Justin yang keluar dari kamar mandi hanya melilitkan handuk untuk menutui bagian bawah tubuhnya. Aku tertegun sebentar dan langsung membalikkan tatapan pada semula setelah Justin memergokiku mentah-mentah.
"Apa yang sedang kau perhatikan? Apa kau merindukan Jerryku?"
Aku tertawa sinis, ucapannya yang tak berdosa itu sama sekali tidak pantas untuk terdengar kini. "Aku sama sekali tak merindumu. Satu-satunya alasan aku berada disini adalah karena badai itu. Tidak lebih"
Justin menghentikan aksinya yang tengah menjelajah pada lemari, tatapannya dingin dengan kerutan dikeningnya. "Benarkah?" Aku yang berusaha mengatur untuk tidak bersikap berlebih setengah mati menahan keringat dingin yang kini menjalar ditubuhku, tatapannya semakin jeli , aku sangat mengenalnya. Tatapan itu..
Justin mendekat, aku yang duduk ditepian bangkar berusaha bangkit tetapi sia-sia saja karena dorongannya berhasil membuatku terlempar hingga keatas ranjang. Justin yang langsung mengambangiku berusaha menahan tubuhnya dengan lengan kekar penuh tatto itu. "Yn.. aku benar-benar merindukanmu.." nafasnya yang memburu dihadapanku langsung memenuhi paru-paru serta jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Aroma semerbak wangi sabun seusai mandi langsung bercampur pada aroma tubuhnya yang begitu khas.
Dammit. Aku menelan ludahku dalam-dalam, melumasi bibir bagian bawah berskala. "A-aku.."
"Aku tahu, kau juga merindukanku kan?" Ujarnya over percaya diri. "Let me kiss you baby" aku tak menjawab tetapi tak lagi memberontak sesaat sesuatu yang lembab itu menyentuh bibirku. Ada gejolak aneh yang kurasakan, dadaku berdesir saat Justin melumatnya perlahan, semakin dalam hingga aku tak kuasa menahan tangan agar tetap diam ditempat dan bukannya menarik lekuk lehernya agar lebih mendekat.
Brengsek, bibirnya memasukiku, membiarkan lidah kami saling bertukar, menghilangkan semua rasa sakit yang ada. Justin menghipnotisku, kali ini tangannya menyibakkan rambutku kebelakang dengan kasar, serusaha kembali menyentuh tubuhku dengan perlahan dan bertahan pada boobsku. Remasannya membuat tubuhku menggeliat, erangan kecil terdengar dimana decakan antar lidah kami yang bertemu membuat Justin semakin bergairah.
Akhirnya Justin menarik diri, kami sama sama terengah. Dirinya melepaskan seragam kerja yang kukenakan hingga melewati kepala, Justin memerintahkan untuk menggeser tubuh agar kakiku tak terhentai dilantai, sembari itu, Justin melepaskan lilitan handuk hingga Jerrynya yang tampak menegang begitu nyata dihadapanku.
"Blow job now"
"A-apa?" Tubuhku menegang. Sekalipun ia tak pernah memerintahku untuk melakukan perbuatan itu.
"apa kau tak mendengarku? Lakukan sekarang Sayang"
Aku menelan ludah lagi, Justin memajukan diri hingga Jerrynya tepat berada diwajahku. Aku memejamkan mata sembari membuka mulut, merasakan bagaimana benda itu memulai memasukiku, semakin dalam hingga rasanya sampai pada kerongkonganku. Berulang kali aku berusaha untuk tidak memuntahkan isi perutku dimana Justin malah menggoyangkan maju mundur secara berskala yang membuat diriku semakin menikmatinya. Justin mengerang, dalam goyangannya, ia menarik rambutku kasar dengan menyebut namaku berulang.
"Aghhhh... Yn.. Agghh... lakukan sayang... "
"Hmm..." gerakan semakin cepat. Aku yang tersedak benda itu berusaha terus memijit permukaannya yang semakin keras dan tegang. "Aghhh... Yn... ughhh... hmm..."
Semakin cepat, "ah.. ah.. ah.. ahh.." dan.. "Yn.. agh..." cairan itu keluar dalam mulutku, Justin mencabut miliknya, memintaku untuk menelan keseluruhan isinya. Dengan penuh paksaan, Justin menutup mulutku agar cairan itu masuk seutuhnya.
Lensa hitam gelap itu masih ada, Justin kembali memposisikan diri karena Jerrynya kembali menegang. Tak memikirkan aku yang tengah mengambil nafas dalam permainannya. Justin kembali menciumi lekuk leherku, menyapu sekitaran rahang yang berlangsung hingga pada ujung bibir bawahku. "Lets do it baby" suara seksi yang begitu menggodaku memberi intruksi, Justin menuruni hingga kebagian belahan dada, tangannya bermain dengan nipple-ku, memilinnya yang membuat diriku menggeliat tak karuan.