Nailah pov
Aku sedang berada ditoko kue bersama Habibah, setelah dari rumah sakit aku langsung kesini diantar Habibi, seperti biasa, aku hanya memperhatikan Habibah yang sedang bekerja."Kak Nai"
"Hmm?" aku menghentikan membaca buku ku dan melihat ke arah Habibah, aku melihat wajahnya begitu serius.
"Nai ingin bicara sesuatu, tapi kak Nai jangan marah ya"
"Memangnya kenapa kak Nai harus marah?"
"Ya ngga kenapa sih, Bibah hanya kurang enak, sebenarnya sih abi yang harus mengatakan ini tapi abi pun merasa belum pas untuk mengatakan pada kak Nailah"
"Katakanlah, kak Nai akan mendengarkannya"
"Hmm" Habibah berjalan kearahku dan duduk disampingku.
"2 hari yang lalu setelah acara pengajian itu, seorang pria datang kerumah, dia..dia..dia melamar kak Nailah" aku terdiam sejenak, mencerna kembali kata kata Habibah.
"Dia langsung melamar kak Nai karena dia sudah yakin dengan keputusan yang dia ambil tanpa dia ingin ta'aruf terlebih dahulu, karena dia sudah mengenal kakak begitu baik"
"Dia mengenalku?"
"Yah dia mengenal kak Nailah, dan dia adalah pria yang sangat baik, inshaa Allah agamanya tidak diragukan lagi"
"Siapa namanya?" aku melihat Habibah hanya diam.
"Apakah kak Nai mengenalnya seperti dia mengenal kakak?" tanyaku lagi.
"Dia meminta kami merahasiakan identitasnya dari kakak"
"Tapi bagaimana kakak bisa menikah dengan orang yang kakak tidak tau siapa"
"Bukankah kak Nai pernah bilang, untuk mencintai seseorang sama hal nya dengan mencintai Allah, lalu apa yang kak Nai ragukan?" aku terdiam, yah itu memang kata kataku namun sangat sulit untukku, apa yang harus aku lakukan.
"Kak Nai masih bisa memikirkannya baik baik, fikirkan dengan hati tenang, jangan terburu buru, minta petunjuk Allah, kami semua menunggu jawaban terbaik dari kakak" Habibah benar, aku tidak boleh langsung memutuskan, bukankah menikah itu adalah kewajiban yg harus dilaksanakan setiap umat muslim.
"Inshaa Allah Bibah"
"Alhamdulillah" aku mendengar hp ku berdering, aku melihat umi menelfon.
"Assalamualaikum umi"
"Waalaikumsalam Nailah, kamu dimana?"
"Nai lagi ditoko umi, ada apa?"
"Habibi belum jemput kamu?"
"Belum umi, mungkin agak sorean soalnya pasiennya banyak"
"Ehm, umi pengen minta temenin kamu belanja, abi lagi pergi"
"Yaudah kalo gitu Nai naik taksi aja umi nanti sekalian kita belanjanya naik taksi aja"
"Bener ga apa apa?"
"Ga apa apa umi, yaudah Nai pulang sekarang ya"
"Hati hati ya Nai"
"Iya umi, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Bibah, kakak pulang dulu ya, umi minta temenin belanja"
"Bibah telfon kak Habibi ya biar nganterin kakak"
"Ngga usah, dia lagi kerja" ucapku sambil membereskan buku ku dan memasukkannya ke dalam tas.
"Assalamualaikum" aku melihat kearah pintu, mas Dzaky disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.