Menjauhkan diri bersamaan, Justin melepaskan cengkramannya dirahangku dan membiarkan aku menyiapkan makan malam sedangkan dirinya terduduk dimeja makan. Kuperhatikan pakaian formal yang ia kenakan begitu kontras dengan kulit, begitu terpadu dan— serasi.
"Darimana kau bisa memasak makanan Itali seperti ini? Apa karena ibu-mu adalah seorang juru masak handal?"
Aku terkekeh,
"Bukan, dia hanya seorang penjahit baju diTexas."
Maksud hati ingin memberitahukan jati diriku dan mengamati perubahan sikapnya , tetapi wajah itu,—tampak datar. "Benarkah? Lalu bagaimana kau bisa membuat semua ini?" Justin yang masih mengunyah Lasagna yang kubuat, terlihat begitu menikmati.
Aku menghidangkan dua kaleng Coke , Justin menyambarnya cepat, seolah kerongkongannya sudah terpenuhi oleh Lasagna.
"Aku mempelajari itu karena dulu Bibi-ku yang mengajari. Kebetulan dia juga membuka restoran kecil saat aku di Atlanta bersama-nya" Justin menganggukkan kepala mengerti akan yang kuceritakan. Membuka pakaian formalnya, aroma Maskulin yang begitu khas langsung menjuru keberbagai ruangan. Aroma yang selalu kunantikan—yang membuatku tak ingin jauh darinya.
Piringnya sudah bersih tak tersisa, Justin membuang kaleng Coke dengan lemparan hampir menyerupai parabola kearah tempat sampah yang bersebrangan dengan meja makan.
Aku terkesima sejenak.
Kuperhatikan punggungnya yang mulai bergerak menjauhi-ku dan masuk kedalam kamar mandi dengan sebelumnya memberitahuku untuk menghabiskan Makan malam dan segera bersiap tertidur malam ini.
..
Justin pov
"i love you" bisikku tepat ditelinga gadis yang umurnya lebih dewasa dariku. ia tertawa lirih, membiarkan lengan kekar dengan tatto yang kupunya menjalar disekitarnya mendekap tubuh mungil Yn yang begitu pas.
"I love you too"
Tanpa ragu Yn membalikkan wajah untuk sekedar berciuman denganku.
Aku ingin melakukan lebih, sedaritadi Jerry meminta untuk dimasuki sesuatu, tetapi kesehatannya lebih penting. Yn sedang dalam masa peluruhannya, sangat berbahaya untuknya jika aku memaksa kami berhubungan intim—Tidak akan.
Tanganku meraba rambut hitam pekatnya, bersenandungkan irama lagu kesukaannya, selama mungkin untuk membuatnya tertidur, hingga dengkuran lembutnya terdengar. Aku melirik sekilas wajahnya, dan benar saja gadis itu sudah tertidur. Mengamati wajah asia yang begitu khas dimilikinya membuat-ku merasa bahwa disinilah dunia-ku tercipta, wajah polos tak berdosa. Sangat berbeda saat aku bertemu disekolah. Hidung mancung, Rahang tirus, Pahatan wajah yang begitu membuatku jatuh hati setiap menatapnya. Apalagi jika matanya sudah berbicara, aku tak memiliki akal lagi untuk mengelak atau membiarkannya menatapku seperti saat dikoridor. Itu membuatku sakit, bahkan mengingatnya saja membuat jantung ini berdesir, sesuatu yang aneh bergejolak dalam diri menusuk hingga pada tulang rusuk belakangku.
Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apa Clara berbicara sesuatu? Dia sudah tahu hubungan ku dengan Yn?
Ponselku berdering, sebuah pesan kuterima.
From : Hailey
Jerk, dimana kau? Aku mempunyai kejutan untuk-mu.Tanganku dengan lincah membalasnya,
To : Hailey
Simpan untuk Cody atau Austin. Gue otw surga. Bye!Send. Ponselku berdering lagi namun aku berburu mematikan sebelum membacanya, rasanya menatap Yn tertidur lebih dari cukup dibandingkan dengan berbalas pesan dengan Hailey meskipun aku tahu betul apa kejutannya. Aku tak peduli apakah aku harus kehilangan Motor KTM Duke—perusahaan produksi Ayahnya.