benar benar merasa seperti orang bodoh hari ini.
Aku berjalan menuji kearah mobilku, aku masuk dan duduk didekat jendela dan sedikit jauh dari kak Habibi yg juga duduk didekat jendela disebelahku, aku membuka kaca mobil dan melambaikan tanganku kearah kak Nai saat mobil mulai berjalan.
"Dah kak Nai, assalammualaikum"
"Waalaikumsalam, hati hati" aku tersenyum lebar padanya, saat aku kembali menatap kedepan, aku melihat kak Zaky berjalan berlawanan arah sehingga aku bisa melihat wajahnya, tiba tiba saja mata kami saling menatap beberapa saat dan kulihat dia tersenyum sampai akhirnya aku tak melihatnya lagi karna mobil terus berjalan.
"De, kamu ga kesambet kan? Daritadi senyum senyum sendiri" ucap kak Habibi yg membuatku menoleh kearahmya.
"Kak Habini apaan sih"
"Yah semenjak ngeliat anak laki laki abi Rafi tadi, kamu jadi sedikit aneh" aku terdiam mendengarkan ucapan kan Habibi.
"Hilangkan fikiran zina kamu de, kamu masih belum dewasa memikirkan hal itu" aku terdiam mendengarkan ucapan kak Habibi, aku mengucapkan istighfar dalam hatiku.
"Bibah ga mikirin itu kok, Bibah cuma sedih ga ketemu kak Nai lagi" ucapku bohong.
"Sudah Bibih, mungkin ade kamu benar, jangan suka mengganggunya lagi" ucap umi ku pelan, akupun tersenyum pada umi.
Habibi pov
Aku melihat ada yg aneh dengan adikku ini, sejak aku melihatnya sedang memperhatikan Dzaky anaknya abi Rafi, mungkinkah dia menyukainya, tapi aku melihat Dzaky begitu memperhatikan kak Nailah, semoga saja apa yg dikatakan umi benar, aku ga boleh sudzon sama adikku sendiri."Umi, apakah kami juga akan tinggal di pesantren?" tanyaku.
"Iya Bih, tapi setiap hari minggu kalian bebas kok, artinya boleh pulang kerumah atau sekedar keluar bersama teman" ucap umi.
"Kita pulang ya kak, Bibah juga bakalan kangen sama umi" ucap Habibah, aku tersenyum padanya.
"Iya" ucapku tersenyum.
♥♥♥♥♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.