Part 32

9.8K 625 8
                                    

3 tahun kemudian...

Nailah pov
"Assalamualaikum umi"

"Waalaikumsalam, Nai kamu baru bangun? Ga sholat  subuh?"

"Ehm, ngga umi, perut Nai sakit, Nai lagi datang bulan"

"Sudah minum obat Nai?"

"Minum air hangat aja umi, udah baikan kok"

"Habibah udah hubungin kamu Nai? Dia udah nyampe?"

"Maksud umi?"

"Loh, dia ga kasih tau kamu kalau dia berangkat ke Kairo?"

"Apaa?" aku langsung bangkit dari tempat tidurku, aku melihat jam menunjukkan pukul 5 pagi.

"Jam berapa Habibah berangkat umi? Dia sama sekali ga bilang Nailah"

"Dia berangkat jam 1 siang Nai"

"Yaudah, Nai akan cari di bandara umi, sepertinya dia sudah sampai"

"Hati hati Nai"

"Baik umi, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Aku hanya mencuci wajahku lalu memakai jaket, dan jilbab panjangku, Habibah ada ada saja, kenapa tidak menghubungiku, seharusnya dia sudah sampai beberapa jam yg lalu, bukankah aku sudah memberitahu tempat tinggalku, aku mengambil tas kecilku dan berjalan kearah pintu lalu membukanya.

"Kejutaaannnnn"

"Astaghfirullah, Habibahhh"

"Kak Nailaaahhhhh" dia langsung memelukku dengan erat, aku yg masih kaget hanya diam saja.

"Habibah kamu kenapa ga hubungi kakak? Kakak khawatir, umi barusan telfon kalau kamu berangkat kesini"

"Hehe, maaf, Bibah cuma mau bikin kejutan aja"

"Ini bukan kejutan Bibah tapi kamu bikin kakak jantungan, bagaimana kalau kamu nyasar? Ini negeri orang Bibah" ucapku marah.

"Maafin Bibah kak, maaf" aku menarik nafas pelan, menenangkan hatiku.

"Hmm, yaudah masuk yuk" ucapku, kami pun masuk aku menutup pintunya, aku meletakkan kembali tasku di meja dekat tv, Habibah duduk di sofa, aku membuka jaketku dan berjalan kearah dapur, mengambil minuman dari kulkas dan beberapa makanan.

"Maafin kakak tadi marah marah sama kamu, kakak ga sengaja" ucapku, aku duduk disampingnya meletakkan makanan dimeja.

"Bibah juga minta maaf"

"Hmm, yasudah minumlah dulu, kakak mau mandi dulu, kamu sudah sholat subuh?"

"Sudah, tadi Bibah sholat di bandara"

"Yasudah, kakak mandi dulu" aku masuk kedalam kamar dengan membawa koper Habibah, meletakkannya disamping tempat tidurku.

Habibah pov
Aku benar benar merasa bersalah pada kak Nailah, seumur hidupku baru kali ini aku melihatnya marah padaku, ini salahku juga dan aku menyadarinya, aku sadar bahwa ini memang bukan Indonesia.

Aku membuka sepatuku, meletakkannya di rak sepatu yg ada didekat pintu, membuka jaketku meletakkannya didekat jaket kak Nailah, kamar ini sangat bagus dan nyaman, pantas saja kak Nai sangat betah dan tidak pernah pulang, aku berjalan kearah balkon, membuka pintunya.

"Subhanallah indah sekali" aku melihat matahari yg baru akan terbit, sangat indah dilihat dari sini.

3 tahun sudah berlalu, semuanya begitu berubah, begitupun dengan hidupku, aku sudah bisa mandiri dan menghilangkan sedikit sifat manjaku, kak Habibi sebentar lagi menjadi seorang dokter, kuliahku juga sebentar lagi selesai, dan kak Nai, yah dia tetap menulis buku namun masih tetap saja aku yg selalu menghadiri penerbitan buku itu.

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang