Dzaky pov
Tok..tok..tok.."Assalammualaikum abi" aku mengetuk pintu kamar mas Reyhan yg sekarang dijadikan ruang kerja dan perpustakaan.
"Waalaikumsalam, masuk Zak" aku membuka pintu pelan saat kudengar suara dari dalam, kulihat abi sedang menutup buka yg sepertinya baru selesai dia baca, aku menghampirinya dan mencium tangannya.
"Abi ada apa menyuruh Dzaky kesini malem malem" tanyaku.
"Duduklah dulu, ada yg ingin abi bicarakan padamu" aku duduk di sofa yg ada didalam perpustakaan ini, aku duduk didepan abi, abi masih terlihat diam, begitupun aku.
"Sebenarnya abi ingin menjodohkanmu" aku terdiam mendengarkan ucapan abi, tujuanku kesini juga akan bicara pada abi bahwa aku ingin menikah.
"Dengan siapa?" kulihat abi ku tersenyum, bisakah aku berharap bahwa itu Nailah, selama ini aku slalu menuruti perintah abi dan umi, tak pernah sekalipun aku menolak jika itu sudah permintaan mereka, namun jika itu bukan Nailah, apakah aku harus menuruti itu, begitu banyak pertanyaan yg muncul di otakku.
"Abi sudah menjodohkanmu dengan salah satu anak perempuan Daniel"
"Om Daniel" kulihat abi ku mengangguk, aku sedikit tersenyum.
"Kamu bersedia?" aku terdiam beberapa saat, bukankah anak perempuan om Daniel ada 2, dan yg mana yg akan dijodohkan padaku, meski Habibah lebih cantik dari Nailah, tapi hatiku sudah jatuh pada Nailah, mungkinkah.
"Tapi anak perempuan om Daniel ada 2"
"Kamu akan mengetahuinya nanti"
"Memangnya kapan abi akan menikahkan Dzaky dengan anak om Daniel?"
"Setelah umurnya 20 tahun"
"Selama itu? Lalu kenapa abi harus mengatakan sekarang?"
"Karna abi ingin kamu menjaga hatimu, abi tau begitu banyak santri wanita disini yg begitu menyukaimu, bahkan tidak sedikit yg mengharapkanmu" aku terdiam memikirkan kata kata abi, semua yg dikatakan abi benar.
"Baik abi, inshaa Allah" aku tersenyum pada abi, tak ada alasanku menolak keinginan abi, mungkin pilihan abi adalah yg terbaik, meski aku tidak tau siapa yg akan dijodohkan padaku.
"Alhamdulillah, apakah kamu bisa bersabar 5 tahun lagi?"
"Inshaa Allah abi, semua Dzaky serahin pada Allah, karna hanya Allah yg akan mengaturnya"
"Boleh abi bertanya sesuatu?"
"Silahkan abi"
"Apa yg membuatmu selalu menuruti perintah abi, bukankah abi slalu bilang bahwa kamu boleh melakukan apa yg kamu inginkah asalkan itu baik?" aku tersenyum tulus pada abi ku.
"Karna Ridho orangtua adalah Ridho Allah, jadi tak ada alasan Dzaky untuk menolak perintah abi karna Dzaky yakin apa yg abi perintahkan adalah yg terbaik untuk Dzaky" kulihat abi tersenyum padaku.
"Ehm, abi bolehkan Dzaky tanya sesuatu?" aku baru saja teringat sesuatu yg memang ingin aku tanyakan sejak aku datang tadi.
"Silahkan"
"Apakah tadi memang tidak ada santri laki laki yg bisa abi suruh untuk memanggil Dzaky?"
"Ada, tadi abi ingin menyuruh Ilham memanggil kamu, tapi tiba tiba saja Nazwa memanggil abi dan dia yg meminta pada abi untuk dia saja yg memanggil kamu ditemani oleh Ratih" aku kembali mengingat perkataan Nazwa, ternyata dia berbohong, abi memang tidak mungkin menyuruh seorang santri wanita memasuki kawasan santri pria jika memang tidak dalam keadaan mendesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inshaa Allah
SpiritualPercayalah pada Allah, maka tak akan ada lagi yg membuatmu kecewa.