Setelah ditinggal pergi oleh bunda serta ayahnya. Kini yang dilakukan El hanya diam dan diam. Meski sore tadi ia sempat menangia histeris. Namun kali ini El lebih memilih untuk diam seribu bahasa.
"Tuh kan benean bakan saah Arfa. Papah sih tuduh Arfa teus.." Arfa berujar dengan gaya tengilnya. Ia melirik El dengan kedua tangan yang ia lipat didepan dada.
Rafael menggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya akan apa yang dilihat dan didengarnya dari mulut Arfa bocah kecil jagoan kesayangannya.
"Baati papah nati Arfa hukum ya pah? Kan kata bibinya El itu nanis gegaa ditigal pegi, bakan gegaa Arfa. Baati papah haus Arfa huuu.."
"Fa bisa diam dulu sebentar gak?" Rafael menatap Arfa geram.
Arfa langsung buru-buru menutup mulutnya agar tidak bersuara lagi.
"Aduh, maaf ya bi. Arfa emang anaknya kaya gitu. Cukup tengil, tapi aslinya baik ko. Y..yaudah kalau emang El ini pingin ke Jakarta, nanti bareng sama kita aja bi. Sekalian kita jalan-jalan, biar Arfa ada temennya." tawar Indah tiba-tiba.
"Aduh matur nuwun non, tapi nda usah repot-repot. Bibi nda berani izinin. Nanti takut dimarahin sama tuan nyonya. Jadi nda papa den El disini aja, nanti juga pasti hilang sedihnya non.." balas bi Min menolak halus.
"Yaah padahal saya berharap El ikut bi. Saya janji deh akan jagain El. Dia pasti akan baik-baik aja sama saya. Bibi gak perlu takut." ucap Rafael.
"N..ndak den, nda usah. Bibi nda berani." lagi-lagi bi Min tetap menolak. Padahal ini kesempatan langka bisa mengajak El ke Jakarta.
"Hm.. Y..yaudah bi gak papa. Tapi biar Elnya gak sedih terus, gimana kalau malam ini dia nginep dirumah saya aja. Biar dia gak kesepian. Arfa juga gak ada temennya. Pasti El seneng." Rafael kembali menawarkan niat baiknya.
Bi Min melirik El yang hanya duduk memeluk bantalan sofa. Ia tidak berucap sama sekali. Hanya terdengar isak tangis saja dari mulut mungilnya.
"Bi..? Gimana?
Rumah saya di depan ko bi. Bibi gak perlu khawatir. Saya bukan orang jahat. Jadi saya gak bakalan apa-apain El" jelas Rafael meyakinkan."Den El bisa nangis terus kalau udah kaya gini. Apa bibi biarin aja gitu den El nginep disana?" bi Min membatin bingung.
"Ih bibi kebanyakan benong! Tigal biang iya aja apa susahnya sih bi? Papah Arfa bakan teois ko. Jadi bibi gapeu takuut! Papah Arfa kan cuna nawain aja. Masa bibi cuiga sama papah Arfa!" celetuk Arfa tiba-tiba. Rupanya bocah tengil ini merasa geram tidak sabaran melihat sikap pengasuh El yang terlalu takut ini.
"Arfa?!" Rafael melotot menatap Arfa.
"Maaf pah, keceposan. Abis Arfa geget sih!" Arfa memanyunkan bibirnya sebal. Ekspresi wajahnya sangat lucu mengundang tawa.
"Jadi gimana bi?" Rafael kembali bertanya.
"Iya bi gimana? Boleh kan?
Kita cuma pingin hibur El aja ko bi. Anggap aja sebagai permintaan maaf karna Arfa tadi nakalin El.
Bibi gak perlu khawatir, siapa tau El bisa sedikit terhibur kalau nginap dirumah kita. Kan ada temennya juga. Disana banyak mainan. El pasti suka." jelas Indah ikut meyakinkan."Y..yaudah non, bibi sih izinin aja. Tapi bibi titip den El ya non, den. Kalau ada apa-apa nanti panggil bibi aja."
"Iya bi. Bibi tenang aja. El pasti baik-baik aja sama kita. Yaudah kita pamit ya bi. Ayo sayang? Sini sama om." pamit Rafael beranjak. Ia kemudian meraih tubuh El dan menggendongnya.
"Ko El di gedong pah? Tus Arfa gimana?" Arfa terpelongo kaget melihat apa yang dilakukan sang papah terhadap El.
"Arfa kan bisa jalan. Masa mau papah gendong? Kan udah besar." jelas Rafael enteng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjanjian Cinta
RomancePernikahan harus didasarkan atas cinta , namun apa jadinya jika pernikahan kedua insa KEVIN JULIO dan JESSICA MILA ini didasarkan atas perjanjian kedua orang tuanya