*Panjat tangga bas, kelam-kabut cari seat.*
"Well, well, well. Now this is pretty awkward."
*Angkat muka*
"Oh shit. You again."
"Wow. After all this years. Me and you, dodging each other, now side by side in the same bus. On the same destination, to the same fucking hometown. What are the odds. God must be laughing his ass off, right about now." Kata dia, sinis memecah kesunyian, sewaktu aku terpaksa duduk di sebelahnya.
Sebetulnya, aku pun tak tahu bagaimana nisbah kebarangkalian jutaan ke satu ini boleh berlaku. Tapi yang terjadi, sudah pun jadi. Dia dan aku, sebelah menyebelah dalam bas, menuju pulang.
So yeah, there's always a first time for everything, right?
"Sorry lah. Bukan sengaja pun. Tapi kalau you nak, i boleh je tukar tempat dengan brader askar sebelah sana tu. Dia macam suka je, dari tadi asyik tengok you." Kata aku, sengaja mengusik dia. Aku tahu kryptonite dia, dari dulu.
Dia ketawa besar, dan ketawanya itu buat aku terimbau seketika, waktu kami berkongsi kenangan. Seketika, aku rasa kami normal seperti dahulu.
Seketika.
Kemudian situasi kembali jadi awkward.
"So..."
"Uh, what?"
"You wanna say you're sorry?"
"For what?"
"For everything. For breaking up with me, for being such an asshole, mostly."
"Right. I'm the bad guy. Sorry bout that."
Dia ketawa, lagi.
"...But we have time to kiss and make up, kan?" Soal dia, dengan renungan dan senyuman yang aku tahu, yang aku akan kembali ke petak dahulu.
Hooo boy. Here we go again. Goddamn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pagi, dan ritualnya.
Short StoryDengan tenang, itik berenang. Kalau lu cari bijaksana, memang tak ada. Nama pun "bijak-sana". Mesti la kat sana, kan? Kalau tak, memang gua dah lama petik "bijaksini".