day - 30

673 34 1
                                    

From : Austin
Dude, bagaimana? Kau sudah mendapatkan hatinya? Ini hampir seminggu bung! Kau pikirkan nasib pelaku video itu.

Sial. Karena sibuk mengurusi Yn, aku malah melupakan Aaron yang berhasil membuat hubunganku dan Yn menjadi renggang. Tak hanya itu, menghilangnya aku ke Atlanta membuat Jeremy bersikeras melacak keberadaanku. Bagaimanapun juga, aku masih akan bertanggung jawab untuk membersihkan nama baik Selena. Semenjak kejadian itu, Selena dikabarkan mengalami penurunan peringkat hingga dirinya frustasi karena hinaan teman-teman Clara dan.. pernikahan.

I hate it. Bisa kuakui bahwa pernikahan kami-aku dan Clara akan berlangsung setelah kami lulus dari high school, selama itu aku bisa membatalkan acara sialan itu.

Aku juga tak bisa ambil diam untuk menuntaskan Aaron. Bocah keparat itu mesti dimusnahkan. Bagaimana tidak, setelah Videonya tersebar, Aaron selalu mengelak bahwa ialah pelaku dari semua itu, meskipun Austin sudah membuktikan dari beberapa cctv pada saat acara dimulai. Saat itu Aaron bekerja sama dengan para pegawai yang bekerja membantu jalannya acara dengan membuat lampu meredup dan sesaat itu ia melesat pada pemutaran Video ku bersama Selena.

Aku sendiri belum mampu menjelaskan pada Yn mengenai Video dengan Selena,saat itu kami masih bersama, menjalin cinta dan aku sama sekali belum mengenalnya. Ini tak seperti yang Yn duga. Aku sama sekali tak menyelingkuhi ataupun menduakan. Tidak, dan takkan pernah. karena hatiku sudah tertutup rapat, bahkan untuk Selena sekalipun.

"Justin.."

Cody membangunkanku dari lamunan. Ia menatap, dengan pakaian Formal, Kami sudah terduduk lama dalam Cafée tempat Yn bekerja. Selain mengawasi sampai gadis itu pulang, di Atlanta, Cody-lah satu satunya temanku. Untungnya, karena kekuasaan yang ia miliki, aku tak memiliki masalah apapun dan Cody mampu menangani semuanya.

Ia menyesap cappucino late dari gelas yang terbuat dari keramik itu, perlahan dengan tatapan penuh investigasi terhadapku. "Katakan, apa yang sudah kau kerjakan seminggu belakangan" dan Cody barusaja kembali pada Atlanta untuk mengurus frenchees dengan Yamaha.

"Tidak ada. Aku bahkan sama sekali tidak mendapatkan respon dari Yn"

Sedihnya, Cody berdecak. Tawa jahatnya kembali terdengar. Aku tak marah karena aku tahu pasti bagaimana pengorbanan dua sejoli sahabatku selama ini. "Kau ini. Seharusnya kau bilang dari awal. Kalau Yn tak bisa dengan cara lembut dan langsung, kita buat cara yang lain"

"Maksudmu?" Keningku berkerut. Brengsek, otakku sudah tak lagi bekerja setelah mengingat bagaimana dekatnya Yn dengan si bajingan baru itu.

"Oh ayolah.. kita buat stategi untuk menjebaknya"

"Menjebak?"

"Hmm.. kalau kau mau" kembali, ia menyesap cangkirnya sekali lagi.

"well, jika itu tak membahayakan, aku akan lakukan apapun untuk membuatnya kembali padaku"

"Dan aku dengan senang hati akan membantumu" Cody meringis, yang membuat hatiku tenang. Dengan cara apapun aku sudah mempercayainya. Ia takkan membuatku kecewa.

Kali ini aku yang mengambil cangkir Cofée buatanku. Tak lama, Yn berjalan seorang diri dengan tas selempangnya. Melirik jam, sudah pukul sepuluh malam dan jam kerjanya mengulur hingga sejam lamanya.

"Itu Yn" tunjuk Cody yang membuat Yn tampak ketakutan dan memilih pergi secepat mungkin seorang diri. Aku mendesah, memasang wajah datar pada Cody. "Sorry..." ia nyegir, persis mengetahui kesalahan fatalnya.

"Aku pikir aku harus menyusulnya"

"Oke" jawab Cody cepat dibarengi bangkitan dari tubuhku, bergegas mengejarnya. Yn masih menunggu pada Halte bus. Dan lagi-lagi, kami sama-sama terdiam. Aku berdiri tepat disisinya, dengan menggunakan earphone aku mendengar beberapa lirik yang berhasil terdengar sampai padaku, mungkin Yn memasangnya dengan Volume penuh, seperti biasanya.

THE FEELING (YN-YOUR NAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang