95. Jagal Iblis Makam Setan

7.1K 111 4
                                    

SATUSEPASANG mata Sika Sure Jelantik bergerak liar menatap tajam ke arah kegelapan di eliling gubuk di mana dia berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

SEPASANG mata Sika Sure Jelantik bergerak liar menatap tajam ke arah kegelapan di eliling gubuk di mana dia berada. Pendekar 212 Wiro Sableng terbujur di tanah lam keadaan kaku karena ditotok oleh si nenek.

Aneh, jelas barusan aku mendengar suara orang! Juga suara tawa keparatnya! Tapi mana bangsatnya?!" Sika Sure Jelantik memaki dalam hati. Kedua matanya terus meliar coba menembus kegelapan. Tetap saja dia tidak melihat apa-apa. "Jangan-jangan suara angin menipu pendengaranku!" Lalu perempuan tua ini kembali palingkan wajahnya ke arah murid Sinto Gendeng. Dia memandang berkeliling sekali lagi lalu dengan cepat ulurkan ke dua tangannya untuk menanggalkan jubah sakti Kencono Geni yang dikenakan Wiro.

Saat itulah kembali dari dalam gelap terdengar suara tertawa cekikikan. "Hik... hik! Nenek tak tahu diri! Kau masih mau meneruskan maksudmu membugili pemuda itu?! Hik... hik!"

Sika Sure Jelantik pukulkan tangan kanannya ke tanah hingga tanah itu membentuk lobang dan salah satu tiang gubuk bergoyang keras lalu jatuh ke tanah. Dengan marah si nenek membentak.

"Manusia atau setan sekalipun! Kenapa sembunyikan diri di dalam gelap! Unjukkan tampangmu!"

"Sika, tinggalkan pemuda itu. Kau tak bakal dapat apa-apa darinya!" Orang di dalam gelap menjawab ucapan si nenek.

"Hemmm... Kau tahu namaku! Berarti kau seorang yang aku kenal! Jangan terlalu pengecut memperlihatkan diri!"

"Jika itu maumu, apa susahnya! Tapi jangan kecewa karena kau tak bakalan bisa melihat wajahku!" jawab suara dalam gelap. Lalu terlihat satu bayangan hitam berkelebat disertai suara siuran angin. Tahu-tahu di depan gubuk yang kini atapnya miring karena salah satu tiangnya roboh, duduk menjelepok di tanah seorang berpakaian serba hitam. Seperti dikatakannya tadi si nenek tak bakal melihat wajahnya. Karena orang ini duduk sambil menutup mukanya dengan ke dua tangan. Meski Sika Sure Jelantik memang tidak dapat melihat wajah orang itu namun dia sudah mengetahui siapa dia adanya.

"Iblis Pemalu! Permainan konyol apa yang sedang kau lakukan saat ini?! Ucapan-ucapanmu tadi benar-benar membuatku marah! Kalau bukan kau orangnya saat ini pasti kau sudah kubunuh!"

"Nenek Sika, aku malu! Justru aku yang harus bertanya. Permainan konyol apa yang hendak kau perbuat terhadap pemuda itu!"

"Apa urusanku tak perlu kau banyak cingcong! Kau menunjukkan sikap aneh. Bukankah kita sebelumnya datang dalam satu rombongan bersama dua teman lainnya? Mana Pengiring Mayat Muka Hijau dan Datuk Gadang Mentari?!"

Sambil terus menutupi wajahnya dibalik dua tangan, Iblis Pemalu menjawab. "Aku malu tak dapat mengatakan dimana adanya Pengiring Mayat Muka Hijau. Tapi si Datuk Gadang Mentari sudah mati menemui ajal! Memalukan sekali datang jauh-jauh dari tanah seberang hanya mencari mati di tanah Jawa! Bukankah kau sendiri menyaksikan kematiannya di lembah batu itu?"

"Jadi gadis bernama Anggini, murid tua Gila itu benar-benar membunuh sahabat kita Datuk Gadang Mentari...."

"Huss...! Jangan berkata yang memalukan! Tua bangka itu bukan sahabatku. Aku berada bersama rombongannya hanya ikut-ikutan saja!"

"Rupanya kau bukan cuma seorang pemalu. Tapi juga pengkhianat. Teman dibunuh orang kau biarkan saja!"

"Datuk Gadang Mentari bukan temanku! Kau juga bukan temanku! Aku malu berteman dengan kalian!"

Wiro Sableng yang sejak tadi mendengar percakapan ke dua orang itu diam-diam merasa aneh melihat perubahan sikap orang berjuluk Iblis Pemalu itu. Untuk menyelidik tentu saja tidak mungkin. Tahu kalau kini Iblis Pemalu tidak lagi sehaluan dengan si nenek maka murid Sinto Gendeng ini lantas tertawa bergelak.

"Nenek jelek! Kau dengar orang tak mau berteman denganmu! Aku saja yang orang lain merasa malu! Apa kau tidak merasa malu?!"

"Tutup mulutmu! Jangan ikut campur urusanku!" bentak Sika Sure Jelantik marah sekali hingga sekujur tubuhnya bergetar. Dia berpaling pada Iblis Pemalu yang saat itu tertawa cekikikan mendengar ucapan Wiro.

"Mana dia merasa malu!" ujar Iblis Pemalu.

"Nenek tua ini tidak punya kemaluan! Astaga! Maksudku tidak punya rasa malu! Hik... hik... hik!"

"Aku tidak merasa rugi tidak menjadi sahabatmu! Kalau kau tidak berteman denganku, harap lekas angkat kaki dari sini! Jangan membuat aku muak!" Membentak Sika Sure Jelantik pada Iblis Pemalu dengan mata dipelototkan.

"Ah, diriku bisa membuatmu jadi muak! Memalukan sekali! Kalau kau memang muak melihatku, sebelum kau muntah apa salahnya kau saja yang minggat dari sini?! Atau mungkin itu kau anggap sesuatu yang memalukan?!"

Semakin marah Sika Sure Jelantik mendengar kata-kata Iblis Pemalu itu. Namun dia masih bisa menimbang. Kalau memperturutkan kemarahannya mau saat itu dia menghantam dan membunuh Iblis Pemalu dengan pukulan Kuku Kilat Akhirat. Namun dari pada mencari perkara lebih baik mengalah dan membawa Wiro Sableng dari tempat itu. Maka tanpa banyak bicara dia segera membungkuk, siap memanggul tubuh Pendekar 212. Tapi di sampingnya Iblis Pemalu terdengar berkata.

"Aku memintamu pergi seorang diri! Tidak membawa serta pemuda itu! Jangan melakukan hal yang memalukan nenek Sika!"

"Iblis Pemalu, harap kau jangan keliwat menekan! Pemuda ini milikku! Aku boleh membawanya kemana saja! Aku boleh melakukan apa saja terhadapnya!"

"Memalukan sekali! Mana ada aturan seperti itu?!" ujar Iblis Pemalu dengan dua tangan masih terus dipergunakan menutupi, wajahnya.

Sika Sure Jelantik angkat kepalanya ke atas lalu keluarkan tawa panjang. "Sekalipun kau raja di raja rimba persilatan, jangan mengira kau bisa mengatur diriku! Jangan kau berani bergerak di tempatmu! Atau kau akan mampus percuma!"

Tanpa mengacuhkan Iblis Pemalu si nenek Sika Sure Jelantik dengan gerakan cepat menarik salah satu tangan Wiro hingga sosok murid Sinto Gendeng ini melayang ke atas dan "bluk!" Tahu-tahu sudah berada di atas bahu kirinya.

Iblis Pemalu ternyata tak tinggal diam. Sebelum Sika Sure Jelantik berkelebat pergi melarikan Wiro dia sudah berkelebat dan tegak menghadang jalan si nenek.

"Kau benar-benar mencari mampus!" hardik Sika Sure Jelantik. Tangan kirinya dihantamkan ke arah. Iblis Pemalu. Lima larik sinar sangat hitam menggebubu dalam gelapnya malam.

"Memalukan!" terdengar seman Iblis Pemalu.

"Memalukan!" ikut berteriak murid Sinto Gendeng. Dia sengaja memanasi si nenek.

Lima larik sinar maut terus mencuat dari lima kuku jari Sika Sure Jelantik.

"Mampus!" teriak si nenek sambil menyeringai ketika melihat bagaimana lima sinar mautnya hanya tinggal sejengkal lagi dari tubuh yang jadi sasaran!

Tapi laksana gaib ditelan bumi sosok Iblis Pemalu mendadak sontak lenyap dari pemandangan. Lima larik sinar hitam pukulan sakti Kilat Kuku Akhirat mendarat pada sebuah batu besar di depan serumpunan semak belukar. Batu dan semak belukar sama-sama mencelat berhamburan hancur beran

takan!

"Kurang ajar! Bagaimana mungkin dia bisa lolos dari pukulan saktiku!" ujar Sika Sure Jelantik dan cepat memutar tubuh memandang berkeliling.

"Nenek Sika, kau letakkan saja pemuda itu di tanah lalu pergi dari sini. Bukankah itu lebih baik bagimu dari pada berbuat lain yang bisa memberimu malu besar?!"

Si nenek cepat putar tubuhnya ke kiri. Dilihatnya Iblis Pemalu tegak di atas atap gubuk yang hampir rubuh. Tangan kiri berkacak pinggang sedang tangan kanan menutupi wajah.

"Kalau kau memang inginkan pemuda ini, mengapa kau tidak berani merampasnya dari tanganku? Pengecut memalukan!" Sika Sure Jelantik mengejek seraya keluarkan suara mendengus dari hidung dan mulutnya.

Iblis Pemalu, tertawa mengekeh seraya usap-usap wajahnya dengan tangan kanan.

"Aku sudah memberi kesempatan padamu. Tapi kau tidak mau mempergunakan! Sungguh memalukan! Jika kau inginkan aku merampas pemuda itu dari tanganmu lihat saja bagaimana jadinya!"

Habis berkata begitu tubuh Iblis Pemalu lenyap dari atas atap.

"Wutttt!"

Sika Sure Jelantik berseru kaget ketika tiba-tiba ada sambaran angin di samping kanan. Lalu ada satu tangan hendak mencengkeram tengkuk pemuda yang ada di panggulannya. Si nenek cepat membungkuk seraya hantamkan siku kanannya. Serangannya meleset. Tiba-tiba si nenek membuat gerakan berputar. Dengan mengandalkan kaki kirinya sebagai tumpuan Sika Sure Jelantik berputar dalam gerakan setengah lingkaran. Kaki kanannya menendang dan "bukk!"

Sosok Iblis Pemalu yang tadi ada di belakangnya mencelat kena hantaman kaki kirinya.

"Memalukan!" Iblis Pemalu berseru sambil menahan sakit. Tangan kiri memegang perutnya yang kena tendang sedang tangan kanan tetap menutupi wajahnya. Selagi dia berusaha mengimbangi diri Sika Sure Jelantik tak mau memberi kesempatan. Tangan kanannya dipukulkan. Lima larik Kilat Kuku Akhirat menyambar ke arah Iblis Pemalu.

"Tamatlah riwayatmu sekarang manusia sinting geblek!" teriak Sika Sure Jelantik dengan mata berkilat-kilat dan mulut sunggingkan senyum maut.

Di depan sana Iblis Pemalu tiba-tiba memutar tubuhnya. Dalam keadaan membelakangi lawan ke dua tangannya dipukulkan ke belakang.

"Wusss!"

"Wusss!"

Dalam gelap kelihatan dua larik cahaya putih bergulung-gulung membentuk dua lingkaran aneh. Sika Sure Jelantik berseru kaget ketika melihat lima larik sinar sakti pukulan Kilat Kuku Akhiratnya masuk ke dalam dua lingkaran cahaya putih, ikut tergulung lalu dua lingkaran putih bersama lima larik sinar hitam berbalik menghantam ke arahnya!

Dalam keadaan seperti itu Sika Sure Jelantik masih mampu berpikir cepat. Bukan dia saja yang harus menyelamatkan diri dari hantaman maut itu tapi Pendekar 212 Wiro Sableng juga harus diselamatkan. Kalau sampai pemuda itu menemui ajal tambah sulit baginya untuk mencari tahu di mana beradanya musuh besarnya si Tua Gila itu!

Maka si nenek pun melakukan satu hal yang hebat!

** *

DUA

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang