day - 58

510 34 0
                                        

Kami sampai didepan rumah, benar saja, ada beberapa mobil yang terparkir. Yang semakin membuatku tak karuan adalah beberapa bodyguard berdiri diambang pintu.

"Dad.." suaranya nyaris seperti bisikan, tetapi membuat Dad-ku dan diriku memusatkan perhatian pada Justin. Gadis bantinku sudah pingsan ditempatnya.

"Dad mu? Wah.. sepertinya cepat sekali ya, ayo kita turun." Dad yang seolah tak mengerti dengan keadaan menegangkan ini merangkak turun dari Mobil mendahului kami. Meninggalkan aku dan Justin dalam kehingan yang mencekam.

"Dia pasti akan menyeretku,"

Matanya menatapku, berjuta kepingan harapan tersimpan. Ya, aku juga ingin bersama mu Bieber.

"Bagaimana jika kita kabur saja? Kau bawa mobil Ayahku sekarang!"

Justin menggeleng. Aku tak mengerti jalan pikirannya, "aku tak bisa. Ini takkan menyelesaikan segalanya"

"Lalu kau mau kita berpisah?! Iya!"

"Bukan seperti itu juga Yn.. tapi.."

"Tapi apa?!!" Mataku memenang, tergenang airmata yang hendak keluar.

Justin menghela nafas panjang. Melepaskan safetybelt dan merangkak turun. Persetan dengannya. Kusapu butiran bening itu kasar dengan tanganku, mengikutinya.Justin menggenggam tanganku, kami melangkah lebih maju.

Aku mengatur nafasku agar beraturan, membalas eratan tangannya sama kuatnya. Mereka disana, Jeremy yang tengah terduduk disalah kursi berhadapan dengan Mom ku. Wanita itu menangis, sedangkan Ashton berdiri dengan satu kakinya terangkat disamping kabinet lemari. Wajahnya tertunduk.

"Justin.."

Bisikku yang dibalas dengan kecupan Justin pada pangkal kepalaku. Jujur jantungku sudah tak bisa terkontrol. Detakannya begitu cepat. Terlebih kini Jeremy memandangi kami geram.

"Ini kelakuanmu Bieber! Heh! Aku sudah menghabiskan puluhan dollar untuk hidupmu dan ini balasannya?!" Jeremy menggebrak meja, mataku beralih pada rahang Justin yang mengeras.

"Kau tak berhak apapun akan hidupku Dad!"

"Tidak berhak?" Ia mendekat,reflek, tubuhku agak bersembunyi dibalik tubuh kekar Justin. aku mengerti sesuatu yang buruk akan terjadi. Mereka bertatapan, sekilas Jeremy memandangiku dengan tatapan merendahkan. "Untuk seorang guru, cih!"

"Kau tak tahu apapun soal Cinta Dad, lebih baik kau pergi!"

"Siapa kau mengusirku? Tuan rumah disini?"

Justin diam, tetapi masih dalam keadaan menegangkan.

"Yn!" Momku berteriak. "Kemarilah! Lupakan dia, Mom mohon, kembalilah pada Ashton!"

aku menggeleng keras. "Tidak! Tidak akan Mom!"

"Yn!"

"Tita, sudahlah.. biarkan mereka selesaikan dulu" Dad lagi-lagi menengahi, memegangi tubuh Mom yang sepertinya hendak bangkit dari kursi.

Kembali pada Jeremy, mereka saling beradu tatap. "Kau tak berhak untuk ini Dad, kau tidak!"

Jeremy geram, tangannya mengepal dengan hendak melayang diudara. Aku memejamkan mata, terus berada disisi Justin. Aku akan membangkitkannya jika memang mereka saling baku hantam kali ini. Kufokuskan semuanya pada telingaku untuk mendengarkan kronologisnya, tetapi suara perempuan yang sumbernya dari belakang kami membuat aku langsung membuka mataku sempurna.

Menolehkan kepala kebelakang, aku menemukan Mom Pattie disana, ia berjalan mendekat, tak lama tamparan untuk mengenai pipi Jeremy. Yang membuatku terbelalak kaget, kuperhatikan wajah Pattie yang memerah. Justin melepaskan genggaman tanganku, tubuhnya membungkus Ibu yang dilanda emosi.

THE FEELING (YN-YOUR NAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang