Justin pov
Ia memerjapkan mata berulang, mencoba mengatur kembali tatapannya setelah tertidur hampir 10jam lamanya didalam Villa-ku. Semenjak malam itu, aku menakutkan Karir-nya benar-benar hancur karena aku menculik Yn dari Club dan menyisakan berbagai pasang mata untuk melihatnya sebagai tontonan gratis. Tetapi bisakah kau bayangkan gadis yang kau cintai dipeluk oleh pria seperti Niall Horan? Si guru bekaca mata tebal dengan bau minyak nyong-nyong membuat gadis-gadis berdesis jijik kearahnya.
Yn terbangun, tatapannya tampak terkejut melihat diriku yang tertidur disampingnya. Menyapukan kearah sekitar, kupastikan Yn akan bertanya dalam dua detik selanjutnya.
Satu.
Du- "Justin.. dimana kita?"
Tebakan ku benar.
"Villa-ku dan kau berbohong mengenai rencanamu tadi malam Yn"
Yn yang sudah terduduk dengan bersandar pada headboard ranjang diselingi bantal itu meringis, mengernyitkan kening kemudian. "Bukankah..." tiba saja pupilnya membulat, menatapku nanar. "Justin! Kau! Oh astagaa!!! Kau!!!"
Aku tahu, aku tahu.
"Tenang Yn, Tenang.." jujur saja jatungku terasa terloncat hingga keperut jika Yn sudah sehisteris ini padaku. Kuamati dirinya menatap diri serta memastikan kedalam pakaian yang ia kenakan seolah aku memberikannya kejutan didalam sana. "Tenang Yn.. aku tidak melakukan apapun terhadapmu, lagi-pula tanpa aku mencuri itu dari-mu pun kau akan senantiasa menghampiri-ku untuk memintanya langsung. Bukan begitu?" Aku yang terlalu percaya diri.
"Dasar sinting!" Dan kudengar kekehannya. Dalam hati aku memohon pada Tuhan agar dirinya melupakan bagaimana diriku membawanya keluar dari Club hingga semua yang berada disana melihatnya. Bahkan si Mr.Horan.
"Hey, kau tak mendengarkan?" Aku tersentak mendengar suaranya, mengubah posisi untuk menyamainya sembari menggelengkan kepala.
"Gue-aku tak mendengarnya, kau bilang apa tadi?"
"Aku bilang bagaimana kau bisa membawa-ku kemari?"
"Kau diClub dan aku menggendongmu kemari" alasan terbesar ku membawanya kemari adalah untuk menghilangkan jejak agar apartemennya terbebas dari seseorang yang mungkin menguntit-ku dan Yn. Aku siap untuk memberikan alasan logis menyelamatkan karirnya di Graha's.
"Bagaimana kau tahu aku di Club? Apa kau mengikutiku? Aku bersama dengan Niall , Hailey serta Zeya. Bagaimana--, tunggu-"
Deg!
Brengsek, jantungku kehilangan detakannya lagi. Desiran aneh itu muncul. Aku takut Yn akan berteriak dan marah padaku karena keegoisan tadi malam. Aku tak sanggup menahan diri untuk tetap terdiam dan berusaha menjelaskan pada Aaron mengenai Ayahnya, bukannya berlari menatap Yn dan Niall berdansa dalam kondisi mabuk.
Yn menatap kutajam. Ini bertanda tak bagus. "Kau bilang mengendongku? Itu berarti banyak orang yang melihat kita?!"
"Tenang Yn.. aku akan pikirkan soal itu"
"Dan kau.." jari telinjuk lentik miliknya menunjukku tepat dibagian hidung "kau membawaku kemari? Astagaaa Justin..." tangannya meremas rambut frustasi, menuruni bangkar dengan berjalan bolak-balik seolah dilanda kebingungan yang tampak ketara. Ini salah-ku Yn.
"Karirku hancur! Astaga!!"
"Yn.. tenanglah.. kupikir belum sepenuhnya hancur, toh Mrs.Swift-maksudku, My Aunt tidak melihat kita dan aku yakin bahwa itu takkan berakibat apapun"
"Tidak ber-akibat apapun kau bilang? Hell ya, kau benar-benar sinting!" Kuperhatikan Yn berjalan meninggalkanku kearah kamar mandi dengan pintu terbuka. Aku masih terpaku ditempat dan memutar otak hingga untuk menyelamatkannya. Ini memang salahku.