Part 31

9.5K 611 4
                                    

Nailah pov
"Assalamualaikum umi"

"Waalaikumsalam Nai, kamu udah nyampe?"

"Alhamdulillah udah umi, baru aja, ini Nai lagi beresin barang barang Nai"

"Alhamdulillah, gimana perjalanan kamu?"

"Alhamdulillah lancar umi"

"Oh ya, tadi Dzaky kerumah, dia bilang tadi dia ketemu kamu dibandara" aku terdiam beberapa saat.

"Nai?"

"Eh iya umi, tadi pesawatnya sempat di delay penerbangannya, Nai juga ga tau mas Dzaky datang kebandara, dia ngasih gelang Nailah, katanya dia yg temukan di rumah abi Rafi"

"Iya tadi dia juga cerita, dia juga bilang kalo kalian sempat ngobrol disana" semoga dia tak menceritakan apapun.

"Iya umi"

"Kenapa kamu ga hubungi umi? Umi juga belum jauh dari bandara"

"Nai ga mau ngerepotin umi"

"Hmm yasudah, oh ya gimana tempat tinggal kamu?"

"Alhamdulillah bagus banget umi"

"Semoga kamu betah disana"

"Pasti umi"

"Yasudah, jaga diri kamu baik baik ya, istirahat yg cukup, jangan  tinggalin sholat, makannya juga dijaga ya, jangan sampe sakit" 

"Baik umi sayang" ucaku  pada umi, aku hanya tersenyum mendengar cerewet umi yang selalu saja membuatku makin menyayanginya.

"Yasudah umi tutup ya, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam umi"

Aku terdiam sejenak memikirkan kembali kejadian hari ini, hatiku benar benar lelah, tapi aku selalu percaya bahwa Allah bersamaku, aku tak pernah sendiri, semoga keadaan akan semakin baik.

Syauqi pov
Aku membaca buku Nailah yg baru diterbitkan beberapa bulan lalu, aku teringat pada pria yg kutemui tadi siang di bandara, apakah Nailah yg kami maksud adalah orang yg sama, Nailah juga dari pesantren Solo, dia juga dari sana, lalu tadi dia mengantar Nailah pergi, dan aku juga bertemu dengannya.

Aku langsung menutup buku itu, seperinya kami menyukai Nailah yg sama, apa tadi Nailah menangis karna meninggalkan Dzaky, benarkah semua ini, jika benar berarti adik yg dimaksud Dzaky adalah Habibah, Habibah menyukai Dzaky, Dzaky dan Nailah saling mencintai.

"Astaghfirullah" aku mengusap wajahku pelan.

"Qi, kamu kenapa?"

"Mamah" aku menggeser dudukku, mamah pun duduk disampingku.

"Ada masalah yg mengganggumu?"

"Hmm, ga ada kok mah"

"Masih mikirin Nailah?" memang sangat sulit menyembunyikan sesuatu dari mamahku, dialah wanita yg paling mengerti dengan keadaanku.

"Tadi Syauqi bertemu dengannya"

"Benarkah? Dimana?"

"Di bandara mah, seperti 3 tahun lalu, Syauqi melihatnya menangis lagi, tapi dia sepertinya tidak mengenali Syauqi mah, dia pergi begitu saja, sepertinya dia berangkat keluar negeri mah, karna yg Syauqi tau pesawat yg terbang terakhir itu tujuan keluar negeri"

"Serahkan pada Allah, tenangkanlah hatimu, mamah yakin kamu pasti menemukan jawaban dari semua pertanyaan yg mengganggumu" aku tersenyum pada mamah yg mengusap bahuku pelan.

Inshaa AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang