Part 36

9.7K 675 12
                                    

Dzaky pov
Aku kembali ke kamar rawat abi setelah menyelesaikan sholat isya dan membaca beberapa ayat Al Qur'an untuk menenangkan hatiku, aku melihat keluargaku berada didepan ruangan, aku berjalan lebih cepat.

"Umi ada apa?" aku melihat umi menangis lalu memelukku, aku melihat wajah mereka begitu sedih, apa yg terjadi, aku melihat pintu kamar tertutup.

"Umi" ucapku pelan, beberapa lama aku melihat pintu terbuka dan keluar seorang dokter, ada Habibi juga bersama dokter itu, aku melihat Habibi menggelengkan kepalanya, umi melepaskan pelukanku, aku berjalan masuk ke dalam kamar, kulihat kain putih sudah menutup tubuh abi, hanya wajahnya yg masih terlihat.

Aku berjalan mendekati abi, wajahnya pucat pasi, namun masih terlihat senyum dibibirnya, air mataku mengalir begitu saja, abi pergi disaat aku melihatnya begitu bahagia, ternyata itu adalah permintaan terakhir abi, apa jadinya jika aku menolak pernikahan ini, ya Allah maafkan aku, aku bahkan belum sempat meminta maaf padanya.

Aku duduk dikursi disamping tempat tidur abi, aku menundukkan kepalaku dan menyenderkan dibahu abi, aku tak bisa menahan isakanku, kubenamkan diriku bersama kesedihanku.

"In..naallillahi..wa..inna..illahi..rojiunn" ucapku diiringi isakanku, aku merasakan seseorang mengusap bahuku pelan, aku menegakkan tubuhku dan menghapus air mataku, aku melihat Habibah disampingku, akupun melihat matanya basah karna menangis, aku berdiri pelan lalu memegang kain putih yg menutup tubuh abi, akupun menariknya dan menutup wajah abi dengan kain itu.

Aku menguatkan seluruh hatiku, dadaku begitu sesak, aku memeluk Habibah begitu saja, kurasakan dia membalas pelukanku, ya Allah, aku menyadari semuanya, abi bahkan masih sempat memberiku hadiah terindah dihari terakhirnya, terima kasih abi, aku berjanji akan menjaga Habibah dan juga umi.

"Ini sudah kehendak Allah" kudengar suara pelan Habibah.

"Terima kasih" ucapku pelan.

Aku melihat dua perawat pria membawa jenazah abi keluar, keluargaku yg lain pun sudah keluar mengikuti perawat itu, aku dan Habibah masih berada dikamar.

Nailah pov
Aku membaca buku diperpustakaan yg berada disamping Al Azhar bersama Farah, aku mendengar hpku berbunyi, kulihat nama Nazwa dilayar hpku.

"Assalamualaikum Nazwa"

"Waalaikumsalam Nai"

"Bagaimana kabarmu?"

"Alhamdulillah baik, kau sendiri bagaimana?"

"Aku baik, alhamdulillah"

"Kau yakin baik baik saja?" aku mengehembuskan nafas pelan.

"Inshaa Allah aku akan baik baik saja"

"Nai, aku sudah mengetahui semuanya, aku tau bahwa mas Dzaky menikah dengan Habibah"

"Alhamdulillah, itu sudah takdir Allah"

"Nai, apa kau juga sudah tau bahwa abi Rafi sudah wafat?"

"Apaa?"

"Iya Nai, abi sudah wafat setelah mas Dzaky dan Habibah menikah, aku baru mendapat kabar dari Aliyah" aku terdiam.

"Innalillahi wainnaillahi rojiun" tak terasa air mataku menetes.

"Nai, ini sudah takdir Allah, aku percaya bahwa Nailah yang aku kenal adalah seorang wanita yg kuat dan akan selalu baik baik saja"

"Secepat itu abi pergi?"

"Abi sudah mengidap penyakit itu sudah 3 tahun lebih, dan permintaannya yg terakhir adalah melihat mas Dzaky menikah dengan Habibah"

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang