Episode terakhir petualangan Pendekar 212 di Latanahsilam
SATU
MAHLUK yang tubuhnya dikobari api itu berlari ke arah timur. Gerakannya tidak secepat seperti biasanya. Sesekali dia berhenti sambil memegangi dadanya yang remuk. Keadaannya luar biasa menggidikkan.
Tubuhnya sebelah kanan hanya berupa satu lobang besar hingga isi dada dan isi perutnya terlihat dengan jelas. Bahkan usus besarnya nyaris memberojol keluar kalau tidak terkait pada satu dari dua tulang iganya yang patah.
Pada kening sebelah kiri ada satu lobang besar. Lelehan darah hitam mengering menutupi sebagian wajahnya yang angker. Lalu kaki kanannya yang sebelumnya dikobari api kini kelihatan bengkok hitam kebiruan. Mahluk ini adalah yang pernah menjadi Utusan atau Wakil Para Dewa di Negeri Latanahsilam dan dikenal dengan sebutan Lamanyala.
Sebagaimana diceritakan dalam Episode sebelumnya ("Batu Pembalik Waktu") mahluk ini bertempur habis-habisan menghadapi musuh bebuyutannya yang pernah dimakan kutukannya yakni Hantu Langit Terjungkir alias Lasedayu.
Kemudian ketika Hantu Selaksa Angin alias Luhpingitan muncul di tempat itu dia kena pula di hajar tendangan si nenek pada bagian dada hingga terpental dan menggeletak di tanah dalam keadaan hampir sekarat! Masih untung bagi Lamanyala, dalam keadaan babak belur begitu rupa dia mampu melarikan diri. Namun dia tidak mengetahui sama sekali kalau dibelakangnya ada seseorang mengikutinya secara diam-diam.
Orang yang menguntit Lamanyala bukan lain adalah Hantu Tangan Empat. Sebelumnya tokoh utama rimba persilatan Negeri Latanahsilam itu telah memberikan perintah pada Lamanyala untuk mengikuti cucunya sendiri yakni Peri Angsa Putih. Hantu Tangan Empat menaruh curiga bahwa Peri Angsa Putih telah memiliki Batu Pembalik Waktu yang pernah dicarinya sampai ke Tanah Jawa atas perintah Hantu Muka Dua. Ternyata Lamanyala tidak mampu mendapatkan batu sakti itu.
"Aneh," pikir Hantu Tangan Empat sambil terus mengikuti. "Kalau dia lari, seharusnya dia kembali ke tempat kediamanku. Memberi tahu bahwa dia gagal. Tapi mengapa Lamanyala malah lari ke jurusan lain? Aku harus menguntit terus. Aku harus tahu menuju kemana mahluk satu ini! Sebenarnya aku sudah lama bercuriga. Jangan-jangan dia sengaja memperhambakan diri padaku untuk satu maksud jahat!"
Ketika sang surya condong ke barat dan di depannya kelihatan gugusan batu-batu warna kelabu, Hantu Tangan Empat mulai menyadari kemana tujuan mahluk yang diikutinya. Dia kenal betul kawasan itu karena pernah mendatanginya sebelumnya.
"Di depan kawasan berbatu-batu sana ada sebuah bukit. Di bukit itu terletak Istana Kebahagiaan, sarang Hantu Muka Dua. Agaknya kesanalah tujuan Lama nyala! Aneh, mengapa mahluk ini menuju Istana Ke bahagiaan? Apa hubungannya dengan Hantu Muka Dua? Ah! Bukan mustahil...."
Di depan sana Lamanyala menyelinap di antara batu-batu besar warna kelabu. Tak lama kemudian kelihatan atap satu bangunan besar berwarna putih, menjulang di sebuah puncak bukit. Itulah Istana Ke bahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
Ficción GeneralWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...