day - 47

448 33 2
                                        

"Yn... ohh Sayang.." Mom menyambutku. Aku mengumbarkan senyuman palsu dimana selama perjalanan airmata selalu menemaniku, ini bukan keinginanku untuk pulang ke Texas, tetapi paksaan. Mungkin Mom juga akan menyadari betapa sebabnya mataku.

"Kau kembali? Kenapa tidak memberitahu?" Ia kembali membanjiriku dengan pertanyaan, aku yang tak menjawab hanya bisa menangis dan kembali merengguh dipelukannya. Aku rapuh, aku rapuh sekarang.

Aroma tubuhnya yang masih sama, menyejukkanku, aroma yang selalu membangkitkan semangatku saat aku mulai menangis dimana mereka membullyku, atau saat aku terjatuh dan lututku terluka. Mom.. aku memang kembali.

"Ada apa Sayang? Kau ada masalah?"

Aku menggeleng, mencoba mengumpulkan suaraku untuk membalasnya, "aku hanya merindukanmu"

"Oh Sweetheart.. aku juga merindukanmu. Tak usah menangis seperti itu.."

Aku kembali mengangguk , Mom yang mencoba menenangkanku tidak benar-benar tau apa yang kupikirkan sebenarnya. Aku memang memilih untuk menyelamatkan bisnis keluargaku, ini berat. Aku tahu, aku sendiri tak bisa menghadapi ini. Tetapi Jeremy tak bodoh, jika aku memilih untuk Stay, dan Justin menjalankan Aksinya, apa aku akan pasti diterima? Tidak, tidak akan. Jeremy akan terus memutar ulang untuk menghancurkan keluargaku. Jadi lebih baik aku akhiri saja hubungan ini.

Ponselku sengaja dimatikan, aku membuang kartu simnya saat masih dibandara, mencoba untuk tidak lagi berhubungan dengan Justin atau pria itu akan terus mengejarku. Aku juga tahu Justin, ia sama egoisnya dengan Jeremy. Misinya adalah yang utama, tak peduli dimana yang lain terluka karena perbuatannya sendiri. Atau semuanya gagal.

Aku merenung dikamarku, setelah Mom memutuskan untuk mengistirahatkanku dikamar, mataku tetap saja tidak bisa terpejam. Rasanya badanku remuk beserta dalamnya. Jantungku hancur, paru-paruku tidak bekerja normal. Aku mulai sesenggukan lagi karena menangis, aku masih teringat senyumannya pagi ini. Justin..

..

Ku buka mataku, hari sudah berganti. Suara teriakan Mom terdengar, panggilan sarapan seperti biasanya. Dengan malas aku bangkit, mataku bertambah bengkak, lingkaran hitam dibawahnya tampak jelas dibalik cermin dekat ranjangku. Aku bergegas mendekat, memoleskan sedikit make up untuk menutupinya, sedikit berhasil dan aku menuruni tangga untuk menemui Mom.

Dimeja makan tua kami, aku menemukan Dad, ia sudah siap bekerja pagi ini. Kemarin, aku tak sempat menungguinya pulang sehingga ketiduran didalam kamar. Kupeluk Dad yang tengah terduduk dimeja makan.

"Aku merindukanmu.."

Suara ramah yang selalu mengajakku memancing dulu itu tertawa lirih, "aku juga merindukanmu gadisku.. " tangannya mengacak rambutku pelan seperti biasa.

"Makanlah, kau pasti lapar." Ujar Dad yang membuatku duduk disampingnya. Daripada Mom, aku lebih dekat pada Dad. Mungkin dulu, Mom sibuk menjahit sehingga memakan waktu banyak untuk itu sedangkan Dad selalu pulang petang, bahkan jika sedang ada waktu lenggang, ia sering mengajakku kekebun atau sekedar memancing sebagai hiburan.

"Aku rindu memancing bersamamu Dad.." ulasku seraya makan. Dad tertawa.

"Kalau begitu ikutlah besok ke kebun Dad, kau tahu, sekarang sudah besar.. kau bisa berlari-lari lebih luas disana atau kita memancing dekat sungai sekitaran sini. Bagaimana?"

Aku tersenyum senang. "Aku setuju, aku sangat setuju" lalu melanjutkan makan, kembali terdiam dimana otakku teringat pada sosok Justin. Apa dia sudah makan?

..

Justin pov

Kedoran pintu sama sekali tidak kudengarkan. Aku tertidur diranjang tetapi tidak tidur sepenuhnya. Setelah kejadian semalam, Dad memaksaku untuk membawaku keluar dari hotel dan kembali kerumah. Aku disuntik oleh cairan yang membuat aku tertidur selama perjalanan, saat terbangun, aku sudah didalam kamarku. Yn yang kuhubungi sedari kemarin masih tak aktif. Aku kesal dan membanting ponselku hingga membelah menjadi dua.

THE FEELING (YN-YOUR NAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang