Part 24

9.3K 626 8
                                    

Nailah pov
Seperti biasa, setiap hari minggu aku selalu meminjam telfon umi Aisyah, satu minggu sudah berlalu, aku ingin tau kabar Habibah setelah kecelakaan yg menimpanya 1 minggu yg lalu.

"Assalamualaikum" ucapku saat kudengar telfon itu diangkat.

"Waalaikumsalam, kak Nai, baru saja Bibah yg mau telfon"

"Oh ya, haha, bagaimana kabar kamu? Sudah baikan?"

"Sudah kak, alhamdulillah"

"Alhamdulillah"

"Kak sepertinya banyak santri yg lain yg ingin meminjam telfon"

"Ohh begitu, yasudah, kak Nai cuma ingin tau kabar kamu saja, kamu baik baik ya, assalamualaikum"

"Baik kak, waalaikumsalam"

Aku menutup telfonnya, aku memegang kertas kecil, apakah aku harus menelfonnya, aku menarik nafas panjang lalu mengetik nomor pria yg menolong Habibah waktu itu.

"Assalamualaikum"

Deg!

Suara itu, benarkah atau cuma mirip.

"Hallo, dengan siapa ya?"

"Ehm, Waalaikumsalam, maaf" ucapku gugup.

"Ada yg bisa dibantu?"

"Sa..saya Nailah, kakaknya Habibah"

"Habibah, oh iya saya ingat, dia cerita banyak tentang kamu, ada yg bisa saya bantu?"

"Ohh ya? Ehmm saya Nailah, satu minggu yg lalu saya Nelfon Habibah, katanya dia kecelakaan dan mas ini yg menolongnya, Habibah lalu ngasih nomor mas pada saya, saya cuma mau ngucapin terima kasih karna udah menolong adik saya"

"Oh itu, sama sama, saya juga makasih, karna Bibah ngasih buku yg katanya milik kamu, dan oh ya saya sudah nunjukin buku kamu pada teman saya, apakah Habibah ada cerita?"

"Iya ada"

"Nah, temen saya suka banget sama tulisan kamu, juga kata kata kamu dibuku itu, dia sih mau nerbitin buku karya kamu itu, berhubung saya ga punya nomor Habibah ataupun kamu saya jadi ga tau harus hubungi lewat apa, jadi alhamdulillah saya bisa bicara dengan penulisnya langsung"

"Tidak usah berlebihan, dan makasih banyak mas sudah mau bantu"

"Sama sama, oh ya nama saya Syauqi" aku terdiam mendengarkannya, nama itu, benarkah itu orangnya.

"Hallo, Nailah"

"Eh iya maaf mas"

"Jadi kamu setuju kalo buku kamu di terbitkan?"

"Saya setuju mas, tapi maaf saya tidak bisa kesana"

"Kalo masalah itu tidak masalah, yg penting ijin dari kamu sudah ada, nanti kalo peluncuran bukunya baru kamu bisa datang, gimana?"

"Saya..saya juga tidak bisa datang, undangannya kirim ke Habibah saja, biat dia yg hadir"

"Hmm, boleh saya tau kenapa?"

"Saya tidak bisa keluar dari pesantren mas, Habibah juga pasti mengerti"

"Yasudah kalau begitu, saya harap kamu bisa datang"

"Sekali lagi trima kasih mas, assalamualaikum"

"Sama sama, Waalaikumsalam" aku menutup telfonnya, ternyata itu benar orang yg sama yg aku temui di bis, aku tidak siap jika harus bertemu dengannya, apakah dia tau kalau ini aku, karena dibuku itu aku menulis kisah yg aku alami bersamanya.

Syauqi pov
Jantungku berdetak sangat kencang begitu mendengarkan suara itu, ternyata benar, itu wanita yg sama yg aku temui di bis, aku yakin itu pasti dia.

"Syauqi kamu kenapa?"

"Eh, mamah, ga apa apa mah"

"Siapa yg telfon?"

"Wanita itu mah"

"Wanita siapa?"

"Wanita yg pernah Syauqi temui di bis, 1 minggu yg lalu mah"

"Wanita yg kamu kasih al Qur'an itu?"

"Iya mah"

"Benarkah? Bagaimana bisa?"

"Ternyata wanita yg Syauqi tolong 1 minggu yg lalu itu adalah adiknya mah"

"Wanita yg kena jambret itu?"

"Iya mah, waktu itu Syauqi ngasih kartu nama Syauqi pada wanita itu, terus tadi kakaknya yg telfon buat ngucapin trima kasih, Syauqi masih hapal banget sama suaranya mah, dan mamah tau, adiknya itu ngasih Syauqi buku yg isinya hasil karya kakaknya, pas Syauqi baca ternyata pertemuan Syauqi dengannya dia tulis dibuku itu, itu yg membuat Syauqi yakin kalo itu wanita yg Syauqi temui di bis"

"Subhanallah, namanya siapa?"

"Namanya Nailah umi, Nailah Fadiyah, anugerah yg dilindungi"

"Namanya sangat bagus"

"Nama adiknya Habibah Fadiyah, dia punya saudara kembar laki laki yg namanya Habibi Fadiyah, mereka sangat mirip mah, dan ternyata keluarga kita mempunyai kesamaan dengan keluarga mereka"

"Sama seperti apa?"

"Ayah mereka juga seorang muallaf, sama seperti mamah, cinta mengantarkan ke jalan Allah"

"Subhanallah"

"Mah, apakah mamah mendukung Syauqi?"

"Inshaa Allah, mamah dukung apapun yg ingin kamu lakuin, mamah yakin kamu pasti mampu memilih yg terbaik"

"Trima kasih mah" kulihat umi tersenyum padaku.

"Tapi qi, sepertinya Latifa menyukaimu" aku menarik nafas pelan, wanita itu.

"Mah, Syauqi tidak pernah memberi harapan apapun padanya"

"Mamah tau, tapi sepertinya.."

"Mah, dia pasti mengerti, sejak dulu Syauqi tidak pernah menaruh hati padanya, bahkan baru saat ini saja Syauqi merasakan bahwa.."

"Bahwa kamu jatuh hati"

"Tapi Syauqi tetap mengerti aturannya mah, Syauqi akan tetap berharap pada Allah, semoga Allah menjodohkan Syauqi dengannya"

"Amin"

"Trima kasih mah, trima kasih mamah slalu mendukung Syauqi"

"Mamah slalu mendukung kalian semua, asalkan semua itu masih kalian lakukan karena Allah"

"Pasti mah"

Dzaky pov
"Zak buku yg kita pesen kemarin udah nyampe?" tanya Daffa padaku.

"Belum Daf, mungkin sore nanti" ucapku sembari merapikan buku di rak perpustakaan.

"Yasudah deh, aku keluar dulu"

"Mau kemana Daf?"

"Cari angin, mau ikut?"

"Boleh deh" aku menutup buku yg aku baca dan ikut berjalan bersama Daffa.

"Gimana Nailah?" tanya Daffa saat kami berjalan.

"Sepertinya kamu juga sering liat dia disini"

"Ya maksudnya bukan itu"

"Hmm, kemarin aku denger dari umi kalo Habibah kecelakaan, kata umi dia kena jambret"

"Terus?"

"Untungnya ada yg nolongin, tas dia balik lagi, cuma tangan dan lututnya luka"

"Kok bisa?"

"Sewaktu jambret itu narik tas nya dia jatuh di aspal, aku denger juga dia sampe nangis karna di tas itu ada buku yg baru aja Nailah kirim buat dia"

"Hei, kenapa jadi ngomongin Habibah, prasaan tadi aku nanyain tentang Nailah" aku terdiam dan menghentikan langkahku, Daffa tertawa dan terus berjalan, apakah perasaanku berubah, aku hanya menyampaikan yg umi katakan padaku, aku membuang fikiran yg terus menghantuiku dan langsung menyusul Daffa.

♥♥♥♥♥♥♥

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang