Syauqi pov
Aku dan Nailah menyusuri rumah sakit, semoga saja keadaannya sudah membaik.
"Assalamualaikum" ucapku saat aku melihat Akbar dan yang lainnya berada di depan kamar rawat.
"Waalaikumsalam"
"Gimana keadaannya?"
"Masih kritis mas, kita juga lagi nungguin paman dan bibinya datang"
"Hmm" aku menghembuskan nafas kasar.
"Nailah, sini duduk" ucap mamah, aku melihat kearah Nailah, hampir saja aku melupakannya, Nailah duduk didepanku.
"Mas" panggil Akbar.
"Ada apa?"
"Jelaskanlah padanya, dia berhak tau" aku sejenak berfikir, aku takut menyakiti hatinya.
"Mas, dia wanita yang kuat, aku yakin dia akan menguatkan hati mas, aku tau ini sulit untuk mas, jangan biarkan rasa bersalah menyelimuti hati mas yang akhirnya mas menyakitinya" Akbar benar, aku memang harus menjelaskan semua pada Nailah.
Tak berapa lama aku pun berdiri dari tempat dudukku, ya Allah bantu aku untuk meyakinkan Nailah.
"Nailah"
"Iya mas"
"Kamu ikut mas sebentar"
"Baiklah" ucapnya tersenyum padaku.
"Mah, Nailah pergi dulu ya"
"Hati hati"
Kami pun berjalan dalam diam, aku yakin bahwa Nailah mempunyai begitu banyak pertanyaan.
Kami sampai ditaman yang berada di area rumah sakit, aku duduk dikursi yang berada dibawah pohon, Nailah pun mengikutiku.
"Mas, apakah ada masalah?" tanyanya padaku.
"Nai, mas hanya ingin menceritakan tentang kehidupan mas padamu, karena bagaimana pun kamu adalah istri mas, mas ingin kamu jadi kekuatan untuk mas begitu pun sebaliknya, apapun yang mas ceritakan mas harap kamu tetap berada disamping mas apapun yang terjadi nantinya" aku melihat perubahan wajah Nailah yang menjadi sendu, aku tau ini akan sulit untuknya karena ini adalah awal pernikahan kami.
"Ceritakanlah, inshaa Allah apa yang mas katakan akan membuat pernikahan kita tetap dilindungi oleh Allah" aku tersenyum padanya, aku menarik nafas pelan.
"Namanya Latifa, seorang wanita yang sekarang terbaring didalam kamar itu, dia sedang kritis"
"Innalillahi"
"Dia adalah teman mas sejak kecil, kami disekolahkan ditempat yang sama hingga kami kuliah, dulu mas begitu mengaguminya karna dia adalah wanita yang cerdas, aktif, juga ramah, mas memang mengaguminya tapi tak pernah menyukainya, hingga dia menyatakan perasaannya pada mas dan mas juga tau bahwa sahabat mas, Reyhan, dia sangat menyukai Latifa, sampai kami tamat kuliah mas bekerja di Solo, mas dan Latifa putus komunikasi" aku menceritakan semua kejadian yang aku alami yang bersangkutan dengan Latifa, sampai Latifa berkali kali menyatakan perasaannya padaku, hingga pernikahannya yang kandas, aku juga menunjukkan sms Latifa tadi pagi pada Nailah.
"Kenapa mas tidak menikahinya?" tanya Nailah pelan.
"Awalnya mas berfikir ingin menikahinya, mas berharap dengan menikahinya, mas bisa menolongnya untuk kembali menjadi wanita sholiha, tapi setiap kali mas memohon petunjuk Allah, berkali kali mas istikharah, berdzikir setiap malam, mas tidak menemukan jawaban apapun, malahan mas semakin tidak yakin untuk mengambil keputusan itu, hati mas slalu dilanda kecemasan, wajahnya tak pernah muncul dalam fikiran mas ketika mas istikharah" aku melihat Nailah meneteskan air matanya, aku menghapusnya dengan tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.