day - 40

557 40 1
                                    

Siang ini Justin membawaku kembali pada NY, menghadapi kedua orangtuanya yang mungkin terkejut melihatku.

Mobilnya terparkir pada sebuah rumah yang bisa dibilang super mewah, penjagaan ketat diarea depan hingga samping. Saat keluar mobil, Justin melempar kuncinya pada seseorang yang tengah menyirami taman disekitaran rumah. Dengan cekatan pria itu menangkap. Ini sungguh ini, rumahnya yang berdominan kaca itu tampak begitu mewah, memperlihatkan betapa kayanya harta Justin.

Ini adalah pertama kalinya aku menginjakkan kemari. Diambang pintu, aku sempat tercengang karena pintunya yang begitu lebar dan panjang. Mungkin tiga kali dari pintu normal. Saat terbuka, kami disambut seorang nanny berseragam lengkap. Justin menepuk bahunya dan melewati begitu saja.

"Mungkin Dad sedang tak ada dirumah, kita tunggu hingga petang. Dan Mom juga sedang tak ada dirumah. Bagaimana kalau kita menjelajah rumahku?"

Ajakannya mendapat persetujuan dariku. Justin menarik tanganku lembut, membawaku kedalam rumahnya yang begitu besar. Ada berbagai pintu disana. Dapur dengan ukuran fantastis, kamar mandi dengan berbagai lapisan mengkilap, dan sebuah kolam renang didalamnya. Begitu privat karena ada pembatas dengan bagian rumah dalam. Ruangan keluarga dengan berbagai mainan yang tumpah beruntah dilantai, justin memiliki adik?,lalu televisinya yang begitu besar.

Aku kembali melangkah, kelantai dua. Justin menunduk ketika gonggongan anjing terdengar. Seekor sudah berada dipelukannya. "Ini lucu.." kataku seraya mengelus bulunya yang begitu lembut.

"Dia Esther. Anjing kesayanganku." Jelasnya singkat. Aku mencoba mengangkat Esther dalam pelukanku. Benar saja, baru kali pertama bertemu, Esther langsung menjilati wajah dengan gemas hingga aku terkekeh geli.

Justin kembali menjelajahi rumahnya. Diantara pembatas lantai dua dengan tembok luar, dindingnya terbuat dari kaca yang memperlihatkan keadaan tamannya yang luas. Justin masuk pada sebuah ruangan terpojok disana. saat menyapukan pandangan pada sekitar, aku menemukan rak buku yang berjajar dengan meja belajar, lalu sebuah ranjang dibagian pojok kanan dengan gambar sebuah club bola ternama yang kulupa namanya. Diantara mereka ada jendela besar yang tirainya tertutup.

"Ini kamarku sayang.." Justin menyuara. Membuka tirainya yang lagi-lagi membuatku terpaku. Pemandangan luar biasa terlihat. Bukan hanya halaman Justin, tetapi juga keadaan perumahan disekitarnya. Ada berbagai aktifitas yang terekam dibalik kaca bening itu. "Mungkin menjadi Kamar kita nantinya"

"Apa Clara pernah kemari?"

Alisnya terangkat , "kenapa? Cemburu?"

"Tidak, hanya bertanya"

"Baiklah, tetapi sayangnya tidak"

"Tapi.." Justin memotong ucapanku.

"Kita tunangan? Bukan berarti dia harus masuk keluar kamarku. Tidak akan"

"Baiklah" kudekatkan diri lebih pada jendela.tiba saja, tangan itu melingkariku. Justin menjatuhkan wajahnya diatas bahuku. Deruan nafasnya menggelitiki lekuk leherku.

"Aku sangat ingin seperti ini bersamamu. Setiap hari, selamanya.."

"Begitupun aku Justin." Menoleh untuk menatapnya, Justin mengecupkan bibir kami, terus bermain untuk melumat hingga sebuah kedoran pintu membuat kami tersentak.

"Dor! Dor! Justin! Dor!"

Mataku mendapati sesosok pria kecil disana. Dengan mainan bersenjata, Justin yang bernafas lega mengelus dadanya. Ia sama terkejutnya denganku. Rambut bocah itu blonde, wajahnya persis dengan Justin, meskipun lebih tampan Justin, kurasa.

"Jaxon! Kau ini" sentak Justin pada bocah itu, ia lincah bermain dengan menggunakan io hawk pada kedua kakinya. Bocah itu memutar tubuh, sama sekali tak peduli dengan kehadiranku.

THE FEELING (YN-YOUR NAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang