Part 44

10.3K 713 44
                                    

Nailah pov
"Nailah" aku melihat kedepan saat kudengar Akbar memanggilku.

"Iya"

"Makasih ya tadi kue nya, enak banget"

"Ohh itu, iya sama sama"

"Kamu pinter bikin kue ya?"

"Ngga kok, itu kue buatan Habibah, aku ga bisa, baru belajar dikit dari umi tadi" ucapku tersenyum sedikit.

"Ohh gitu ya" aku tersenyum padanya, kami sama sama terdiam beberapa saat.

"Nailah"

"Yah?"

"Aku boleh bercerita sesuatu?"

"Boleh" ucapku tersenyum.

"Aku punya seorang teman laki laki, sudah 6 tahun ini dia menyukai seorang wanita, namun dia hanya bertemu satu kali dengan wanita itu 6 tahun yang lalu, tapi sampai saat ini dia masih menyukai wanita itu, bahkan dia rela menunggu wanita itu sampai Allah yang mempertemukan mereka kembali"

"Setiap hari, dia tak pernah henti menyebut nama wanita itu dalam setiap doa nya, dia slalu berharap pada Allah agar dipertemukan dengan wanita itu, bahkan dia slalu berharap Allah menjodohkannya pada wanita itu, dia sangat yakin dengan wanita yang dicintainya itu"

"Bahkan saat orang tuanya menjodohkannya dengan wanita lain, dia menolak, dan dia tetap menunggu wanita itu, menurut kamu apakah pria itu tidak bodoh jika menunggu selama itu, bahkan wanita itu sendiri belum tentu menerimanya"

"Bodoh? Sangatlah tidak menurutku, subhanallah sekali jika ada pria seperti itu"

"Kenapa?"

"Aku teringat kata kata umi ku, dia selalu mengingatkan ku untuk selalu berharap pada Allah, karena jika kita berharap pada Allah, maka tak akan ada lagi yang membuatku kecewa, menurutku betapa beruntungnya wanita yg dicintai oleh pria seperti itu, cintanya begitu tulus bahkan dia hanya berharap pada Allah agar Allah yang mempertemukan mereka"

"Lalu bagaimana dengan wanita itu? Dia saja bahkan tidak tau tentang pria itu"

"Cinta itu bukan harus saling mengenal satu sama lain, bukan harus melihat satu sama lain, sama hal nya dengan kita yang mencintai Allah, disaat pertama kali kita belajar agama, apakah kita mengenal siapa sebenarnya Allah itu, apakah kita pernah melihat Allah sebelumnya? Tentu tidak, namun kita meyakini dia ada, seiring berjalannya waktu, kita selalu berusaha mengenal Allah meski kita tidak pernah melihatnya, dengan cara mempelajari agama, membaca Al Qur'an, melaksanakan sholat lima waktu dan selalu mengingatnya, karena hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram" ucapku dengan lembut.

"Jika semua wanita ditanya apakah dia mau dengan pria seperti itu, aku yakin tak akan ada yang menolak pria seperti itu, karena cintanya pada seorang wanita tak melebihi cintanya pada Allah, karena itu dia hanya berharap pada Allah, karena dia yakin dia tak akan kecewa, jikalau mereka tidak jodoh aku yakin dia akan mengikhlaskannya, wallahu alam, itu semua hanya Allah yang tau dan hanya Allah yg mempunyai rencana" lanjutku, aku melihat Akbar hanya diam, aku tersenyum sedikit padanya lalu mengalihkan pandanganku keluar jendela.

Tak berapa lama kami pun sampai di toko kue Habibah, aku dan Akbar pun turun dari mobil, aku masuk ke dalam toko.

"Kak Nailah" aku menoleh saat ku dengar Habibah memanggilku.

"Habibah" aku tersenyum melihatnya berjalan kearahku.

"Eh kak Akbar disini juga?"

"Akbar yang ngantar kak Nailah kesini, Habibi tidak bisa mengantar, dia sedang banyak pasien, tapi nanti dia akn menyusul"

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang