Hujan lebat dan kabut tebal menutupi keseluruhan Gunung Merapi mulai dari puncak hingga ke kaki. Dinginnya udara tiada terkirakan. Dari malam tadi hujan mencurah lebat dan sampai dinihari itu masih juga terus turun. Suaranya menderu menegakkan bulu roma. Halilintar bergelegaran. Kilat sabung menyabung. Dunia laksana hendak kiamat layaknya.
Untuk kesekian puluh kalinya kilat menyambar dan untuk kesekian puluh kalinya pada suasana di kaki sebelah Timur Gunung Merapi menjadi terang benderang beberapa detik lamanya. Dalam keterangan yang singkat itu maka kelihatanlah satu pemandangan yang mengerikan tetapi juga sangat aneh.
Pada sebelah Timur kaki Gunung Merapi itu terdapat sebuah lembah tak bertuan yang tak pernah dijejaki kaki manusia. Tapi disaat hujan deras kabut tebal dan udara dingin luar biasa itu, di tengah-tengah lembah kelihatanlah empat sosok tubuh manusia! Keempatnya berdiri dengan tidak bergerak-gerak seakan-akan tiada mau perduli dengan buruknya cuaca saat itu. Bahkan mungkin juga tidak merasakan sama sekali suasana disaat itu.
Keempatnya menghadap ke satu arah yaitu mulut sebuah goa yang terletak sekitar sepuluh tombak di hadapan mereka. Meski kabut tebal dan hujan lebat, namun mata mereka yang berpemandangan tajam dapat melihat mulut goa itu dengan jelas.
Keempat manusia ini nyatanya adalah gadis-gadis berparas jelita rupawan. Yang pertama mengenakan pakaian ringkas warna merah darah.
Yang kedua biru, yang ketiga hitam pekat dan yang terakhir berpakaian putih.
Di seluruh permukaan lembah berhamparan tulang belulang dan tengkorak-tengkorak kepala manusia yang memutih laksana salju! Keempat gadis-gadis itu sendiri berdiri di atas tumpukan tulang belulang dan tumpukan tengkorak-tengkorak kepala manusia.
Dan sikap mereka berdiri itu juga sama sekali tidak acuh dan tak ambil perduli. Sepasang mata mereka masing-masing terus saja memandangi mulut goa tanpa berkedip!
Tiba-tiba dari mulut goa selarik sinar hijau menyambar ke arah keempat gadis itu. Kemudian menyusul puluhan kalajengking hijau beracun dengan japit-japit terbuka menyerang keempatnya. Satu jengkal lagi binatang-binatang pembawa maut itu mencapai sasarannya tiba-tiba dengan serentak keempat gadis menghembus ke muka. Puluhan kalajenking hijau mental dan jatuh bergelepakan di antara tulang belulang serta tengkorak-tengkorak manusia!
Pada saat sinar hijau dari mulut goa lenyap maka secepat kilat keempat gadis itu memasang sebuah kedok tipis ke muka masing-masing! Dan kini berubahlah muka yang cantik rupawan itu menjadi muka tengkorak yang ngeri menegakkan bulu roma!
Dan dari mulut goa melesatlah sesosok bayangan hijau! Keempat gadis muka tengkorak serentak menjura dan serentak pula berseru: "Guru!"
Manusia yang ke luar dari goa ini nyatanya adalah juga seorang gadis bermuka tengkorak dan berpakaian ringkas hijau. Dia berdiri di atas setumpuk tulang belulang manusia. Sesudah menyapu keempat paras dan sosok tubuh di hadapannya maka perempuan berpakaian hijau ini menengadah ke langit dan tertawa mengekeh panjang sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...