Kevin terus membawa mila menuju kamarnya yang terletak dilantai atas. Satu persatu anak tangga kayu pun dilaluinya seraya menggendong mila dari depan. Hingga akhirnya pintu kayu bercat coklat tua sudah berada tepat dihadapannya.
"Are you ready honey...?" kevin berbisik dengan tatapan nakalnya.
"Kevin serius ini gak lucu dehh.. Awas kalo sampe kamu macem-macem. Aku gak bakalan maafin kamu!" ujar mila mengancam.
Kevin tidak mendengarkan. Ia menutup pintu kamarnya lalu menguncinya. Tubuh mila masih tetap digendongnya.
"Penuhi janji kamu. Turuti semua yang aku mau. Dan buktikan kalau kamu sungguh-sungguh sama ucapan kamu yang kemarin.." perlahan kevin membaringkan tubuh mila diatas tempat tidur empuknya.
"V...vin, t..tapi gak usah sekarang juga dong vin. A..aku belum siap.. A..akuu.."
"Gak perlu takut gitu dong mil. Aku gak bakalan nyakitin kamu ko. Aku cuma mau kita seneng-seneng aja.." jelas kevin berkata enteng diiringi senyuman nakalnya.
Mila sendiri sampai gemetar takut. Satu sisi ia memang sudah berjanji untuk menjadi istri yang baik untuk kevin, namun disisi lain, ada rasa ragu karna kevin belum membuktikan janjinya.
"Boleh yah? El pingin punya teman.." kevin menatap wajah mila penuh harap.
Mila diam. Ia membalas tatapan kevin namun tanpa bersuara.
"Ayolah sayang.. Emangnya kamu gak kangen sama aku, hem? Kita kasih El adik mil. Biar dia punya temen, gak sendirian lagi. Aku janji deh, keluarga kita pasti akan jauh lebih bahagia lagi nantinya. Mau yah sayang..?"
Lagi-lagi mila hanya menatap wajah kevin. Kedua matanya bahkan tanpa berkedip saat kevin meminta sesuatu yang memang menjadi haknya sebagai suami.
"Hemm.. Mikirnya lama banget sih? Kamu masih ragu juga sama aku mil? Atau emang kamu gak pernah mau percaya sama aku? Aku tukang boong yah? Sampe-sampe kamu gak percaya sama aku lagi. Hufh.. Oke, yaudah, aku gak akan maksa. Aku mau keluar aja, mau berkemas buat besok.."
Tiba-tiba kevin beranjak turun dari atas tempat tidurnya. Ia berjalan gontai menuju pintu kamarnya untuk segera keluar.
"vin.." panggil mila pelan.
Kevin menoleh. Ia menghentikan tangannya yang tengah membuka kunci pintu.
"A..aku b..bukannya gak mau nurutin keinginan kamu. K..kamu jangan salah faham vin. A..aku tuh cuma.. Cumaa.."
"Gak papa ko. Aku ngerti. Yaudah, aku juga gak maksa. Tadinya aku cuma pingin aja punya anak kedua dari kamu, kasih teman buat El, tapi kalo kamu gak bisa. Aku ngerti. Aku gak akan maksa mil.." jelas kevin pelan diiringi senyuman paksanya.
Wajahnya terlihat kecewa. Ia kemudian membuka pintu kamarnya dan keluar meninggalkan mila.
"Kevin pasti marah.. Maafin aku vin. Aku cuma takut aja kamu gak bisa tepatin janji kamu. Aku itu hafal betul siapa kamu, sebelum janji itu kamu buktiin, aku gak bisa percaya dulu. Sekali lagi maaf.." mila membatin sesal memandang sosok kevin yang sudah berlalu meninggalkannya.
"Kevin suami aku. Kita menikah memang bukan didasari atas cinta. Tapi pernikahan aku sama kevin udah menghasilkan sosok malaikat kecil, buah hati kesayangan aku sama kevin. Apa mungkin aku masih belum bisa percaya sama kevin juga? Bukannya perjanjian konyol itu udah kita batalkan?.. Lalu...." Fikiran mila berkecamuk dipenuhi rasa bersalah karena menolak apa yang kevin inginkan. Bayangan masa lalu pun seolah terbayang menakuti mila. Namun bayangan masa kini membuat hati mila tenang seolah mengatakan kalau kevin pasti akan menepati janjinya dan tidak akan mengecewakannya lagi.
"Gak! Aku gak boleh egois! Kevin udah buktiin sifat baiknya sekarang. Dia juga udah sayang banget sama aku, aku bahkan makin sayang dan cinta sama dia. Gak seharusnya aku kaya gini. Kalau nanti kevin cari perempuan lain gimana? Aku gak mau. Kevin cuma milik aku, cuma punya aku, cuma suami aku. Gak boleh ada yang lain.." mila berucap mantap. Ia kemudian segera keluar kamarnya menyusul kevin dan bertekad tidak akan bersikap egois lagi.
**
"Haha, ternyata mila itu emang cuma milik gue. Buktinya aja sekarang dia minta maaf. El kira-kira mau adik cewek atau cowok yah? Atau mau dua-duanya?. Yang pasti gue seneng banget.. Aku janji mil, keluarga kita kedepannya pasti akan lebih baik dan bahagia. Aku yakin sayang..."
Bibir kevin sedari tadi tak henti tersenyum. Setelah mendengar penuturan mila dan permintaan maafnya. Akhirnya mila menyerah dan mau untuk memenuhi apa yang kevin inginkan.
Perempuan cantik itu tengah duduk disamping El di dalam kamar.
"Bobo yang lelap yah sayang. Bunda sayaaang banget sama El, mmuacch.." mila mengusap kening El lalu mengecupnya lembut.
"Ayo sayang. Udah malem nih.. Aku juga udah mulai ngantuk. Bobo yuk?" ucap kevin tiba-tiba.
Mila menoleh dan menghela nafasnya.
"Iya, sebentar aku selimutin El dulu.." ujarnya sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjanjian Cinta
RomancePernikahan harus didasarkan atas cinta , namun apa jadinya jika pernikahan kedua insa KEVIN JULIO dan JESSICA MILA ini didasarkan atas perjanjian kedua orang tuanya