Syauqi pov
Ceklek...
Aku menatap kearah pintu yg kudengar terbuka, namun beberapa lama aku tak melihat siapapun masuk, aku hanya diam dan duduk dipinggir tempat tidur yg ada dikamar rawat ini, aku masih shock dengan kejadian yg beberapa saat lalu menimpaku dan juga Reyhan.
Lama menunggu aku melihat pintu terbuka perlahan, aku menatap dengan seksama seseorang yg berada diambang pintu.
"Nailah" ucapku, wanitaku sudah berada disana dengan wajahnya yg, dia menangis, dia langsung berhambur memelukku.
"Mas Syauqi" aku mendengar isakannya, aku memeluknya erat, seakan semua rasa sakitku hilang begitu saja kala aku memeluk pujaan hatiku ini.
"Sayang, kenapa menangis"
"Nai...Nai takut mas Syauqi...tadi...ada...yg telfon, mengatakan kalau..." aku mengusap lembut kepalanya.
"Sudahlah, tenang" beberapa saat aku memeluknya yg masih saja terus menangis, aku melihat Reyhan diambang pintu yg tadinya ingin masuk namun berhenti, aku mengisyaratkan dengan tanganku untuk dia tetap berada disana.
"Mas tidak apa apa, tadi saat akan pulang dan menuju ke kantor, mobil mas ditabrak oleh mobil lain yg tak sengaja, mas cuma luka kecil aja kok, tadi memang sempat pingsan karna shock tapi sekarang sudah baik baik saja" kudengar Nailah makin mengeraskan tangisannya.
"Nai, mas baik baik saja, jangan menangis" Nailah masih terus terisak, membuatku khawatir.
"Nai kamu ga apa apa? Kamu sakit?" kulihat dia menggeleng dan masih membenamkan wajahnya dibahuku.
"Lalu?"
"Nailah... Nailah ga pake sendal" ucapnya masih didiringi isakan, aku melihat kearah kakinya, dan benar saja, dia hanya memakai kaus kaki hitam, aku ingin tertawa namun tiba tiba saja aku menahannya saat terlebih dulu aku mendengarkan Reyhan tertawa begitu keras dan sudah menyender dibagian pintu.
Mendengar ada yg tertawa, Nailah mengangkat kepalanya dan menoleh kebelakang, aku mencoba menahan tawaku sebisa mungkin, alih alih menahan tawaku, aku kembali memeluk Nailah, aku mengisyaratkan dengan tanganku agar Reyhan keluar dan menutup pintunya, seolah mengerti dan mencoba menahan tawanya diapun keluar lalu menutup pintunya, kudengar jelas bahwa tawanya kembali pecah diluar sana.
"Mas Reyhan ngetawain Nailah?" ucapnya masih menyembunyikan wajahnya, wajahnya begitu lucu, mungkin dia menyadari kecerobohannya kali ini, sejak Nailah mengandung banyak sekali sifatnya yg tak pernah aku tau keluar begitu saja dari dirinya.
"Ngga Nai, udah jangan nangis ya" aku mengusap air matanya, ku tatap wajahnya yg begitu lucu jika sedang panik seperti ini, aku semakin menyayanginya, begitu khawatirnya dia padaku, sampai lupa memakai sendal.
"Duduk sini" Nailah duduk disampingku, aku merapikan hijabnya yg sedikit berantakan.
"Kamu tunggu disini sebentar ya, mas keluar dulu"
"Mas ga apa apa?"
"Ga apa apa sayang, cuma ini kegores kaca mobil mas yg pecah, tapi udah ga apa apa, udah diobatin dokter tadi" ucapku menunjukkan lenganku yg sudah dibalut perban karna luka.
"Mas mau kemana?" saat ingin menjawab aku mendengar hpku berdering, aku melihat umi menelfon.
"Umi telfon" aku melihat Nailah menunduk, aku menghela nafas pelan lalu mengangkat telfon umi.
"Assalamualaikum umi"
"Waalaikumsalam"
"Ada apa umi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.