Yn pov
Tak banyak yang kutahu, pagi buta aku mendengar suara keributan dari luar. Saat membuka pintu kamarku, pandangan luar biasa terlihat. Mom Pattie dengan senyumnya merekah tengah membagikan sesuatu yang tersimpan pada kerdus besar didepannya. Jaxon dan Jazmyn juga ikut mengacak-acak isinya. Entah kapan mereka kembali, tetapi kali ini ditambah dengan Jaquline, juga dua perempuan yang belum kukenal. Justin mengakak ketika Jaq tak sengaja terkena sebuah mainan yang membuatnya mengaduh, begitupun Shawn, dia begitu tampan berada disamping Justin.
"Hai, kemarilah.." Jaquline melambai padaku, sontak semua yang ada disana mengarahku, Justin tersenyum bangkit menghampiriku. Tidak seperti Mom Pattie yang juga memerintahku mendekat, Jaxon dan Jazzy kembali mengacak-acak isi kardusnya. Sama sekali tak memperhatikan.
Justin yang berdiri disamping, merangkulku. Rasanya ingin menyingkirkan tangan itu, tetapi mustahil karena Justin mempererat pegangannya.
"Yn.. Mom belikan sesuatu untukmu" suara Mom Pattie membangunkanku, ia menyodorkan sebuah Syall berwarna merah cerah. "Itu hadiah dari designer terkenal, kebetulan aku menceritakan tentang hubungan kalian dan ia memberiku itu"
"Thanks Mom, ini sungguh indah" aku membalas senyuman ramahnya. Selanjutnya, Mom Pattie memperkenalkanku didepan keluarganya. Yang dua perempuan itu bernama Erin, ibu dari Jaxon dan Jazzy juga Candie, ibu dari Jaq. Aku yang tersipu hanya bisa tersenyum menatap mereka yang menghujaniku dengan beribu pertanyaan.
"Kau tinggal dimana sekarang?"
"Dia cantik.."
"Oh ya ampun, dia seperti gadis Shawn dulu"
"Aku bilang juga apa Just!" Celetus Jaq diantara Erin dan Candie yang masih membicarakanku. Shawn disofa hanya memperhatikan sekilas, sibuk memakan jajanan ditangannya.
Seusai itu, aku mengikuti Mom Pattie juga kedua perempuan itu kearah dapur. Meninggalkan Justin, Shawn. Dan Jaquline pada ruang tv. Mereka membicarakan pertandingan bola tadi malam. Benar-benar keluarga harmonis.
Didapur, Mom Pattie melarangku melakukan kerja berat. Aku hanya diperbolehkan memotong bawang ataupun sayuran. Selebihnya, ia yang mengurus. Kedua perempuan itu membuat sebuah kue, katanya untuk tamu special nanti malam. Aku saja heran, mereka kaya, mengapa harus memasak sendiri?
"Justin! What the Fuck!" Teriak Jaquline lantang yang membuatku terkekeh. Mungkin Justin mulai menggodanya, ditambah suara tawa Shawn ditengah teriakan Jaquline.
"Justin! Kau bukan Jaxon lagi! Berhenti menakali sepupumu sendiri!" Teriak Bibi Candie yang semakin menggelikan, Jaquline bagaikan gadis mungil yang akan terkena kejahilan sepupu lelakinya layaknya bocah berumur lima tahun. "Ya tuhan, memang Justin dan Jaquline tak bisa disatukan"
"Seperti itulah, itu sebabnya Jaq tak pernah lagi tinggal disini lagi." Tambah Mom Pattie seraya masih memasak. Sedangkan Erin lebih terkesan diam kali ini.
Hampir dua jam lamanya aku berada didapur. Aku senang karena mereka sangat asik, dengan sedikit hiburan melihat Teriakan Jaquline membuat Candie geram, tetapi detik selanjutnya kami malah tertawa. Kelakuan keduanya memang masih terbilang kanak-kanak.
"Kau sungguh yakin mau menikahi bocah tengik seperti dia?" Candie memakiku, tidak dalam arti sebenarnya, mungkin ia kesal anak gadisnya selalu digoda oleh Justin.
Aku menatap Justin. Sekarang, aku membantunya membawa sebuah nampan yang disajikan diatas meja. Kebetulan Shawn , Justin dan Jaquline menatap kami. Mungkin mereka sedikit penasaran. Aku tertawa lirih.
"Aku sendiri tak yakin, dia yang memaksa" candaku yang membuat Shawn dan Jaquline tertawa lepas, dimana Justin memayunkan Bibir.
"Kau jahat"
"Kau lihat? Dia bahkan tak lebih dewasa dari adik tirinya sendiri" tambah Candie masih geram melihat kelakuan Justin yang menjadi.
Meninggalkan mereka dengan tawa Jaquline dan Shawn yang tertinggal, aku kembali pada dapur, mendapati Mom Pattie tengah menaburi coklat diatas kue yang sudah siap disajikan saat ini. Erin sudah pergi, katanya untuk mengurus pekerjaan rumahnya juga Jaxon dan Jazzy. Tetapi Jazzy meminta untuk tinggal alasannya karena Jaquline disini.
"Mom? Ada yang bisa kubantu?"
Ia menyadari keberadaanku, "oh tak perlu. Aku bisa"
"Hmm.. sebenarnya siapa tamu special kita malam ini?"
Mom menghentikan aksinya, meletakkan adonan coklat dan menatapku dalam. "Bersiaplah, kau akan bertemu Jeremy"
Deg. Jantungku hampir copot hingga keperut. Sialnya tak satupun dari mereka yang mengabariku soal ini. Oh god.. what should i do!
"Kau tak perlu khawatir. Karena ini bukan tentangmu. Maksudku, Jeremy pulang karena tak tahu soal kau dan Justin. Ini masalah Shawn."
"Shawn?" Keningku berkerut. Ada apa dengan Shawn? Bukankah Shawn anak Taylor? Lalu mengapa harus Jeremy yang mengurusnya?
"Ya, kudengar dia memberontak, menikahi Camila dengan Clara, kau kenal Clara kan?"
Clara?! Ya ampun..
Aku mengangguk kecil. "Tunangan Justin." Tambah Mom Pattie lirih.
"Aku dengar Greyson juga mencintai gurunya sendiri, teman Yn, mungkin kau mengenalnya" Candie menyambung. Aku semakin dibuat penasaran dengan topik pembicaraannya.
"Siapa?"
"Zebra? Eh bukan.. hmm Zoya? Ze.. Zela?"
"Zeya?" Tebakku asal.
"Ah ya! Zeya!"
Satu lagi, Greyson dengan Zeya. tetapi mengapa Jeremy malah tak mengerti masalahku dan Justin?
"Aku harap kau bisa menjaga dirimu. Kalau kau mencintai anakku, apapun yang Jeremy katakan jangan pernah dengarkan. Oke?" Mom Pattie.
"Sekejam apakah dia?"
"Dia baik. Hanya saja mungkin dia belum sadar apa yang sudah dia lakukan itu salah"
Aku hanya mengangguk. Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan. Demi apapun aku sangat takut sekarang. Meskipun bukan masalahku dan Justin, tetapi tetap saja aku akan menghadapinya. Mungkin itu juga sebabnya Mom Pattie dan Candie membuatkan kue dengan buatan mereka sendiri dibandingkan membeli diluar. Karena kami memang benar-benar kedatangan tamu special, tamu yang akan membuat suasana rumah menegang. Entahlah, ini adalah pertama kalinya aku akan bertemu dengan Dad Jeremy.
..
Aku didandani Mom Pattie senatural mungkin. Justin dengan Tuxedo hitamnya begitu tampan. Menyilangkan dada, menatap bagaimana Mom memolesi wajahku cepat. Aku membidik dipantulan cermin. Begitu natural dan aku menyukainya.
"Ini bagus.. aku suka Mom, terimakasih" kupeluk Mom Pattie sekejap. Tidak hanya Justin, tetapi Mom Pattiepun sudah cantik dengan dress merahnya berleher V. Ia berlalu, meninggalkanku dan Justin.
Aku yang menggunakan gaun Jaquline berwarna biru laut itu menatap diri, mengetahui Justin yang menghampiriku. Tangannya melingkari perutku. "Aku tahu kau pasti gugup, tak usah khawatir, kita tak sendiri.."
"Apa maksudmu?" Aku berbalik, membuat kami berhadapan. Aku berdiri, menjajarkan posisinya. "Tak sendiri?"
"Ada Greyson, Jaquline, dan Shawn yang akan memperjuangkan cinta mereka masing-masing"
"A-a-apa?" Ucapku terbata, sungguh tak bisa diterima dengan akal sehatku.
"Kau tahu, bukan hanya aku yang mencintai guruku sendiri, tetapi Greyson dan Zeya pun mengalaminya. Kau tahu Jaquline? Dia juga mencintai pelayan disebuah toko roti. Ini menggilakan. Tetapi itulah yang terjadi.."