170. Kupu-kupu Mata Dewa

5.4K 88 6
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

BUKIT Batu Patah di Gudam, ranah Minangkabau, malam bulan sabit hari ke tiga. Kawasan yang selama ini diselimuti kesunyian dan dipalut kegelapan di malam hari, kini keadaannya sangat berbeda. Dua buah obor tiba-tiba melayang di udara. Entah Siapa yang melemparkan. Hebatnya, dua obor itu kemudian menukik ke tanah lalu, clep... clep!

Menancap di halaman Rumah Gadang Nan Sambilan Ruang yang merupakan bangunan bekas Istana Kerajaan Pagaruyung. Sebagian halaman luas diujung rumah kini menjadi terang oleh cahaya api obor. 

Di antara dua batang obor, di tanah terlihat enam buah batu datar bulat menebar membentuk lingkaran cukup lebar. Sebelum kemunculan dua buah obor dan lima batu bulat datar secara aneh itu, di Bukit Batu Patah telah berdatangan beberapa orang.

Yang pertama Pakih Jauhari, kekaSih Gadih Putih Seruni yang telah menjadi Istri Datuk Marajo Sati. Pemuda ini muncul setelah memaksakan janji agar sang kekaSih datang menemuinya di Istana Bukit Batu Patah dimana kemudian mereka merencanakan akan melarikan diri menyeberang ke tanah Jawa. Meski saat ditemui Gadih Putih Seruni menolak permintaan Pakih Jauhari namun Si pemuda tetap pergi ke Bukit Batu Patah, seolah dia telah yakin Gadih Puti Seruni akan datang. Ketika sampai di bekas bangunan Istana Kerajaan Pagaruyung itu, Pakih Jauhari segera mencari Mamaknya, Jambek Magang. Namun sang paman ditemui dalam keadaan meregang nyawa, luka parah bergelimang darah, tergeletak di dekat lumbung padi di halaman depan rumah gadang.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir Jambek Magang masih sempat memberi tahu bahwa orang yang membunuhnya bersenjata pedang, memiliki wajah tertutup bulu putih dan hitam. Tidak terduga di saat itu pula orang yang disebut memunculkan diri dan segera dikenali oleh Pakih Jauhari bukan lain adalah Tuanku Laras Muko Balang. Dalam marahnya Si pemuda segera menyerang Tuanku Laras.

Pakih Jauhari yang hanya memiliki ilmu silat kampung tentu saja dengan mudah dihajar oleh Tuanku Laras. Setelah menggebuk muka Si pemuda hingga berkelukuran, Tuanku Laras mencekik lehernya, mengangkatnya ke udara seraya membentak menanyakan dimana satu peti batangan emas disembunyikan. Karena memang tidak tahu apa-apa tentang barang yang ditanyakan. Pakih Jauhari tidak bisa menjawab. Tuanku Laras membanting pemuda itu ke tanah lalu menghunus pedang sakti Al Kausar. Dia mengancam kalau Pakih Jauhari tetap tidak mau memberi tahu keberadaan barang yang ditanyakan maka dia akan dihabiSi sebagaimana yang telah terjadi dengan pamannya.

Sekejapan lagi pedang di tangan Tuanku Laras Muko Balang benar-benar akan menamatkan riwayat Pakih Jauhari tiba-tiba muncul Ki Bonang Talang Ijo bersama Perwira Muda Teng Sien dan Pendeka Bumi Langit Dari Sumanik. 

Ki Bonang datang ke bekas bangunan Istana Kerajaan Pagaruyung di Bukit Batu Patah untuk menyelidiki keberadaan satu peti batangan emas yang memang pernah disembunyikannya di tempat itu bersama Perwira Muda Teng Sien. Emas di dalam peti itu direncanakan sebagai hadiah tambahan jika gadis Cina yang dicari berhaSil ditemukan. 

Sebenarnya Teng Sien merasa lebih penting mencari dan mendapatkan Chia Swie Kim, gadis Cina puteri Pangeran Tiongkok yang dijuluki Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok itu terlebih dulu karena di dalam tubuhnya terdapat satu batu Giok yang disebut Kupu Kupu Mata Dewa dan merupakan salah satu Pusaka Utama Kerajaan Tiongkok bagi syahnya kekuasaan Raja yang bertahta. Namun Teng Sien terpaksa mengalah atas kemauan Ki Bonang karena sejak semula mulai dari Jawa tokoh silat ini memang telah dipercayakannya sebagai pemimpin rombongan pengejar dan mencari Chia Swie Kim.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang