Part 14

10.1K 682 4
                                    

Nailah pov
"Beberapa bulan berlalu sejak kejadian itu, umi dan Rian tetaplah menjadi suami istri, namun kami tetap sama sama diam, umi menginginkan Rian berbicara pada umi, tapi sama sekali tidak, umi selalu menangis disetiap malam, memohon pada Allah, ingin sekali umi menjadi seorang istri yg sesungguhnya, namun semua itu hanya bayangan saja, tidak kenyataan, selama itu juga Rian tak meminta hak nya pada umi, begitu pun umi, umi tau pernikahan kami sudah sangatlah salah, bahkan mungkin Allah membenci kami, umi hanya menjalani semuanya sebagaimana umi percaya bahwa apa yg umi jalani adalah takdir Allah"

"Beberapa waktu berlalu, Rian mengajak umi makan siang diluar, awalnya umi sangat senang karna itu pertama kali Rian mengajak umi keluar bersama selama pernikahan kami yg menginjak 4 bulan, namun semua itu hanya khayalan umi, ternyata disana Laura hadir, umi merasa begitu cemburu, marah, tapi umi hanya bisa diam, saat itu juga Laura membicarakan tentang poligami, hati umi begitu sakit, dan umi menjawab selagi umi masih mampu menjadi istri, masih mampu melayani suami umi dengan baik, umi tidak mengijinkan poligami, mungkin itulah awal dari semua keegoisan umi"

"Sejak kejadian itu, selama 2 bulan umi melihat Rian begitu berbeda, dia kembali seperti sebelum umi menikah dengannya, dengan semua kelembutan dan kasih sayang dia berikan pada umi meski dia belum juga meminta hak nya pada umi, namun umi yakin, cinta dihatinya telah tumbuh untuk umi, tapi itu tak berjalan lama, hanya 2 bulan saja, bulan ketiga Rian berubah kembali seperti awal pernikahan, bahkan umi melihat dia semakin pendiam, namun umi tak bisa melakukan apapun, umi tau mungkin umi bodoh, tapi umi hanya tak ingin syetan lebih menguasai fikiran dan hati umi"

"Kamu tau paman Andri?" aku mengangguk, dia adalah suami Bibi Annisa.

"Dia adalah sahabat umi, dia membantu umi mencari tau semua tentang Laura dan juga Rian, suatu hari dia menyuruh umi mengunjungi sebuah alamat, awalnya umi tidak ingin, namun dia memaksa, dia juga sudah lelah melihat sikap umi yg selalu diam dan hanya menangis dalam diam, saat itu hanya dia yg mengetahui masalah umi karna memang dia mengetahui saat umi, Rian dan juga Laura bertemu, umi menyetujuinya dan pergi ke alamat itu, umi menggunakan cadar agar tidak ada yg mengenali umi" umi diam beberapa saat, aku melihat kearah umi, air mata umi menetes dengan derasnya.

"Umi, tidak usah dilanjutkan, Nai mengerti" umi tersenyum kearahku.

"Kamu harus tau, umi tak ingin kamu menyimpan berjuta pertanyaan didalam benakmu nantinya yg akhirnya membuat iman kamu luntur" aku terdiam dan umi melanjutkan lagi ucapannya.

"Saat umi sampai, umi melihat Laura disana, umi duduk sedikit jauh darinya namun masih bisa mendengarkan mereka bicara saat Rian datang, saat itu umi tau, bahwa sebenarnya mereka sudah menikah 1 bulan saat umi merasakan Rian kembali berubah, saat itu juga umi tau bahwa Laura telah hamil, sungguh kenyataan itu membuat umi semakin hancur, umi pergi dari sana dan kembali kerumah dimana umi dan Rian tinggal berdua, beberapa lama umi merenung Rian datang, dan disaat itu juga umi meminta cerai, umi menceritakan semua yg ada dihati umi, umi menceritakan bahwa umi sudah mengetahui segalanya tentang dia dan Laura, umi melihat dia begitu terkejut, hanya kata maaf yg terucap dari mulutnya yg kemudian mengucapkan kalimat yg membuat kekuatan umi benar benar habis, dia menceraikan umi" aku memeluk umi begitu erat.

"Hmm, setelah persidangan selesai, umi memutuskan untuk kembali ke rumah orangtua umi di Medan, umi pun tak pernah mendengar lagi kehidupan mereka bagaimana, hingga masa iddah umi selesai, kakak umi mengatakan bahwa seseorang mengkhitbah umi, umi kembali mengingat luka itu, umi takut hal itu terulang kembali namun kakak umi meyakinkan bahwa pemuda itu tak akan menyakiti umi sedikitpun, saat itu juga umi menerimanya dan kami langsung menikah, awalnya umi tidak tau siapa pemuda itu, umi hanya mendengar ceritanya dari kakak umi bahwa pemuda itu begitu mengenal mengenal umi, setelah ijab qobul selesai umi pun mengetahui bahwa pemuda itu adalah abi Daniel, dia sudah mualaf 2 tahun sebelum kami menikah, pernikahan kami sangat bahagia, umi benar benar menjadi seorang istri seperti impian umi sebelumnya, dia adalah semangat baru dihidup umi"

"4 bulan berlalu setelah pernikahan umi dan umi juga mengandung adik adikmu, tante Vella mengabari umi bahwa dia akan menikah, umi dan abi pun kembali ke bandung, disaat pernikahan mereka berlangsung, kami mendapat kabar bahwa Rian dan Laura kecelakaan, umi langsung pergi ke rumah sakit, disaat umi sampai..." kulihat umi terisak menahan tangisnya, aku memeluknya.

"Rian telah meninggal, sementara Laura dalam keadaan kritis dan sedang dioperasi untuk mengeluarkan bayinya, yaitu kamu, setelah operasi selesai umi dan adiknya Annisa, bibi Annisa adalah adik umi mu Nai, umi pun masuk untuk melihat keadaannya, umi melihatnya begitu berbeda, umi mu sudah berhijab, dia begitu cantik dengan hijabnya, saat sebelum umi sampai dibandung umi memang sudah mendengar bahwa pernikahan Rian dan Laura begitu bahagia namun mereka begitu merasa bersalah terhadap umi" air mataku tak berhenti mengalir.

"Saat umi menggenggam tangannya, dia bangun, namun saat umi ingin memanggil dokter, dia mencegah umi, dia berkata bahwa Allah telah mengabulkan doa nya, selama 9 bulan mengandungmu hanya satu harapannya, dia bisa bertemu dengan umi dan mengatakan maaf pada umi, saat itu umi lihat wajahnya begitu bahagia meski itu adalah kebahagiaan terakhirnya, dan diakhir hidupnya dia memohon pada umi agar umi merawat anaknya, dia berharap bahwa anaknya bisa seperti umi, saat itu juga dia pergi setelah mengucapkan syahadat, subhanallah"

"Umi sadar ternyata selama itu umi egois, umi pergi dengan meninggalkan sejuta rasa bersalah pada mereka berdua, umi begitu egois Nai, umi mu adalah wanita yg sangat hebat, dia menikah dengan pria yg sangat dicintainya namun cinta pria itu sudah hilang dan kehidupan pernikahan mereka memang bahagia tapi diluar itu hati mereka begitu diliputi rasa bersalah, umi tak menyangka bahwa semuanya jadi seperti itu, hingga umi melihatmu, umi berjanji akan merawatmu, menjadikanmu anak umi, umi bahkan sangat menyayangimu Nai"

"Setelah beberapa waktu berlalu, umi membawamu kembali ke Medan, dan 5 bulan kemudian umi melahirkan, dan disaat itu juga umi menyusuimu sama seperti Habibi dan Habibah, kalian adalah saudara sepersusuan, itu yg membuat kalian begitu memiliki hubungan yg begitu erat"

"Terima kasih umi" hanya kata itu yg mampu aku ucapkan disela sela isakanku.

"Hingga 5 tahun berlalu dan umi memutuskan untuk kembali menetap dibandung, saat itu juga umi mencari tahu tentang ayah kandungmu dengan bantuan paman Andri, umi dan abi mengetahui semuanya, ternyata Laura hamil diluar nikah dia melakukan hal itu karna rasa kesalnya terhadap Rian yg tak kunjung menikahinya hingga dia melampiaskan semua itu pada mantan kekasihnya, namun umi juga tau bahwa ternyata ayah kandungmu juga sudah menikah dan memiliki anak 1"

"Bolehkah Nai bertemu dengannya umi?" aku melihat umi menggeleng.

"Dia juga sudah meninggal Nai, bahkan sejak Laura belum mengetahui bahwa dia sedang mengandungmu, dia kecelakaan beruntun bersamaan juga dengan kakek dan nenekmu, orangtua Laura" aku kembali memeluk umi dan menumpahkan semua tangisku, betapa sakitnya kenyataan ini bahkan lebih sakit dari sekedar ucapan Nazwa, kurasakan umi memelukku lembut.

♥♥♥♥♥♥♥

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang