SATU
DI RUANG Segi Tiga Mayat yang terletak di dalam tanah di bawah Candi Plaosan Lor, Empu Semirang Biru mendadak saja dilanda kekawatiran.
Di atas atap suara ngeongan delapan anak kucing merah semakin keras. Ruangan segi tiga bergetar keras. Delapan Sukma Merah bukan anak kucing biasa!
Orang tua pembuat Keris Kanjeng Sepuh Pelangi ini menatap ke atas atap.
"Bagaimana kalau dua Sinuhun memiliki ilmu penangkal baru, lalu sanggup menembus masuk ke dalam Ruang Segi Tiga Nyawa. Delapan anak kucing merah pasti akan menyerbu lebih dulu. Dewa Agung, lindungi kami semua yang ada di ruangan ini. Selamatkan Keris Kanjeng Sepuh Pelangi dari tangan mahluk-mahluk jahat."
Baru saja Empu Semirang Biru membatinkan kekawatirannya tiba-tiba braakkk!
Satu sosok terkapar di lantai ruangan. Pakaian robek-robek dipenuhi noda darah. Di wajah ada tiga guratan luka lalu di dada ada dua lagi.
"Wiro!"
Ratu Randang, Sakuntaladewi dan Kunti Ambiri sama-sama terpekik. Jaka Pesolek tidak ikut menjerit tapi gadis ini melompat lebih dulu, menjatuhkan diri di samping sosok yang terbujur di lantai yang memang sosok Pendekar 212 Wiro Sableng adanya. Jaka Pesolek langsung memeluk. Tubuh Wiro terasa panas.
Untuk beberapa lama sosok Wiro diam tak bergerak. Tiba-tiba dari mulutnya keluar suara mengerang pendek. Tubuh menggeliat lalu melompat mencoba berdiri. Dia tampak mengerahkan seluruh tenaga yang ada namun terhuyung lalu jatuh berlutut. Wiro berusaha bertahan, mengerahkan kekuatan untuk tidak ambruk hingga sekujur tubuhnya tampak bergetar. Keringat memercik Kepala mendongak, mata terpejam, mulut terkancing. Para sahabat yang ada dalam ruangan berusaha menolong. Empat pasang tangan memegangi.
"Tubuhnya panas..."ucap Sakuntaladewi.
"Wiro! Apa yang terjadi?!"Bertanya Kunti Ambiri sambil dekatkan mulutnya ke telinga Wiro. Gadis yang selama lini lebih dikenal dengan sebutan Dewi Ular membuat dua totokan. Satu di punggung dan satu lagi di dada. Ratu Randang alirkan hawa sakti. Sakuntaladewi alias Dewi Kaki Tunggal cengkeramkan sepuluh jari berkuku jingga ke bahu kiri kanan lalu kerahkan tenaga dalam.
Ratu Randang tidak tinggal diam. Dia letakkan telapak tangan di atas kepala Wiro sementara dua kaki yang menginjak lantai ruangan tampak bergetar. Nenek ini tengah menerapkan ilmu kesaktian yang disebut Tangan Langit Kaki Bumi.
Jaka Pesolek yang tidak punya kesaktian apa- apa hanya bisa memperhatikan dengan wajah tegang.
Tiba-tiba mulut Wiro yang sejak tadi tertutup membuka lebar. Bukan untuk bicara menjawab pertanyaan Sakuntaladewi tapi malah muntahkan darah segar.
Ratu Randang, Jaka Pesolek, Kunti Ambiri dan Sakuntaladewi sama-sama menjerit.
Wajah Pendekar 212 tampak merah lalu dengan cepat berubah pucat putih seperti mayat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
Fiction généraleWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...