day-five

1K 59 1
                                    

Untungnya dengan sigap Niall menghalangi Justin. Menjauhkan Justin dari Greyson. Aku langsung membantu Grey untuk bangkit. Disisi samping aku melihat Cody dan Austin yang tengah merekam adegan tadi. Namun aku tak melihat keberadaan Aaron saat ini.

"Ayo, aku bawa kau ke klinik" aku meraih tangan Grey, ia tampak gemetar. Maklum saja, aku juga pernah mengalami yang seperi Grey alami. Tidak memperdulikan gender, Bully di amerika memang sering terjadi. Grey yang barusaja masuk ke sekolah swasta tak seharusnya mendapat seperti ini dari bocah tengik yang kucintai-Justin Bieber.

Kudengar saat aku berbalik membawa Grey, Justin berteriak untuk akan menghajarnya diluar sekolah. Aku juga mendengar bahwa guru yang lain mengamankan siswa yang juga ikut dalam komplotan Justin, seperti Cody dan Austin.

"Grey.. kamu tak usah khawatir. Aku akan pantau Justin agar tak menyentuhmu lagi. Ok?"

Ia hanya mengangguk, aku juga tersadar bahwa salah satu kaki Grey juga terluka. "Justin apakan kakimu?"

"Dia menginjakku, aku rasa tulang kakiku patah"

"Ya ampun" aku membidik ngeri, dalam hati gadis batinku memaki dirinya dan ingin menghajarnya habis-habisan. Tak seharusnya aku memaafkan dirinya malam tadi, tak seharusnya aku tidur dengannya. "Aku pastikan Justin juga akan tanggung jawab soal itu"

"Tidak-.tidak perlu. Aku tak apa. Mungkin hanya terkilir, sungguh aku tak apa. Awasi Justin saja agar tak lagi menaruh dendam denganku"

"Baiklah"

Diklik, dokter kecil yang bertugas itu memeriksa Grey dengan awas. Sesekali kulihat Grey meringis kesakitan saat alkohol mengenai luka dipelipisnya yang begitu parah. Aku belum mengerti betul bagaimana Justin sampai semarah ini dengan pria polos sepertinya.

"Sebenarnya apa yang menyebabkan Justin sampai memukulmu seperti itu Grey?"

"Aku tak tahu, sungguh. Aku hanya menabraknya saat aku tak sengaja berjalan sambil membaca sebuah novel. Aku juga sudah meminta maaf, tetapi Justin malah menarik kerah bajuku dan mulai memukuli"

'Bocah tengik!'

"Lalu?"

"Lalu kau datang. Dan juga Mr.Horan, aku tak tahu apa jadinya jika kalian tak datang"

Aku menghela nafas kasar. Hatiku benar-benar panas. Tanganku gatal untuk menampar wajah Justin keras. Ini bukan kali pertamanya Justin seperti ini. Sejak kelas 10 Justin adalah murid ternakal disekolah, dimana setelah kasus aku harus bertemu Mom Patty yang sama egoisnya dengan Justin. Mom yang tak pernah mau anaknya untuk disalahkan.

Selesai dari klinik, aku mengantar Greyson kekelasnya. Sontak teman kelasnya terkejut dan tidak mengetahui bahwa Grey sudah berhadapan dengan Justin-sang raja sekolah. Yang lain pada mengingatkan Grey berhati-hati. Justin memang patut diberi hukuman.

Aku menuju kantor guru, kudapati Cody dan Austin menerima hukumannya berdiri hingga bell pelajaran berbunyi. Terlebih salah kakinya harus terangkat dan kedua tangannya memegangi daun telinga. Keduanya saling menyalahkan. Aku menyapukan kesekitar dan tidak menemukan Justin berada. Hanya Mr.Horan dan guru Musik, Mr.Harry Styles disana.

"Har, dimana Justin?"

"Tuh" ia menunjuk dengan dagunya kesudut ruang. Justin menunggu tepat didepan ruang kepala sekolah. Ia masih terlihat tenang tanpa rasa takut, memegangi ponselnya dengan menguyah sesuatu didalam mulutnya. Aku bergegas kehadapannya dengan bersilang dada.

Dehamanku membuat Justin menyadari aku disana. "Hai sayang, ada apa?"

Mataku terbuka lebar, aku sontak menoleh samping kiri kana serta belakang dan memastikan tidak ada yang mendengar ucapannya. Dimana mereka sibuk dengan kegiatanya masing-masing. Lagipula jarak kami juga lumayan jauh. Kulihat Justin tersenyum lebar. "Maaf ya g-aku bentak loe-eh, kamu tadi. Lagian ngapain juga sih ngurusin urusan anak sekolah"

"Aku ini gurumu disini. Aku tahu tadi malam memang kita tidur bersama disatu ranjang yang sama, tapi inget ya, sekolah adalah sekolah. Lagian kapan kamu berubah? Kamu bilang bakal berubah saat kau sudah mendapatkan aku"

"Lagian Greyson Rese, mana dia bilang gue jones. Kan brengsek!"

Aku memutar bola mataku drastis, "mana mungkin sih Grey seperti itu, kau jangan mengada-ada deh"

"Sumpah Yn!" Ia mengangkat jarinya keudara seolah tengah bersumpah. "Demi apapun itu, dia bilang ke gue kalo gue itu tampan tapi sayang gue jones. Dia gak tahu aja kalo gue punya loe juga Clara"

"Ohh.. jadi Clara udah dianggep nih?"

"Ehh ya.. - hmm maksudnya, semua disekolah ini kan tahu kalo aku dan Clara.."

Ia tak melanjutkan.

"Lanjutkan.."

Aku menunggu, ia masih terpaku pada ucapan terakhirnya yang sudah kutahu apa ingin ia katakan.

"Justin!" Mrs.Swift, kepala sekolah disini keluar dari ruangannya. Membuat tanganku yang tadinya menyilang sontak berubah. Mrs.Swift yang juga adik dari Mom Justin itu seperti enggan berhadapan kembali dengan keponakannya sendiri.

"Lihat? Betapa menjengkelkan muka si tua itu" Justin sempat berbisik sebelum akhirnya mengikuti Mrs.Swift kedalam ruangannya. Entah mengapa kali ini kasusnya tak langsung aku yang menangani, mungkin karena bantuan Niall yang selalu membuat pekerjaanku menjadi sedikit meringan.

Tidak ambil pusing, aku langsung mengambil makan siangku karena kebetulan bell istirahat makan siang berbunyi. Zeya tak berangkat hari ini yang membuatku harus sendiri terduduk diCaferia sekolah. Tak lama aku menyadari bahwa seseorang berdiri dimejaku, aku mendongak dan Mr.Horan disana. Dibalik kacamatanya ia tersenyum melihatku.

"Hai, boleh bergabung?"

"Oh ya, tentu." Aku mempersilahkan. Dirinya terduduk dihadapanku, meletakkan nampan yang ia bawa sedari tadi. Rambutnya yang blonde membuat penampilannya lebih terlihat muda dari usia aslinya.

Justin pov

"Ayolah Aunt.. masa masalah begini aja gue harus kena imbas sampe bersihin wc segala. Loe kan tahu kalo di sini banyak siswa yang nge-sex sembarang, dan gue harus bersihin bekas sperma mereka gitu?"

"Justin! Saya akan melaporkan ini pada Mom-mu"

"Terserah, Mom juga takkan percaya"

"Itu kalau sama guru bk disini. Tetapi tidak berlaku jika dengan diriku"

Aku merengek, mengeluarkan jurus andalanku. "Ayolahh... Taylor yang cantik, Aunt yang baik.. ayo... please please... jangan laporin guee"

"Keluar!"

Sialnya jurus itu tak berhasil, mau tak mau aku harus menurut dan menerima hukuman yang selanjutnya. Padahal masalah ini bukan aku sepenuhnya yang salah. Bayangkan aja, aku lagi main basket, tiba-tiba Grey lewat dan nyentuh bola basket yang aku lempar. Aku setengah mati teriak untuk minta dibalikin tapi dia malah ngelempar sampai bolanya keluar lapangan. Brengsek memang. Apa salahnya mukul, dia aja yang salah. Dia aja yang-

damn. Hatiku semakin hancur melihat Yn yang tengah terduduk diCaferia bersama guru bego yang matematika Dasarnya tak sebanding dengan kemampuanku itu. Kuperhatikan ia tampak begitu senang, mereka tertawa bersama. Semakin muak karena sekarang aku melihat sebuah tisu yang Horan usapkan pada wajah Yn, Yn sendiripun tak menolak. Aku bergegas pada meja keduanya, sengaja aku menabrakkan diri hingga minuman Yn menumpahi kemeja Horan. Aku berlagak acuh meskipun kedunya memanggilku. Yang lain pun ikut mencoba menghalangiku, namun aku tak kalah menjalankan aksiku dengan mendekat pada meja Clara yang tak jauh dari sana. Kusengajakan meletakkan tangan untuk merangkul tubuhnya, dan alhasil Clara membantuku dari mereka yang menganggu. Bukan cuman aku yang dijuluki raja sekolah, tetapi Clara juga merupakan ratu sekolah disini. Dengan segala parasnya dan tubuhnya membuat siapapun luluh. Termasuk kekuasaannya disekolah ini.

THE FEELING (YN-YOUR NAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang