perjanjian cinta part 57

4.6K 222 10
                                    

Mobil Alphard putih yang dikendarai oleh kevin nampak melaju dengan kecepatan sedang. Sosok lelaki berwajah tampan itu mengetuk-ngetuk jarinya diatas stir mobil. Bibirnya sesekali tersenyum. Wajahnya sangat ceria dan penuh kegembiraan. Rupanya kevin memang tidak bisa menyembunyikan lagi semua rasa bahagianya.

"Hari ini aku ke Jakarta emang cuma sendiri. Tapi besok lusa, atau minggu depan, aku yakin didalam mobil ini bukan cuma ada aku aja. Tapi akan ada kamu juga anak kita. Kita pulang bareng-bareng nanti mil. Kita tinggal dirumah aku sama anak kita.." kevin tersenyum lebar membayangkan keinginan juga impian terbesarnya. Wajahnya semakin ceria, rupanya kevin memang sudah tidak sabar untuk membawa istri serta jagoan kecilnya untuk tinggal bersama di Jakarta.

Kevin mengingat wajah lucu dan tampan El. Ia buru-buru merogoh handphonenya disaku celana. Layar handphone tersebut segera ia tatap dan dicarinya nomor kontak mila sang istri.

"El sama mila lagi apa ya? Hem telfon dulu deh, takut El nangis. Bisa salah faham nanti kalo aku gak kabarin jagoan ganteng itu.." kevin menekan tombol panggil saat kontak mila sudah ditemukannya. Alat komunikasi itu pun ia tempelkan ketelinga kirinya untuk melakukan panggilan.

Kevin nampak tidak sabar menunggu suara mila yang sangat dirindukannya. Suara buah hati kecilnya, serta ekspresi mereka yang sangat bisa kevin bayangkan jika sudah mendengar suaranya nanti.

"Halo mil?" kevin mulai membuka suara saat panggilan telfonnya sudah tersambung.

Mobil yang tengah kevin kendarai itu dikurangi kecepatannya. Tangan kevin satu berada diatas stir mobil, dan satunya memegang handphone yang ditempelkannya ketelinga.

"Hallo vin? Ada apa yah?" suara mila terdengar diseberang sana.

Bibir kevin tersenyum. Rasanya begitu nyaman bisa mendengar suara perempuan yang sangat dicintainya.

"El mana mil? Aku pingin ngobrol sama dia. Dia gak nangis kan aku tinggal pergi?" kevin bertanya dengan lembutnya.

"Aku gak tau vin. Dari tadi aku cariin dia tapi gak ada. Aku panggilin juga gak nyahut. Dikamarnya, dihalaman belakang, aku gak temuin dia. Aku..aa.."

"Maksud kamu apa sih mil? Emangnya El kemana? Jangan ngaco deh.." kevin membenarkan posisi duduknya dengan tatapan serius mendengar penuturan mila.

"Aku gak becanda. Tapi El emang gak kelihatan dari tadi. Aku udah suruh bi Min cari El diluar. Mungkin tadi dia keluar soalnya bi Min sempet lihat El bawa mobil-mobilan." ujar mila menjelaskan. Seketika raut wajah kevin berubah menjadi gelisah dan khawatir.

"Yaudah kamu coba cari dulu yang bener. Nanti kalau El udah ada, kamu telfon aku. Aku pingin ngobrol sekaligus minta maaf sama dia. Aku gak mau dia marah sama aku mil karna aku gak pamitan pergi. Telfonnya aku tutup dulu yah? Aku lagi nyetir soalnya. Nanti kamu telfon balik kalau El.."

"I..iya. Yaudah, nanti aku telfon kamu balik. Hati-hati yah. Bye vin.." mila langsung mematikan sambungan telfonnya.

Kevin menarik nafasnya panjang. Baru saja ia hendak berucap lagi, namun mila malah mengakhiri sambungan telfonnya.

"Hufhh.. Mudah-mudahan El gak kenapa-napa. Ko aku jadi pengen balik lagi ya?" raut wajah kevin semakin terlihat gelisah.

"Ah enggak deh. Masa baru beberapa menit aja udah mau balik lagi. Aku pasti bisa atasi semuanya. Dan aku harus mulai semuanya dari sini. Demi kamu sama El. Kita pasti akan jadi keluarga bahagia nanti.." kevin membatin yakin. Handphonenya pun ia lemparkan keatas jok mobil disampingnya. Ia memandang serius jalanan raya yang tengah dilaluinya. Pandangannya semakin ia fokuskan dan berhenti berfikir negatif tentang buah hatinya.

Perjanjian Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang