38

615 35 2
                                    

Ia tersenyum, memetik sebuah bunga dengan berbagai warna yang ia letakkan disamping dimana aku terduduk. Dengan rok selutut hitam dan kaos putihnya, Yn berjalan menelurusi Taman dimana aku memperhatikannya tak jauh darisana. Beberapa menit sekali, Yn berbalik untuk memberiku bunga, sama seperti seorang bocah berumur lima tahun yang tengah melapor sudah memetik bunga pada ayahnya.

Aku ikut tersenyum, ini sudah lewat dua hari setelah kejadian malam itu. Dan Yn semakin membaik, ia sudah ceria seperti biasanya. Sore ini, aku mengajaknya untuk berjalan ditaman. Rencanaku berhasil, Yn menyukai itu.

Yang dibicarakan datang, ia terduduk disampingku. "Bagaimana? Kau suka?" Tangannya mencubit hidungku.

"Suka. Apapun yang kau suka, aku pasti menyukainya"

"Apapun?" Tatapnya penuh manja.

"Apapun" lanjutku diselingi dengan kecupan singkat dibibir. "Sudah puas?"

"Hmm..."

"Apa kau ingin pulang?" Yn menggeleng, tangannya mengusap-usap perutnya yang membuatku terbahak. "Sejak kapan kau menjadi semanja ini?"

"Sejak tadi" juluran ludahnya padaku, menarikku untuk bangkit dari kursi.

Mobilku membawa kami kesebuah restoran cepat saji. Aku memesan bangku terpojok dekat dengan jendela. Selain pemandangan dari sini yang begitu indah, aku juga suka angin yang seiring keluar masuk melalui ventilasi sesekali kurasakan disini. Yn terduduk disampingku, dimana tanganku merangkul bahunya yang membuat ia menyandarkan tubuhnya diatas dadaku.

"Seperti biasa" pesanku pada seorang pelayan. Setelah mereka meninggalkan kami, Yn kembali menatapku. Ia tersenyum senang yang membuat moodku meningkat. "Sepertinya kau begitu senang hari ini. Apa aku benar?"

Tanyaku dijawab dengan sebuah anggukan.

"Sesenang apakah itu?"

"Seperti mendapat bintang jatuh"

"Apa kau senang mendapat bintang jatuh?"

"Sangat" senyumnya merekah "karena saat aku mendapatkannya, seolah tuhan memberikanku sebuah harapan yang mungkin ia kabulkan"

"Lalu apa harapan itu?"

Lama ia menatapku, sebelum akhirnya menyuara. "Menikah denganmu"

Aku yang mendengarnya sedikit terkejut, senang, sedih. Aku terkejut karena sebelumnya ia tak pernah mengatakan seserius ini. Senang, karena aku juga menginginkan hal yang sama. Tetapi juga. Sedih, karena bahkan detik ini keluargaku belum mengerti akan hubungan kami.

"Apa kau benar ingin menikah denganku?" Tanya ku teliti, entah aku salah berucap, tetapi reaksinya berubah. Senyuman itu pudar. Yn menjadi menegapkan tubuhnya, tak bermanja lagi denganku. "Apa yang salah Sayang? Aku salah berucap?"

"Kau berbicara seolah tak menginginkan hal yang sama"

"Aku menginginkan hal itu Sayang.."

"Kau bohong"

Kuhela nafasku kuat, disaat bersama seorang pelayan mengantarkan pesanan kami. Akhirnya aku memutuskan untuk memakan sebelum melanjutkan pembicaraan. Disampingku, Yn menjaga jarak, nafsu makannya menghilang. Karena sedaritadi tangannya sibuk memainkan makanan dipiring tanpa berencana untuk memakannya.

"Makan Yn.."

Tak ada sautan. Kudengar decitan antar garpu dengan piring itu begitu kuat. Tangannya menopang wajah diatas meja, menatap makanan itu hambar. "aku tak bertanggung jawab kalau kau sampai tak sanggup melayaniku malam ini karena kelaparan"

THE FEELING (YN-YOUR NAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang