***
Hari-hari terus berlalu. Setiap harinya mila tetap mengurusi sang buah hati. Ia begitu cekatan dan penuh kasih sayang saat mengurusi El bayi mungilnya. Mulai dari memberikan Asinya, menyuapinya, hingga memenuhi semua kebutuhan El sehari-hari. Mila memang seorang bunda yang petut diacungi jempol. Selain sudah mahir dan tau cara-cara mengurusi bayi tampannya. Ia juga sering mengajari El berbicara karna El memang sudah mulai senang mengoceh mengeluarkan nada-nada tanpa arti. Mila benar-benar menikmati indahnya menjadi seorang ibu. Meski kevin tidak bisa pulang setiap hari, namun kevin selalu berusaha pulang ke Bandung untuk menemui istri beserta jagoan kecilnya disana."Gak kerasa usia El udah enam bulan aja. Berati sebentar lagi bunda bakalan tinggalin El lagi.
El mau gak ditinggalin bunda, hem? Muach-muah. Bunda besok mau pergi ya sayang? El jangan nakal.. Doain bunda, biar kuliah bunda cepet selesai. Pokoknya El gak boleh nakal. Anaknya bunda gemessin.." mila meraih tubuh El yang aktif bergerak itu. Dikecupnya beberapa kali wajah bayi tampannya. Hatinya benar-benar bahagia karna pengorbanan waktu selama senam bulan terakhir ini akan segera membuahkan hasil, dan ia bisa segera melanjutkan kuliahnya agar semua impiannya bisa cepat-cepat terwujud.Mila mendudukkan El dipangkuannya. Ia mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi kevin. Setelah terdengar suara suaminya diseberang telfon pun ia mulai berbicara dan bercakap lewat sambungan telfonnya.
"Jadi jemput kan nanti sore?" mila menempelkan handphonenya ketelinga.
"Kayaknya kalau sore ini gak bisa deh mil. Disini hujan deras banget. Banyak petirnya juga. Ini aku angkat telfon dari kamu aja cukup ngeri nihh.." suara kevin terdengar putus-putus diiringi suara gemuruh serta guyuran hujan yang deras.
Wajah mila seketika menjadi lemas. Kemarin kevin bilang akan menjemputnya pagi ini. Namun pagi ini ia tidak bisa ke Bandung karna ada jadwal kuliah pagi. Lalu ditundanya hingga sore hari. Dan sekarang, disaat sudah sore hari ia justru tetap tidak bisa beralasan karena turun hujan deras.
"Mil? Mil kamu marah?" suara kevin kembali terdengar disana.
Mila tetap tidak mau berbicara. Ia tetap diam dan membiarkan kevin mengoceh sendiri diseberang sana. Handphonenya pun ia jatuhkan begitu saja. El yang melihat keanehan pada sang bunda langsung mengambil handphone tersebut. Didekatkannya ketelinga layaknya seorang dewasa yang mengerti cara bersosialisasi lewat sambungan telfon.
"Ao? Aoo?.. Ohh?" ujarnya mengajak bicara handphone milik sang bunda.
"El? El sayang ini ayah nak..
El bisa kasih handphonenya sama bunda sayang?
Ayah mau bicara sama bunda.""Um?" kening El mengerut mendengar suara ayahnya dari handphone yang ia genggam. Ia menatap bingung handphone tersebut lalu dipukul-pukulnya dengan telapak tangan yang terlihat gemuk berisi.
"Uh-uh! Yah-yah! Uhh!!" ujarnya terus asik memukuli alat komunikasi tersebut. Ekspresi wajahnya sangat lucu. Jika suara kevin terdengar lagi, ia memukulnya kembali dan begitu pun seterusnya hingga akhirnya tombol merah tak sengaja ia tekan akibat pukulannya tersebut.
Mila terkekeh. Wajahnya yang semula penuh rasa kesal dan emosi pun menjadi tertawa lucu melihat sikap jagoan kecilnya.
"Banting aja handphonenya gak papa ko sayang, silahkan lempar aja. Sekalian kalo perlu lempar sama ayah kamunya, biar dia gak bohongin bunda terus.." ujar mila berbicara ngasal.
"BRAAKKS!!"
Alhasil dengan sangat polosnya El benar-benar melempar handphone terebut. Mata mila sampai terpelongo melihat apa yang dilakukan oleh buah hatinya.
"Waah beneran dilempar.
Kan bunda cuma becanda sayang.
Masa dilempar beneran sihh?" mila menatap El lesu."Uhh buun uuhh!!" El menunjuk handphone yang baru saja dilemparnya hingga baterainya terlepas dan berserakan dilantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjanjian Cinta
RomancePernikahan harus didasarkan atas cinta , namun apa jadinya jika pernikahan kedua insa KEVIN JULIO dan JESSICA MILA ini didasarkan atas perjanjian kedua orang tuanya