Part 34

9.2K 645 7
                                    

Nailah pov
Aku mengantarkan Habibah ke bandara, sudah 1 minggu Habibah berada di Kairo.

"Hati hati ya, kabarin kakak kalo kamu udah nyampe, titip salam buat semuanya"

"Inshaa Allah akan Bibah sampein, kak Nai juga hati hati disini"

"Pasti, kamu udah hubungi umi kan?"

"Udah kak, aku pergi ya"

"Iya, hati hati" aku memeluk Habibah untuk yg terakhir.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" aku melihatnya pergi, satu minggu ini begitu banyak hal yg aku habiskan dengan Habibah, aku juga mengetahui begitu banyak hal tentang mereka semua di Indonesia, terutama mas Dzaky.

Flashback on
"Kak Nai"

"Hmm" aku dan Habibah sedang berada ditaman sekitar apartemenku, kami duduk disini dan membaca buku, tempatnya begitu nyaman.

"Aku pernah ga sengaja denger pembicaraan umi dan abi, awalnya aku ga ingin dengar tapi saat aku mendengar mereka menyebut nama mas Dzaky aku mencoba mendengarkannya meski aku tau bahwa itu salah" aku menutup bukuku dan mencoba mendengarkan Habibah.

"Aku dengar bahwa mas Dzaky akan dijodohkan" aku terdiam, setiap kali mendengar namanya, jantungku selalu berdetak begitu cepat, sejak pertemuanku terakhir dengannya aku benar benar tak bisa melupakan kejadian itu, sampai saat ini pun perasaan itu tak pernah berubah.

"Habibah tidak tau mas Dzaky dijodohkan dengan siapa, Habibah cuma dengar bahwa abi Rafi meminta mas Dzaky segera menikah dengan wanita yg sudah dipilihkan abi Rafi untuknya, mendengar itu Bibah bener bener sedih, mungkin dia memang bukan jodoh Bibah"

"Serahin semua pada Allah, karna hanya Allah yg mengatur segalanya"

"Trima kasih kak" aku tersenyum pada Habibah, meski hatiku sedikit miris.
Flashback off

Aku duduk dikursi tunggu yg ada dibandara, siapkah aku akan pulang beberapa bulan lagi, padahal sebenarnya study ku akan selesai dalam 3 bulan lagi, maafkan kakak harus bohong padamu Bibah, kakak benar benar tidak siap, mengapa waktu berlalu sangat cepat, ya Allah maafkan aku yg slalu mengeluh akan takdirmu.

Dzaky pov
"Umi, Dzaky ingin bicara sebentar" ucapku saat memasuki kamar rawat abi ku, sudah hampir 2 minggu keadaan abi belum menunjukkan perbaikan, aku melihat abi sedang tertidur, umi berjalan kearahku, kami pun keluar dari kamar, didalam kamar ada mas Reza yg menjaga abi, aku dan umi berjalan kearah taman rumah sakit.

"Ada apa Zak?" aku menyiapkan hati untuk bicara pada umi, setelah 1 minggu ini aku mencari jawaban dengan istikharah, inilah jawabannya, semoga ini yg terbaik untukku.

"Dzaky sudah istikharah umi, selama 1 minggu ini Dzaky benar benar meyakinkan hati Dzaky dan Dzaky sudah mempunyai jawabannya"

"Lalu?"

"Dzaky sudah siap untuk menikah umi, Dzaky siap menikah dengan Habibah" aku melihat umi terdiam, umi duduk di bangku taman dengan masih diam, akupun duduk disampingnya.

"Kamu yakin Zak?" aku menarik nafas pelan, umi memang tau bahwa selama ini aku menyukai Nailah, umi tau dari abi.

"Inshaa Allah umi, awalnya Dzaky tidak yakin dengan jawaban yg Dzaky dapat dari istikharah yg pertama kali, namun Dzaky terus melakukannya untuk meyakinkan semua itu, jawabannya sama umi" umi memegang tanganku dan menggenggamnya lembut.

"Zak, umi tak memaksamu dengan siapapun kamu menikah, namun keyakinan abimu adalah yg terbaik menurut umi, maafkan jika kami sedikit memaksamu" aku kembali memegang tangan umi.

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang