SATU
LAUT tenang. Tiupan angin pada layar membuat perahu kecil itu meluncur laju di permukaan air laut. Lelaki bertubuh kekar berambut gondrong yang mukanya ditumbuhi janggut, kumis dan cambang bawuk lebat duduk di bagian haluan. Dua kakinya terbungkus batu berbentuk bola yang beratnya puluhan kati. Namun anehnya perahu kecil itu tidak terjungkat ke belakang oleh beratnya dua bola batu itu. Lelaki ini duduk tak bergerak, memandang tak berkesip ke depan. Dia adalah Lakasipo, bekas Kepala Negeri Latanahsilam bergelar Bola-Bola Iblis namun lebih dikenal dengan berjuluk Hantu Kaki Batu.
Di bagian depan perahu sosok manusia aneh yang tingginya hanya sebatas lutut Lakasipo duduk saling berpegangan. Di wajah masing-masing jelas terlihat rasa gamang dan khawatir yang amat sangat. Dengan keadaan tubuh mereka sebesar itu, meluncur cepat di atas perahu dan memandang berkeliling hanya hamparan laut yang kelihatan tentu saja ketiganya menjadi ngeri. Malah kakek yang di ujung kanan sejak tadi terduduk dengan mulut terkancing mata mendelik dan tengkuk dingin sementara dari bawah perutnya mengucur air kencing tak berkeputusan.
Tiga manusia cebol yang ada di bagian depan perahu itu bukan lain adalah si kakek julukan Setan Ngompol, bocah bernama Naga Kuning dan Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Wiro Sableng.
"Sebenarnya aku tidak suka dengan perjalanan ini!" berkata Naga Kuning.
"Aku juga!" kata Setan Ngompol.
"Tapi kau yang memaksa aku agar ikut kek! Padahal aku sudah ada rencana menemui Luhkimkim, gadis di Latanahsilam itu!"
"Kita sudah ada di atas perahu dan dalam perjalanan.
Mengapa baru sekarang kalian berkata tidak suka!" menjawab Wiro. "Tapi masih ada kesempatan untuk kembali! Apa kalian berdua bisa berenang?"
"Eh, apa maksudmu Pendekar 212?" tanya Setan Ngompol.
"Mencebur ke dalam laut dan berenang kembali ke daratan Latanahsilam!"
"Kau bicara tidak pakai pikiran!" kata Setan Ngompol dengan muka cemberut.
Naga Kuning berkomat-kamit lalu berpaling ke bagian belakang perahu. "Lakasipo! Kau yang pertama sekali merencanakan perjalanan ini!"
Lakasipo yang sejak tadi memandang ke depan, alihkan pandangannya pada tiga manusia cebol di bagian depan perahu. "Betul sekali wahai saudaraku Naga Kuning! Tapi jangan lupa. Semua ini atas petunjuk berdasarkan cerita Peri Angsa Putih. Kita semua menyetujui sama-sama berangkat! Lalu sekarang apa lagi?!"
"Menurutmu, apakah kita benar-benar bisa mencari dan menemui makhluk bernama Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab Ku?" tanya Wiro.
"Betul," ucap Setan Ngompol. "Laut seluas ini, kita harus mencari satu pulau yang kita tidak tahu dimana letaknya, tak tahu apa namanya. Hanya ada petunjuk samar!"
"Turut cerita Hantu Muka Dua adalah makhluk Jahat luar biasa. Kalau dia seperti itu, gurunya tentu lebih jahat lagi. Dan Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab ini adalah guru Hantu Muka Dua! Kita semua pasti celaka!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...