Nailah pov
Aku terdiam di depan pintu, saat aku ingin keluar, aku melihat Habibah dan gus Dzaky sedang tertawa bersama dihalaman rumah, disana juga ada gus Daffa yg menemani, entah kenapa hatiku tiba tiba terasa begitu sakit, apa aku cemburu, bukankah ini yg aku inginkan, aku menginginkan mereka bersatu, lalu bagaimana dengan hatiku, apa aku rela."Kak Nailah" aku tersadar dari lamunanku saat kudengar Habibah memanggil, dan dia melambaikan tangannya kearahku.
"Kak sini" aku tersenyum padanya.
"Tidak usah, kakak ada pekerjaan didalam, kakak fikir kamu belum kembali soalnya umi nyuruh kakak mencari kamu tadi, tapi ternyata kamu udah balik, kalo gitu kakak masuk dulu, mari" ucapku dengan tersenyum, aku menunduk dan masuk kembali ke dalam rumah.
Hatiku tiba tiba saja terasa begitu sedih, benarkah aku cemburu, ya Allah jangan biarkan perasaan ini terus mengalir, jauhkan aku dari zina ya Allah.
Aku masuk dan berjalan menuju ke taman belakang, mungkin umi masih berada disana, dan benar saja ternyata umi masih duduk ditempat yg tadi.
"Umi"
"Nai, Bibah kemana?"
"Ada didepan umi, lagi ngobrol dengan gus Dzaky juga gus Daffa"
"Ohh gitu" aku duduk disebelah umi.
"Abi kemana umi?"
"Abi pergi dengan abi Rafi, katanya mau nyiapin acara besok, oh ya kamu nanti tidur disini ya bareng umi juga Bibah"
"Baik umi" aku tersenyum pada umi.
"Umi denger dari Bibah, buku kamu udah diterbitin"
"Iya umi, Alhamdulillah"
"Terus Bibah bilang kamu ga pernah hadir saat penerbitan buku kamu"
"Nanti aja umi, yg penting buku Nailah jadi inspirasi buat banyak orang"
"Apa yg membuat kamu tidak mau hadir Nai? Bukankah ini impian kamu sejak kecil?"
"Yg penting orang orang tau bahwa penulisnya Nailah Fadiyah, Nai hanya ingin menjadi akar pohon, meski tak terlihat, namun dia yg membuat pohon itu menjadi kokoh, meski Nailah tidak terlihat namun dengan adanya buku itu mereka mendapatkan banyak inspirasi"
"Umi salut sama kamu, tapi apa selamanya kamu tidak terlihat?"
"Suatu saat Nai akan hadir umi, Nai hanya mengikuti kata hati Nai" kulihat umi tersenyum, aku menyandarkan kepalaku dibahu umi, sudah lama aku tak pernah semanja ini pada umi.
Dzaky pov
Aku melihat Nailah pergi setelah melihatku sedang berbincang pada Habibah, apakah dia cemburu, aku melihat wajahnya begitu sendu, ya Allah apa aku sudah menyakitinya."Gus Dazky, sebaiknya Bibah masuk dulu ya"
"Oh iya silahkan"
"Terima kasih sudah menemani Bibah"
"Sama sama"
"Mari gus Daffa, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam" Habibah pergi meninggalkan kami berdua, kurasakan Daffa menyentuh bahuku pelan.
"Yakinkan hatimu, jangan sampai menyakiti salah satunya, aku melihat keduanya menyukaimu"
"Makasih Daf" Daffa tersenyum padaku lalu pergi meninggalkanku yg masih berdiri ditempat yg sama.
Syauqi pov
"Assalamualaikum""Waalaikumsalam mas Syauqi"
"Habibah, gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
EspiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.