perjanjian cinta part 43

4.3K 204 11
                                    

Setelah merasa puas mengobrol dan berbincang hangat dengan kedua sahabatnya. Akhirnya kevin memutuskan untuk pulang. 

Selain waktu yang sudah cukup sore. Kevin juga tidak enak dan takut kalau mila mencarinya. 

"Yaudah, gue pamit ya Dick, Ra. Sampai ketemu lagi nanti. 
Semoga hubungan kalian tetep langgeng.. Gue pergi dulu." kevin beranjak dari kursi yang didudukinya. El yang sedari tadi asyik dipangkuan Kinara pun diraihnya agar beralih pada gendongannya. 

"Iya vin, gue juga mau ngajak Kinar nonton nih.. Sekalian keliling Bandung. Kan gak setiap hari gue bisa ajak dia kesini. Yaudah, gue juga pamit yah.." Dicky ikut beranjak diikuti Kinara yang juga beranjak dari kursi yang didudukinya. 

"El lucu banget yah? 
Dia tuh gemessinn. Mukanya beneran mirip sama kevin. Cuma matanya aja yang beda. pantesan jadi anak kamu deh vin, dari pada keponakan kamu." Kinara mencubit pipi cubby El gemas. Ia rupanya cukup menyukai anak kecil yang memang menggemaskan itu. 

"Haha, nanti lah Ra. Kalau kuliah udah selesai, Kalo sekarang sih pengen fokus dulu. Lagian belum ada calonnya juga. Jadi yaaa.. Harus nyari dulu.." ujar kevin tertawa kecil diiringi senyuman yang berusaha ditunjukkannya didepan Kinara. 

"Nyari calon? Emang lo masih jomblo juga vin? Kenapa gak nikah sama ibu dari anak ini aja? Ibunya pasti cantik, secana anaknya aja ganteng gini. Kalo gue gak punya Kinar sih udah gue deketin tuh.. Gak peduli deh janda juga.. Haha." Dicky berbicara dengan asalnya diselingi tawa. Alhasil satu cubitan cukup keras mendarat diatas perutnya. 

"Ohh jadi gitu ya? 
Katanya mau setia cuma sama aku? 
Ternyata sama janda pun kamu mau?" Kinara berkacak pinggang seraya menatap kesal sang kekasih. 

"Hehe becanda say.. Kan itu cuma seandainya. Itu cuma perumpamaan. Enggak nyata ko beibh.." ujar Dicky cengengesan sendiri melihat ekspresi marah Kinara yang lucu. 

"Hemm.. Yaudah gue duluan dehh. Takutnya sepupu gue nyariin. El juga udah mulai ngantuk nih. Gue duluan ya Dick, Ra.." Pamit kevin mulai berlalu meninggalkan Dicky dan Kinara. 

"Iya vin, hati-hati yah.." ujar Kinara tersenyum ramah. 

Kevin hanya membalas dengan anggukan kecil sambil berlalu meninggalkan kedua sahabatnya. 

"Jangan lupa titip salam buat bundanya El yaah!! Salam kenal gitu dari gue!!" teriak Dicky tiba-tiba. Alhasil satu cubitan kembali mendarat diperutnya oleh Kinara. 

"Ahaha bencanda say.. Bencanda sumpah.. Ahaha.." ujarnya diselingi tawa seraya mengangkat kedua jarinya membentuk huruf v ✌

Kinara memanyunkan bibirnya. Wajah cantiknya itu terlihat lucu jika sedang marah seperti ini. Sekilas ekspresi marahnya sangat mirip dengan mila. Pantas saja kevin sedikit salah tingkah didepan gadis yang pernah dikaguminya itu. 

"Jangan marah dong. Kan cuma becanda. Mending kita pulang yuk?" Dicky menaruh kedua tangannya dipinggang Kinara. Dagunya ia letakkan diatas pundak kiri kekasih hatinya itu. 

"Yuk pulang?" Kinara mengangguk setuju. 

Dicky tersenyum. Satu kecupan pun didaratkannya diatas pipi putih Kinara. 

"Muach! Makin sayang deh sama kamu say.." ujarnya tersenyum kecil. 

Kinara ikut tersenyum. Keduanya memang pasangan yang romantis dan tidak pernah bisa marah berlama-lama. Meski Dicky sering menggoda dengan candaan-candaannya, namun ia tipikal lelaki yang setia seperti yang Kinara harapkan. 

Dicky kembali beranjak. Ia merangkul pinggang ramping gadis cantik yang dicintainya itu, lalu segera berlalu pergi.

** 
Kevin sedari tadi tampak kebingungan sendiri. Ia berdiri disamping pintu mobil Alphard putihnya. Tubuh El digendongnya. Wajah tampan jagoan kecilnya itu bersembunyi didada bidang kevin. Kedua kelopak matanya tertutup. Rupanya bocah tampan itu tertidur pulas digendongan sang ayah. 

"Duuhh, mila kemana sih? 
Udah hampir setengah jam gue disini. Tapi dia gak ada juga. Ditelfon gak diangkat. WA gak dibales. 
Hufh, sebenernya bunda kamu kemana sih? Ko dari tadi dicariin gak ketemu? Dihubunginya juga susah banget" kevin menggerutu sendiri. Wajahnya tampak cemas dan gelisah. Ia sampai mondar-mandir mencari sosok perempuan yang menjadi istrinya itu. 

Kevin menatap wajah polos jagoan kecilnya yang tertidur pulas didalam dekapannya. Wajah yang sangat tampan dan mengingatkannya pada sosok mila. Bibir kevin sekilas tersenyum. Kening El diusapnya lalu didaratkan satu kecupan lembut olehnya. 

"Kalau kita pulang tanpa bunda, nanti yang jagain El siapa? Kan ayah harus nyetir mobilnya. Gak mungkin kalau ayah nyetir sambil gendong El.." kevin kembali menatap wajah polos tanpa dosa itu. 

"Hufh, yaudah deh.. Dari pada gue nunggu disini terus tapi mila gak juga muncul. Mungkin dia udah pulang duluan. Kita pulang yah? El juga udah lelap banget. Kasihan dia.." kevin membuang nafasnya berat. Ia kemudian mulai melangkah dan membuka pintu mobilnya. 
Mendudukkan El agar bersender dijok depan disampingnya. 

"Maafin ayah yah. Ini demi keamanan El. Kalau ayah gendong El sambil nyetir, itu gak mungkin banget. 
Jadi terpaksa ayah harus ikat El.." kevin melepas jaket merah yang dipakainya. Ia mengikat tubuh El yang tetap terlelap itu pada jok mobilnya. Menopang bagian perut El agar tidak terjatuh saat mobil kevin lajukan nanti. 

Kevin melakukannya dengan sangat pelan dan hati-hati. Ia tidak mau membuat tidur El terusik. Sabuk pengaman pada jok mobilnya tidak mungkin ia gunakan pada El. Jadi mau tidak mau, tubuh mungil bocah tampan itu harus ia ikat dengan jaket merahnya agar tidak terjatuh. 

"Muach! Bobo yang lelap. Jangan nangis sayang.. Ayah bisa kerepotan kalau kamu nangis. Kita pulang sekarang oke? Mmmuuuach! Ayah sayang El.." kevin mendaratkan kecupan-kecupan lembut pada pipi serta kening El. Bagian samping tubuh El ditaruhnya bantalan boneka monyet yang memang terdapat didalam mobilnya. Kevin terlalu menyayangi El, hingga ia berusaha semaksimal mungkin agar jagoan kecilnya nyaman. 

Tak lama mobil Alphard putih itu pun melaju meninggalkan parkiran mall. 
Kevin menjalankan mobilnya dengan sangat hati-hati. Matanya sesekali menengok melihat kearah jagoan kecilnya karna takut terusik. 
Bibirnya sekilas tersenyum saat mendapati El begitu nyenyak dalam tidurnya tanpa terusik sedikit pun. 

"Anak pintar.. Benar-benar bisa diandalkan dan mengerti dengan situasi. Bangga banget ayah punya jagoan kecil kayak kamu.." kevin mengelus rambut hitam El dengan tangan kirinya.  Pandangannya tetap fokus menyetir agar bisa cepat sampai dirumah yang letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi mall tersebut. 


Jangan lupa vote

Perjanjian Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang